Sereal gandum yang sehat bagi jantung, itulah dagangan Quaker Oats. Bagi Anda yang pernah membelinya, tentu mengetahui gambar pria berbaju ala bangsawan tempo dulu di logo Quaker Oats. Persoalannya siapakah pria dalam logo tersebut?
Hingga saat ini, identitas pria dalam logo Quaker Oats masih menjadi misteri. Perusahaan sereal yang berdiri sejak 1901 itu dengan tegas mengatakan, pria itu bukan orang sungguhan juga bukan si pendirinya Henry Parsons Crowell.
Tapi faktanya, wajah pria dalam logo itu sangat mirip dengan pengikut sekte Quaker, William Penn.
Pakaian yang dikenakan pria dalam logo Quaker Oats ditengarai sama dengan busana Penn saat menyebarkan ajaran Quaker. Sekte Quaker sendiri didirikan George Fox yang mengaku bisa berbicara langsung dengan Tuhan tanpa perantara.
Namun dalam situsnya, perusahaan Quaker Oats menegaskan logo tersebut hanya merupakan lambang dari kejujuran dan kualitas yang tinggi dari produk sereal gandumnya.
Penasaran dengan kisahnya?
Berikut teka-teki logo Quaker Oats yang masih misterius hingga sekarang seperti dikutip dari Brief History, Giants for God, situs resmi Quaker Oats dan sejumlah sumber lainnya, Jumat (22/11/2013):
Pendiri Quaker Oats saat kecil nyaris mati kena TBC
Henry Parsons Crowell lahir pada 1855 di Cleveland dari pasangan Anna dan Luther Crowwel. Ayahnya merupakan seorang pengusaha sepatu yang sukses yang kaya raya. Sementara sang ibu merupakan jemaat dan pelayan gereja yang taat.
Saat Crowell dan saudaranya mulai beranjak remaja, Luther khawatir kekayaannya akan mempengaruhi perilaku anak-anaknya di masa depan. Dia lalu menyuruh semua anaknya, termasuk Crowell, untuk menemukan nilai kehidupannya masing-masing.
Malang nasib Crowell, baru berusia sembilan tahun, sang ayah sudah meninggal dunia secara tragis kerena mengidap Tuberculosis (TBC) atau paru-paru basah. Penyakit yang menyerang sang ayah ternyata juga nyaris merenggut nyawa Crowell saat itu.
Dokter menyarankan Crowell untuk pindah rumah ke wilayah yang udaranya lebih segar di daerah Amerika Barat. Agar dia bisa bertahan hidup lebih lama, dia mengikuti sarang sang dokter. Tak heran, dia banyak menghabiskan masa mudanya untuk tinggal dan berpindah-pindah menunggangi kuda ke daerah Colorado, Wyoming, California dan Montana.
Advertisement
Tak pernah kuliah tapi jago berbisnis
Tanpa berbekal ilmu dari perguruan tinggi dan tanpa sempat belajar bisnis dari ayahnya, Crowell benar-benar hanya mengandalkan instingnya dalam berbisnis. Meski tak mendapat pengetahuan bisnis dari sang ayah, tapi nasehat-nasehat yang pernah didengarnya selalu menjadi pedoman hidupnya.
Setelah berpindah-pindah dia akhirnya membeli sebuah lahan perkebunan di Iowa. Namun sayang, tak lama setelah membeli perusahaan tersebut, badai tornado datang menghantam area perkebunannya.
Dia lalu mendapat tawaran untuk membeli lahan seluas 14 ribu hektare (ha), tapi karena tak punya uang dia lalu pulang ke kampung halamannya untuk meminta saran dari sang paman. Dia lalu diperkenalkan pada seorang bankir yang kemudian terkesan dengan rencana bisnisnya. Sang bankir lalu meminjamkan uang padanya.
Lahan luas yang telah dibelinya itu kemudian diubah menjadi peternakan dengan 300 kuda. Dia lalu memiliki gagasan yang sangat jenius untuk mengembangkan bisnis peternakannya tersebut. Kehebatan bisnisnya menjadi pembicaraan di tiga negara bagian. Keahliannya itu membuat pengusaha besar asal Minneapolis kagum dan membeli seluruh lahan bisnisnya dengan harga mahal.
Awal mula Quaker Oats Company
Pada 1880, Crowell divonis sembuh total dari penyakit TBC yang dideritanya sejak kecil. Di usianya yang masih 25 tahun itulah Crowell semakin antusias berkecimpung di dunia bisnis. Pamannya menyarankan dia untuk melirik pembelian Quaker Mill yang tengah goyah saat itu.
Pamannya memintah Crowell untuk melihat apa yang salah dari pengolahan pabrik sereal gandum yang telah berdiri dari 1877 itu. Dia lalu mulai meneliti perusahaan tersebut.
Saat itu, oat atau makanan sejenis gandum masih dianggap sebagai makanan kuda. Dia lalu memutar otak untuk mengolah gandum tersebut menjadi sereal khas saat sarapan. Setelah mendapat gagasan menarik, dia lalu memutuskan untuk membeli Quaker Mill pada 1881. Dia merekrut sejumlah orang untuk mengelola pabriknya sementara Crowell memfokuskan waktu dan energinya mencari pasar untuk gandum olahannya tersebut.
Setelah beroperasi selama 24 tahun, dia lalu mengganti Quaker Mill dengan mengesahkan Quaker Oats Company sebagai sebagai perusahaan sereal Amerika Serikat (AS) pada 1901.
Advertisement
Nama Quaker Oats berasal dari Sekte Quaker?
Menurut pihak perusahaan, nama Quaker Mill (sebelum akhirnya diubah menjadi Quaker Oats) ditentukan seorang rekan bisnis bernama Henry Seymour. Dia menemukan nama Quaker di sebuah artikel ensiklopedia dan memutuskan untuk menggunakan nama tersebut sebagai lambang integritas, kemurnian dan kejujuran.
Meski begitu, asal muasal nama Quaker Oats masih mengundang tanda tanya dari sejumlah pihak. Pasalnya, nama tersebut dikaitkan dengan perkumpulan Quaker yang baru lahir pada sekitar abad 17-an.
Sekte Quaker adalah Perkumpulan Agama Sahabat (Religious Society of Friends) yang diperkirakan berdiri pada sekitar 1654. Komunitas ajaran Quaker didirikan seorang pria biasa George Fox yang mengaku bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan tanpa perantara apapun.
Perkumpulan tersebut ternyata berhasil memiliki banyak pengikut. Salah satu penganut kuat ajaran Quaker adalah William Penn, penemu kota Pennsylvania yang berarti Hutan Penn. Kemudian dia berhasil membagi daerah dengan penduduk sekitar dan meresmikan Philadelphia yang berarti `Kasih Persaudaraan`. Namanya disesuaikan dengan ajaran persaudaraan Quaker. Bicara soal William Penn, kabarnya dia adalah pria dalam logo produk Quaker Oats yang didirikan Crowell.
Misteriusnya logo Quaker Oats yang tak terpecahkan hingga kini
Siapakah pria legendaris yang menjadi logo Quaker Oats selama lebih dari satu abad? Dalam situs resminya, pihak perusahaan menegaskan gambar pria dalam logo tersebut bukan orang sungguhan. Gambar itu hanya merupakan simbol kejujuran dan lambang produk berkualitas tinggi.
Tapi kemudian rumor lain yang merebak menyebutkan pria dalam logo tersebut sangat mirip dengan William Penn, seorang penganut dan tokoh penting dalam komunitas Quaker.
Dalam penyebaran ajarannya, Penn menulis beberapa artikel tentang keyakinannya akan Quaker pada 1668. Dalam tulisannya, dia mempertanyakan dasar-dasar doktrin Protestan. Penn sempat di penjara di Tower of London karena publikasinya tersebut.
Namun kasus itu tak menghentikan langkah Penn, dia tetap menyebarkan ajaran Quaker secara rahasia. Dia bahkan menjalankan misi penyebaran agamanya ke Inggris, Belanda dan Jerman.
Sebagai anak seorang bangsawan kaya, sejak masih muda, Penn selalu menggunakan pakaian yang persis sama seperti yang tertera di logo Quaker Oats. Pakaian itu pula yang dikenakannya saat menyebarkan ajaran Quaker.
Sementara itu, orang-orang dalam perusahaan, kabarnya memiliki sebutan sendiri untuk pria dalam logo kemasan Quaker Oats. `Larry` adalah panggilan untuk pria Quaker di logo perusahaan. Hingga saat ini, identitas pria dalam logo perusahaan Quaker Oats masih menjadi misteri.
Advertisement
Pendiri Quaker Oats, pengusaha yang rajin ibadah
Sepeninggal ayahnya, Crowell sering berkonsultasi dengan pastur di kantor sang ayah. Dari sanalah dia yakin Tuhan Yesus merupakan pengampun segala dosanya. Crowell, sang pendiri Quaker Oats pun tumbuh sebagai penganut kristen yang sangat rajin beribadah.
Sepanjang hidupnya, dia merupakan orang yang selalu mengejar kata-kata Tuhan. Lihat saja bagaimana dia selalu pulang ke rumah dengan alkitab di tangannya. Dia dikenal sebagai pengusaha yang paling rajin pergi ke gereja mencari pencerahan dari tangan Tuhan.
Selama hidupnya Crowell bahkan telah menyumbangkan banyak sekali uangnya ke lebih dari 100 organisasi kristen. Semakin banyak uang yang dia berikan pada umat kristen, dia merasa hidupnya semakin sejahtera. Dalam menjalankan bisnisnya, dia tak pernah lupa berdoa pada Tuhan.
Hidup Crowell hancur saat istri pertamanya meninggal
Setahun setelah membeli Quaker Mill, dia menikahi cinta pertamanya, Lillie Crowell. Keduanya kemudian dianugerahi seorang bayi perempuan bernama Annie.
Kehidupan keluarga kecil tersebut sangat bahagia hingga akhirnya sebuah tragedi terjadi. Pada Januari 1885, baru dua setengah tahun menikah, Lillie jatuh sakit dan meninggal secara tiba-tiba. Dunia Crowell hancur. Cinta Crowell telah hilang dari kehidupannya. Dia lalu memilih kembali menenggelamkan dirinya ke dunia bisnis.
Tiga tahun kemudian, Crowell jatuh cinta lagi dan menikahi Susan Coleman. Pikiran bisnis Susan yang tajam membuat Crowell semakin lengket padanya. Terlebih lagi, keduanya sangat taat beragama dan senang menyumbang pada gereja dan sesamanya. (Sis/Igw)
Advertisement