Ongkos Totok Wajah Naik 15% Karena Rupiah Melemah

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus 'memakan korban'. Sampai-sampai ongkos totok wajah juga naik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Des 2013, 09:01 WIB
Diterbitkan 15 Des 2013, 09:01 WIB
videografer-dian-kenanga-131210a.jpg
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus 'memakan korban'. Kini giliran sektor jasa yang terpukul dengan kondisi tersebut dan memaksa para pelaku usaha menaikkan harga layanan.
 
Salah satu pemain besar di bidang jasa kecantikan dan kesehatan, Dian Kenanga Totok Aura mengaku bakal melakukan penyesuaian harga layanan mulai tahun depan.

Maklum saja selama ini bisnis milik Ratu Totok, Aura, Salma Dian Priharjati itu menawarkan ragam jenis totok, meliputi totok aura wajah, totok aura tubuh (kecuali payudara dan wajah), totok aura tubuh termasuk vitalitas dan organ intim, totok aura payudara dan totok aura getar syaraf. Harga servis totok aura tersebut berkisar antara Rp 80 ribu sampai Rp 200 ribu.
 
"Kami harus melakukan adjustment (menaikkan harga layanan) sekitar 10%-15%. Tidak besar, tapi ini terpaksa kami naikkan karena harga-harga bahan baku yang kami beli dari supplier sudah naik gila-gilaan," ungkap Pemilik Dian Kenanga Totok Aura, Aria Abiasa Taufik kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Minggu (15/12/2013).
 
Aria beralasan, kenaikan harga dilakukan karena bisnis yang digeluti selama hampir satu dasawarsa itu terkena imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu.

Kondisi ini, lanjutnya, diperparah dengan ketidakpastian ekonomi tahun depan sehingga pihaknya khawatir pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan berlanjut di tahun pemilu.

"Selain kenaikan tarif listrik, pelemahan rupiah sangat berpengaruh, sebab 70% bahan baku produk kami masih harus impor misalnya skin food, masker sampai kemasannya diimpor dari luar negeri," keluh Suami dari Dian Priharjati itu.

Dia mengaku, penyesuaian harga juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kebangkrutan yang dapat berujung pada tindakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
 
"Kami tidak mau kesejahteraan pegawai berkurang karena jika tidak menaikkan harga, biaya operasional terus meninggi. Jangan sampai ada pengurangan karyawan," papar Aria.

Dia menyadari bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari penyelamatan bisnis akibat guncangan ekonomi dunia maupun di Indonesia akhir-akhir ini.
 
"Kalau tidak ada guncangan apapun, kami tidak akan menaikkan harga seperti dua tahun belakangan ini. Kami pun tidak bisa menyesuaikan harga layanan sampai 50% karena khawatir pelanggan lari," pungkasnya. (Fik/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya