Liputan6.com, Rio de Janeiro - Liam Malone tak bisa membendung tangis bahagianya usai memastikan diri sebagai peraih medali perak dalam nomor lari sprinter 100 meter T44 di Paralimpiade Rio 2016. Hari ini, Sabtu (10/9/2016) seharusnya menjadi hari ulang tahun ibunya, yang wafat empat tahun lalu, karena penyakit kanker.
Baca Juga
Pesta olahraga Paralimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016 telah memasuki hari ketiga, sejak dibuka pada Rabu (7/9/2016) waktu setempat. Malone yang mewakili negaranya, Selandia baru, membuat catatan waktu yang mengesankan dalam 20 menit terakhir perlombaan.
Advertisement
Pria 22 tahun ini berlari dengan bantuan dua kaki fleksibel prostetik atau Flex-Foot sebagai pengganti kakinya yang tak sempurna. Finis di urutan kedua, Malone membukukan waktu 11,02 detik, kalah dari legenda Jonnie Peacock.
"Hari ini adalah hari spesial untuk saya kembali pulang ke rumah. Saya kehilangan ibu saya empat tahun lalu karena kanker dan hari ini waktu New Zealand seharusnya jadi hari ulang tahunnya. Jadi, selamat ulang tahun, Bu," tutur Malone kepada TVNZ dilansir dari media lokal Stuff.
Bisa tampil di final Paralimpiade, pesta olahraga khusus penyandang disabilitas tersebut, merupakan perjalanan panjang untuk Malone. Pasalnya, dia baru menjadi atlet pada dua tahun belakangan lewat bantuan masyarakat Selandia Baru.
Dukungan warga di Negeri Kiwi tersebut membuatnya bisa memakai alat bantu berlari saat tahun pertama kuliah di Canterbury University. Di luar kejuaraan, kini Malone menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan berlatih bersama pelatihnya James Mortimer di Auckland.
"Itu (medali) untuk semua yang mendukung saya sejak hari pertama. Ibu, ayah, semua teman saya, masyakarat Kiwi yang membuat saya berada di sini lewat pengumpulan dana. Ini merupakan perjalanan panjang," tutur Malone.