Tahun 2013 akan menjadi masa transisi bagi masyarakat Indonesia untuk berubah dalam hal pembiayaan hidupnya. Adanya gejolak ekonomi yang muncul sepanjang tahun ini mengakibatkan biaya hidup masyarakat Indonesia menjadi sedikit lebih mahal dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Selama 2013, masyarakat memang dihadapkan pada nilai tukar rupiah melemah, stok kebutuhan pangan berkurang, Inflasi yang tinggi, suku bunga yang tinggi, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan berbagai masalah yang timbul
Direktur Utama PT Bank Central Asia (BBCA) Jahja Setiaatmaja mengungkapkan kenaikan biaya hidup masyarakat Indonesia tahun depan setidaknya bakal meningkat sekitar 9%. "Tahun depan cukup menarik, secara umum kita lihat inflasi meskipun terakhir dapat dikendalikan namun tahu ini akan di kisaran 8%-9%. Artinya inflasi 9% maka kenaikan seluruh biaya sekitar 9%," ungkapnya seperti ditulis Kamis (31/10/2013).
Mencoba berpikir dari segi industri, Jahja menilai kenaikan harga kebutuhan itu nanti akan kembali menimbulkan tuntutan kenaikan gaji para buruh di berbagai sektor Industri termasuk perbankan. "Biaya tenaga kerja salah satu unsur elemen yang akan meningkatkan biaya bagi perusahaan di Indonesia. Tensi ke arah itu cukup tinggi, timbul kenaikan biaya," tegasnya.
Tak hanya itu, kenaikan suku bunga yang terjadi di tahun 2013 diprediksi akan menekan jumlah kredit. Sebagai informasi, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan pada level 7,25%. Kenaikan bunga yang diikuti dengan kenaikan modal kerja ini, secara otomatis akan mempengaruhi para pelaku industri untuk menaikkan harga jual produknya.
"Kalau kurs, inflasi, bunga semua naik, pertama, modal kerja akan naik sendiri, karena mmbutuhkan dana lebih besar, tapi dari segi volume belum tentu perusahaan bisa menjual harga (produknya) lebih tinggi, karena untuk kompensasi kenaikan itu harga harus tinggi juga," papar Jahja.
Kenaikan biaya modal dan pengupahan serta kebutuhan bahan baku yang semakin mahal ini nantinya akan menimbulkan perkembangan industri akan lebih bervariasi. Industri besar diperkirakan akan terus berjaya sementara industri menengah ke bawah akan lebih tertekan.
"Tahun depan setiap industri akan bervariasi kinerjanya, (industri) tekstil akan membaik, tapi ada industri yang biasa-biasa saja, banyak juga industri yang gagal, karena di market itu ada industri menegah kecil dan besar. Kalau besar terus berjalan yang menengah kecil ini yang akan tertekan," ungkap Jahja.
Tidak hanya itu, belum lagi pada tahun depan rencananya pemerintah akan kembali menaikkan tarif listrik setelah pada tahun ini Pemerintah melalui PLN sudah menaikkan harga listrik sebanyak empat kali. Apa yang akan dilakukan pemerintah tahun depan? Siapkah anda menghadapi kehidupan tahun depan? (Yas/Ndw)
Selama 2013, masyarakat memang dihadapkan pada nilai tukar rupiah melemah, stok kebutuhan pangan berkurang, Inflasi yang tinggi, suku bunga yang tinggi, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan berbagai masalah yang timbul
Direktur Utama PT Bank Central Asia (BBCA) Jahja Setiaatmaja mengungkapkan kenaikan biaya hidup masyarakat Indonesia tahun depan setidaknya bakal meningkat sekitar 9%. "Tahun depan cukup menarik, secara umum kita lihat inflasi meskipun terakhir dapat dikendalikan namun tahu ini akan di kisaran 8%-9%. Artinya inflasi 9% maka kenaikan seluruh biaya sekitar 9%," ungkapnya seperti ditulis Kamis (31/10/2013).
Mencoba berpikir dari segi industri, Jahja menilai kenaikan harga kebutuhan itu nanti akan kembali menimbulkan tuntutan kenaikan gaji para buruh di berbagai sektor Industri termasuk perbankan. "Biaya tenaga kerja salah satu unsur elemen yang akan meningkatkan biaya bagi perusahaan di Indonesia. Tensi ke arah itu cukup tinggi, timbul kenaikan biaya," tegasnya.
Tak hanya itu, kenaikan suku bunga yang terjadi di tahun 2013 diprediksi akan menekan jumlah kredit. Sebagai informasi, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan pada level 7,25%. Kenaikan bunga yang diikuti dengan kenaikan modal kerja ini, secara otomatis akan mempengaruhi para pelaku industri untuk menaikkan harga jual produknya.
"Kalau kurs, inflasi, bunga semua naik, pertama, modal kerja akan naik sendiri, karena mmbutuhkan dana lebih besar, tapi dari segi volume belum tentu perusahaan bisa menjual harga (produknya) lebih tinggi, karena untuk kompensasi kenaikan itu harga harus tinggi juga," papar Jahja.
Kenaikan biaya modal dan pengupahan serta kebutuhan bahan baku yang semakin mahal ini nantinya akan menimbulkan perkembangan industri akan lebih bervariasi. Industri besar diperkirakan akan terus berjaya sementara industri menengah ke bawah akan lebih tertekan.
"Tahun depan setiap industri akan bervariasi kinerjanya, (industri) tekstil akan membaik, tapi ada industri yang biasa-biasa saja, banyak juga industri yang gagal, karena di market itu ada industri menegah kecil dan besar. Kalau besar terus berjalan yang menengah kecil ini yang akan tertekan," ungkap Jahja.
Tidak hanya itu, belum lagi pada tahun depan rencananya pemerintah akan kembali menaikkan tarif listrik setelah pada tahun ini Pemerintah melalui PLN sudah menaikkan harga listrik sebanyak empat kali. Apa yang akan dilakukan pemerintah tahun depan? Siapkah anda menghadapi kehidupan tahun depan? (Yas/Ndw)