Direktur Mondelez International, induk perusahaan Kraft Food, Simon Talbot mengungkapkan, China dan Indonesia menyediakan berbagai peluang emas mengingat adanya lonjakan industri makanan di Asia.
Tak heran, saat menjadi pembicara di acara `East Gippsland Food Cluster` di Australia, Talbot mendorong produsen dan pengusaha makanan di Victoria, untuk bermain lebih agresif dalam mengembangkan bisnisnya dengan dua negara tersebut.
Seperti dikutip dari Weekly Times, Rabu (6/11/2013), Bos Kraft Food menyarankan para petani dan pengusaha kecil di Australia untuk lebih giat mempromosikan produknya ke dua pasar besar di Asia itu.
Langkah promosi tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk pendekatan pada pemerintah dan perusahaan-perusahaan lain yang lebih besar. Â
Dia juga menghimbau pemerintah Australia untuk menampilkan replika anggur dan makanan khasnya guna memperkenalkan produknya pada sejumlah konsumen asal Asia. Karena menurut Talbot, kota-kota di Indonesia dan China menawarkan banyak peluang emas bagi para eksportir makanan.
"Sangat mudah untuk memenuhi kesukaan warga Shanghai dan berbisnis di sana, tapi kami akan bersaing di kawasan-kawasan yang jauh lebih ramai," ungkapnya.
Menurut dia, penduduk menengah ke atas di sejumlah kota di China terus berkembang. Dengan begitu, dia merasa perlu menguatkan kerjasamanya di negara Tirai Bambu tersebut.
Peluang kerjasama di dua negara besar itu semakin berkilau mengingat eksportir makanan Eropa dan Amerika Serikat (AS) belum menciptakan jalur pengiriman khusus ke kota-kota di Asia. Sementara itu, Talbot menilai Indonesia dan Australia memiliki hubungan yang tak biasa.
"Ada hubungan yang unik antara Indonesia dan Australia. Dua negara tersebut bertetangga dan kami memiliki hubungan budaya politik dan budaya yang kuat dengan keduanya," ungkap Talbot.
Mengingat jaraknya yang dekat dengan basis Mondelez International di Amerika Serikat (AS), Talbot mengatakan, kedua negara tersebut berpotensi menjadi mitra dagang paling kuat bagi perusahaan manufaktur makanan internasional tersebut.
"Australia dan Indonesia dapat menjadi salah satu mitra dagang terkuat kami di bidang makanan dan agrikultur. Hanya butuh lima jam penerbangan untuk menjangkau dua negara tersebut," tuturnya.
Lebih spesifik bicara soal perusahaan besarnya, Talbot mengatakan, pihaknya telah berdiskusi selama setahun dengan pemerintah Victoria untuk membuat pameran makanan permanen di Federation Square. Pameran tersebut ditujukan untuk menarik perhatian para pengunjung yang berasal dari China.
"Melbourne merupakan pusat pendidikan, dan banyak penduduk kelas menengah China yang datang ke Australia. Maka selama mereka tinggal di sini, mengapa kita tdak memamerkan aset besar dari sektor agrikultur dan makanan?"Â kata Talbot.
Sementara bagi Talbot, para produsen dan pengusaha makanan berskala kecil perlu mengembangkan model komunikasi berbasis teknologi guna meningkatkan pengetahuan penjualan ke area yang lebih luas. (Sis/Ahm)
Tak heran, saat menjadi pembicara di acara `East Gippsland Food Cluster` di Australia, Talbot mendorong produsen dan pengusaha makanan di Victoria, untuk bermain lebih agresif dalam mengembangkan bisnisnya dengan dua negara tersebut.
Seperti dikutip dari Weekly Times, Rabu (6/11/2013), Bos Kraft Food menyarankan para petani dan pengusaha kecil di Australia untuk lebih giat mempromosikan produknya ke dua pasar besar di Asia itu.
Langkah promosi tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk pendekatan pada pemerintah dan perusahaan-perusahaan lain yang lebih besar. Â
Dia juga menghimbau pemerintah Australia untuk menampilkan replika anggur dan makanan khasnya guna memperkenalkan produknya pada sejumlah konsumen asal Asia. Karena menurut Talbot, kota-kota di Indonesia dan China menawarkan banyak peluang emas bagi para eksportir makanan.
"Sangat mudah untuk memenuhi kesukaan warga Shanghai dan berbisnis di sana, tapi kami akan bersaing di kawasan-kawasan yang jauh lebih ramai," ungkapnya.
Menurut dia, penduduk menengah ke atas di sejumlah kota di China terus berkembang. Dengan begitu, dia merasa perlu menguatkan kerjasamanya di negara Tirai Bambu tersebut.
Peluang kerjasama di dua negara besar itu semakin berkilau mengingat eksportir makanan Eropa dan Amerika Serikat (AS) belum menciptakan jalur pengiriman khusus ke kota-kota di Asia. Sementara itu, Talbot menilai Indonesia dan Australia memiliki hubungan yang tak biasa.
"Ada hubungan yang unik antara Indonesia dan Australia. Dua negara tersebut bertetangga dan kami memiliki hubungan budaya politik dan budaya yang kuat dengan keduanya," ungkap Talbot.
Mengingat jaraknya yang dekat dengan basis Mondelez International di Amerika Serikat (AS), Talbot mengatakan, kedua negara tersebut berpotensi menjadi mitra dagang paling kuat bagi perusahaan manufaktur makanan internasional tersebut.
"Australia dan Indonesia dapat menjadi salah satu mitra dagang terkuat kami di bidang makanan dan agrikultur. Hanya butuh lima jam penerbangan untuk menjangkau dua negara tersebut," tuturnya.
Lebih spesifik bicara soal perusahaan besarnya, Talbot mengatakan, pihaknya telah berdiskusi selama setahun dengan pemerintah Victoria untuk membuat pameran makanan permanen di Federation Square. Pameran tersebut ditujukan untuk menarik perhatian para pengunjung yang berasal dari China.
"Melbourne merupakan pusat pendidikan, dan banyak penduduk kelas menengah China yang datang ke Australia. Maka selama mereka tinggal di sini, mengapa kita tdak memamerkan aset besar dari sektor agrikultur dan makanan?"Â kata Talbot.
Sementara bagi Talbot, para produsen dan pengusaha makanan berskala kecil perlu mengembangkan model komunikasi berbasis teknologi guna meningkatkan pengetahuan penjualan ke area yang lebih luas. (Sis/Ahm)