Pengusaha Logistik Belum Siap Hadapi Pasar Bebas Asean 2015

Pengusaha logistik swasta dalam negeri keluhkan ketidaksiapan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Jan 2014, 10:02 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2014, 10:02 WIB
pelabuhan-2--130603c.jpg
Pengusaha logistik swasta dalam negeri keluhkan ketidaksiapan sektor tersebut dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Hal ini lantaran para pengusaha bukan sibuk untuk menyiapkan diri untuk bersaing dengan pengusaha luar negeri, melainkan sibuk dengan perusahaan logistik dalam negeri terutama perusahaan BUMN.

"Kalau kami lihat secara kompetisi lokal, saya rasa tidak siap, karena rata-rata pengusaha lokal kita berperang melawan BUMN-BUMN di banding persiapan dengan asing," ujar Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Rabu (15/1/2014).

Zaldy menilai, seharusnya pemerintah mendukung para pengusaha logistik lokal, bukannya membentukan para pengusaha ini perusahaan-perusahaan logistik milik BUMN.

"Yang sebenarnya kami harapkan dari pemerintah untuk bisa mendukung pengusaha-pengusaha lokal agar mereka bisa bersaing dengan 'musuh-musuh' mereka di ASEAN. Tapi sekarang mereka harus berhadapan dengan perusahaan-perusahaan logistik milik BUMN yang saya rasa sekarang kondisinya sangat tidak fair," lanjutnya.

Menurut Zaldy, agar sektor logistik bisa bersaing saat perdagangan bebas antar negara Asia Tenggara nanti, ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah.

Pertama yaitu peningkatan sumber daya manusia (SDM). Kedua, terkait intensif dimana pengusaha lokal seharusnya mendapatkan dukungan berupa keringanan dan kemudahan pembiayaan seperti yang didapatkan pengusaha logistik dinegara-negara tetangga.

"Kami lihat sekarang banyak perusahaan-perusahaan logistik dari luar seperti dari Singapura dan Malaysia. Dia bisa investasi truk yang baru, karena dia bisa memakai uang yang mereka pinjam di Bank Singapuara yang bunganya hanya 1,5%, sedangkan pengusaha lokal kita kalau mereka mau beli truk baru, mereka harus pinjam uang di bank kita yang bunganya 11%," kata Zaldy.

Dan ketiga, yang harus dipersiapkan pemerintah yaitu terkait infrastruktur yang menjadi salah satu kunci berkembangnya sektor logistik suatu negara. Zaldy mengatakan, selama lima tahun terakhir tidak ada fasilitas logistik dibangun secara baik.

"Semuanya masih tambal sulam yang ada aja sekarang, tapi infrastruktur baru sama sekali gak ada," kata Zaldy.

Dia mencontohkan, proyek pembangunan kereta api double track di Indonesia yang bisa memakan waktu sampai 20 tahun lebih, sedangkan Vietnam bisa membangun jalan tol sepanjang 1.000 kilometer (km) hanya membutuhkan waktu 8 bulan.

"Tiga hal itulah yang kita belum dapat, sehingga pengusaha-pengusaha lokal kita belum bisa bersaing dengan pengusaha luar," tandas Zaldy. (Dny/Nrm)

Baca juga:

Pengusaha Logistik Bantah Pelayanan Pelabuhan Efisien

Pengusaha Logistik Tak Siap Hadapi Komunitas Ekonomi ASEAN

Pengusaha Logistik Keluhkan Kenaikan Tarif Pelabuhan Tiap Tahun

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya