Liputan6.com, Jakarta - Pada 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif timbal balik atas impor dari sekitar 90 negara yang lebih tinggi dari 10%.
Mengutip CBS News, Kamis (10/4/2025) Trump saat itu mengatakan tarif baru diperlukan untuk menghapus defisit perdagangan antara AS dan negara-negara mitra dagangnya, mulai dari Tiongkok hingga Uni Eropa.
Baca Juga
Beberapa negara hanya menghadapi tarif universal sebesar 10%, sementara impor dari puluhan negara lain dikenakan pungutan impor timbal balik spesifik yang lebih tinggi.
Advertisement
Misalnya, impor Australia menghadapi tarif dasar sebesar 10%, sementara produk buatan Tiongkok sekarang memghadapi tarif dagang sebesar 125%.
"Timbal balik. Itu berarti mereka melakukannya kepada kita, dan kita melakukannya kepada mereka," kata Trump dalam keterangannya pada 2 April lalu.
Kemudian pada 9 April 2025, Trump mengumumkan jeda selama 90 hari pada tarif timbal balik dan menurunkan tarif menjadi 10% untuk hampir semua negara.
Sementara itu, Pengecualian yang menonjol adalah Tiongkok, dengan Trump menaikkan tarif impor negara itu menjadi 125%.
Sebelum ia mengumumkan jeda tersebut, negara-negara Asia bersiap menghadapi beban terburuk, dengan Kamboja menghadapi tarif impor AS sebesar 49% dan Vietnam sebesar 46%, menurut Kepala Ekonom Nationwide, Kathy Bostjancic.
Berikut adalah daftar lengkap negara-negara di dunia yang terkena kebijakan baru tarif impor AS:
1.Tiongkok 125%
2.Lesoto 50%
3.Saint Pierre dan Miquelon 50%
4.Kamboja 49%
5.Laos 48%
6.Madagaskar 47%
7.Vietnam 46%
8.Sri Lanka 44%
9.Myanmar (Burma) 44%
10.Kepulauan Falkland 42%
11.Suriah 41%
12.Mauritius 40%
13.Irak 39%
14.Botswana 38%
15.Guyana 38%
16.Bangladesh 37%
17.Serbia 37%
18.Liechtenstein 37%
19.Reunion 37%
20.Thailand 36%
21.Bosnia dan Herzegovina 36%
22.Utara Makedonia 33%
23.Taiwan 32%
24.Indonesia 32%
25.Angola 32%
26.Fiji 32%
27.Swiss 31%
28.Libya 31%
29.Moldova 31%
30.Afrika Selatan 30%
Daftar Negara Lainnya
31.Nauru 30%
32.Aljazair 30%
33.Pakistan 29%
34.Kepulauan Norfolk 29%
35.Tunisia 28%
36.Kazakhstan 27%
37.India 27%
38.Korea Selatan 25%
39.Jepang 24%
40.Malaysia 24%
41.Brunei 24%
42.Vanuatu 23%
43.Pantai Gading 21%
44.Namibia 21%
45.Uni Eropa 20%
46.Yordania 20%
47.Nikaragua 18%
48.Zimbabwe 18%
49.Malawi 18%
50.Israel 17%
51.Filipina 17%
52.Zambia 17%
53.Mozambik 16%
54.Norwegia 16%
55.Venezuela 15%
56.Nigeria 14%
57.Chad 13%
58.Guinea Ekuatorial 13%
59.Kamerun 12%
60.Republik Demokratik Kongo 11%
Advertisement
Donald Trump Tunda Penerapan Tarif, Pasar Saham Global Menguat
Sebelumnya, saham-saham global langsung melonjak dalam apa yang disebut sebagai “reli lega” setelah Presiden AS Donald Trump mengejutkan pasar dengan mengumumkan penangguhan sementara tarif impor baru terhadap puluhan negara.
Keputusan ini datang setelah beberapa hari penuh tekanan di pasar keuangan, yang sempat menghapus nilai triliunan dolar dari saham global.
Dalam pengumuman yang disampaikan Rabu waktu AS, Trump menyatakan tarif baru akan ditangguhkan selama 90 hari, memberikan waktu untuk negosiasi lebih lanjut. Meskipun sifatnya sementara, keputusan ini cukup untuk membalikkan arah pasar secara drastis.
Saham teknologi papan atas seperti "Magnificent Seven" langsung meroket, menambahkan lebih dari USD 1,5 triliun nilai pasar dalam semalam. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak kenaikan harian terbesar mereka dalam lebih dari 10 tahun.
Kepala Strategi Ekonomi dan Pasar di ClearBridge Investments, Jeff Schulze mengatakan pasar benar-benar terkejut dengan kabar ini.
“Mengingat dampaknya sangat besar. Ini jelas menciptakan kondisi risiko-on yang sangat kuat di pasar,” kata Schulze, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (10/4/2025).
Namun, meski semangat sempat tinggi, kontrak berjangka saham AS kembali melemah pada Kamis pagi. Kontrak berjangka Nasdaq turun 0,67%, sedangkan S&P 500 melemah 0,17%.
Pasar Asia Bergerak Positif
Pasar Asia juga bereaksi positif. Indeks saham Nikkei Jepang melesat 8%, sementara kontrak berjangka Eropa seperti EUROSTOXX 50 dan DAX masing-masing menguat sekitar 9%, dan FTSE lompat 6%.
Di pasar valuta asing, dolar AS menguat tajam terhadap yen dan franc Swiss. Terutama terhadap yen, dolar mencatat kenaikan harian terbesar dalam dua bulan terakhir.
Meskipun banyak tarif ditangguhkan, Gedung Putih menegaskan bea masuk umum sebesar 10% untuk hampir semua impor masih akan tetap diberlakukan. Selain itu, tarif tinggi untuk mobil, baja, dan aluminium juga tidak mengalami perubahan.
Trump bahkan memperingatkan akan menaikkan tarif terhadap barang-barang dari Tiongkok menjadi 125%, naik dari 104% yang berlaku mulai Rabu.
Sebagai tanggapan, Tiongkok langsung bereaksi dengan menaikkan tarif atas produk Amerika hingga 84% dan memberlakukan pembatasan terhadap 18 perusahaan AS, terutama yang terkait sektor pertahanan.
Kepala Ekonom Amerika Utara di Capital Economics, Paul Ashworth mengatakan sulit membayangkan kedua pihak bakal mundur dalam waktu dekat.
“Tapi kami percaya pembicaraan pada akhirnya akan tetap berlangsung. Walau, pencabutan semua tarif yang ditetapkan sejak pelantikan Presiden tampaknya kecil kemungkinannya,” ujarnya.
Ashworth memperkirakan bahwa tarif efektif terhadap Tiongkok kemungkinan akan stabil di level sekitar 60%, sesuai dengan proyeksi awal Capital Economics.
Sementara itu, menjelang pembukaan pasar di dalam negeri, yuan Tiongkok kembali melemah di pasar luar negeri menjadi 7,3570 per dolar, setelah menyentuh rekor terendah awal minggu ini
Advertisement
