`Kutukan` Krisis Intai Negara Pembuat Menara Tertinggi Dunia

Negara pencipta menara tertinggi dunia seperti Burj Khalifa, Petronas, hampir selalu dibarengi dengan munculnya krisis ekonomi.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 12 Des 2013, 21:02 WIB
Diterbitkan 12 Des 2013, 21:02 WIB
burj-khalifa-131212b.jpg
Pertamina Energy Tower bakal menjadi salah satu izon baru kebanggaan masyarakat Indonesia di kancah internasional. Dibangun setinggi 530 meter, menara Pertamina Energy ini diklaim bakal menjadi salah satu gedung pencakar langit tertinggi di dunia.

Mimpi besar yang tak hanya membuat nama Pertamina dan Indonesia menarik perhatian dunia, namun juga menjadi awal tonggak unjuk gigi Pertamina dari pesaing terdekatnya di kawasan Asia Tenggara, Petronas.

Pertamina Energy Tower digadang bakal mengalahkan Petronas yang menjadi ikon gedung pencakar langit tertinggi di Asia Tenggara.

Namun, ambisi besar Pertamina hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Sebuah fakta menunjukan, rata-rata negara yang mendirikan gedung tertinggi di dunia justru bernasib sial.

Sebuah laporan dari Skyscraper Index mencatat setiap peluncuran sebuah gedung tertinggi di dunia dalam satu abad terakhir selalu berakhir dengan resesi ekonomi yang melanda negara tersebut.

Dari penelusuran Liputan6.com, berikut adalah negara-negara pencipta gedung tertinggi yang justru sempat bernasib sial:

1. Petronas, Malaysia

Sebut saja Malaysia yang membangun menara kembar Petronas. Gedung berlantai 88 lantai setinggi 1.483 kaki ini menjulang sebagai salah lambang bangunan tertinggi di dunia, beriringan dengan munculnya krisis keuangan terparah di kawasan Asia.

Selesai dibangun pada 1996, bangunan yang menjadi ikon Malaysia ini berdiri tegak di tengah melemahnya nilai tukar Ringgit Malaysia dan ambruknya pasar modal Negeri Jiran tersebut.

Setelah berhasil melalui krisis tersebut, citra menara kembar ini justru semakin berkilau karena banyak wisatawan yang penasaran dengan menara pencakar langit tertinggi dunia.

Tak hanya Petronas, keuntungan juga dinikmati para pemilik properti di sekitar menara kembar tersebut. Saat ini, harga properti di kawasan ini masih merupakan yang termahal dengan harga melebihi 3.000 Ringgit Malaysia per kaki persegi.

2. Burj al Khalifa, Dubai

Uni Emirat Arab khususnya Dubai kini menjelma sebagai negara tujuan wisata baru yang banyak dilirik para pelancong dunia. Bahkan pesohor dunia berlomba-lomba menghabiskan musim liburan di negara Timur Tengah tersebut.

Terkenalnya Dubai mulai mencuat ketika negara beriklim gurun ini membangun gedung pencakar langit tertinggi di dunia. Ikon baru Dubai ini berdiri tegak setinggi 2.734 kaki di kawasan gurun yang disulap menjadi pusat keramaian baru.

Sebelum pencakar langit ini selesai dibangun pada Desember 2009, Dubai World, perusahaan investasi milik negara, ternyata harus menghadapi persoalan berat. Perusahaan haru merestrukturisasi utangnya senilai US$ 23,5 miliar di sejumlah

Restrukturisasi utang ini termasuk mengubah pinjaman senilai 8,9 miliar dolar AS menjadi kepemilikan saham.

Masalah yang dihadapi Dubai World pun tak selesai sampai disitu. Dua bulan setelah Burj Khalifa berdiri, perekonomian dunia dilanda krisis keuangan global yang menyebar sampai ke negara-negar Timur Tengah.

3. Taipei 101, Taiwan

Tak mau kalah dengan negara-negara lain di dunia, Taiwan pun memancangkan ambisi membangun salah satu menara pencakar langit tertinggi di dunia.

Dirancang memiliki tinggi 508 meter, Taiwan mengumumkan rencananya membangun gedung tertinggi kedua di dunia dengan nama Taipei 101 dengan nama resminya adalah Gedung Finansial Internasional Taipei

Gedung ini didesain oleh arsitek lokal, C.Y. Lee dan merupakan gedung pencakar langit pertama di Taiwan. Taipei 2010 juga mengklaim sebagai gedung dengan lift tercepat di dunia.

Untuk mewujudkan mimpinya, dibutuhkan anggaran US$ 1,8 miliar guna membangun gedung Taipei 101 ini. Gedung yang selesai dibangun 2004 ini memiliki desain anyaman bambu, yang merupakan simbol kekuatan abadi dalam budaya China.

Sama seperti Burj Khalifa, pmebangunan menara tertinggi di Taiwan dan dunia ini pun tak lepas dari deraan masalah. Taipei 101 dibangun dikala bursa saham negara tersebut mengalami kolaps hingga ambruk 63%. Padahal sebelumnya, pasar modal Taiwan tengah menikmati booming besar.

Tak hanya itu, Taipei 101 harus melalui kondisi dimulainya resesi ekonomi di awal 2.000 dan munculnya bubble dotcom.

4. Equitable Life Building, Empire State Building, dan Chicago Willis Tower , Amerika Serikat

Dalam rentang yang lebih lama, pembangunan gedung tertinggi di era 1800-an juga tak lepas dari permasalahan. Sejarah Amerika Serikat (AS) membuktikan, banyak menara pencakar langit yang justru dibangun dikala kondisi ekonomi tengah mengalami cobaan berat.

Gedung pencakar langit pertama dunia, Equitable Life Building di New York, AS yang selesai pada tahun 1873 bertepatan dengan resesi panjang AS selama lima tahun. Pola yang kurang lebih sama juga melanda Empire State Building yang harus terhadap depresi besar ekonomi AS usai proses pembangunannya rampung

Sementara itu, Chicago Willis Tower AS yang resmi berdiri tahun 1974 seperti langsung dihantui jatuhnya harga minyak dan emas serta membuat nilai dollar AS turun.
(Shd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya