6 Duet Maut Timnas Indonesia di Ajang Piala AFF

Timnas Indonesia pernah melahirkan duet maut yang menjadi tumpuan tim. Siapa saja yang pernah jadi pasangan berkualitas dan menakutkan buat lawan?

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 06 Mei 2020, 18:50 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2020, 18:50 WIB
Kolase - Duet Timnas Indonesia
Kolase - Duet Timnas Indonesia (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta- Indonesia tak pernah kehabisan stok penyerang hebat sejak dulu. Terbukti banyak penyerang-penyerang tajam yang sempat membuat lini depan Timnas Indonesia menakutkan.

Hampir setiap generasi sepak bola Indonesia menghasilkan penyerang lokal berkualitas. Pengaruhnya sudah terasa langsung kepada Timnas Indonesia.

Contohnya di Piala Tiger, yang kemudian bernama Piala AFF. Hampir setiap edisi Timnas Indonesia memiliki penyerang tajam. Pembuktian tersebut dilakukan di lapangan dengan sumbangan begitu banyak gol.

Belakangan jumlah penyerang tajam lokal yang dimiliki Indonesia berkurang. Hal ini terjadi karena tidak didukung kebijakan klub yang memang lebih senang menggunakan jasa pemain asing.

Para pemain muda yang bermain sebagai penyerang kerap tidak mendapatkan tempat bermain di klub. Klub lebih percaya memainkan penyerang asing demi mengejar kesuksesan instan.

Meskipun punya penyerang tajam di lini depan bukan jaminan prestasi. Sederet duet penyerang tajam yang pernah dimiliki Timnas Indonesia nyatanya selalu gagal memberikan gelar.

Bola.com mengumpulkan beberapa duet penyerang tajam yang pernah dimiliki Timnas Indonesia, di mana kehadirannya pernah membuat lini depan Tim Garuda disegani lawan.

Peri Sandria & Kurniawan Dwi Yulianto

Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto, kalah menyakitkan di semifinal Piala Tiger 1996 dari Malaysia. (Bola.com/Dok. Pribadi)

Duet Peri Sandria dan Kurniawan Dwi Yulianto di Timnas Indonesia terjadi di Piala Tiger 1996. Ketika itu, dua nama tersebut merupakan penyerang terbaik yang dimiliki Indonesia.

Peri Sandria yang berumur 26 tahun merupakan pemain tajam milik Bandung Raya. Adapun Kurniawan Dwi Yulianto ketika itu berusia 20 dan bermain untuk klub Swiss, FC Luzern.

Kehadiran keduanya membuat lini depan Timnas Indonesia mengerikan. Peri Sandira dan Kurniawan masing-masing mencetak empat gol dalam turnamen tersebut. Sayangnya Timnas Indonesia gagal menjadi juara karena tersingkir di semifinal.

Widodo C Putro & Miro Baldo Bento

Latihan Persita Tangerang
Pelatih Persita Tangerang, Widodo C. Putro, mengamati anak asuhnya saat latihan di Stadion Sport Center, Tangerang, Selasa (28/5). Latihan ini persiapan jelang laga Liga 2 2019. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Dua tahun kemudian, ada duet yang berbeda di Timnas Indonesia. Ketika itu, Timnas Indonesia mengandalkan Widodo Cahyono Putro dan Miro Baldo Bento di lini depan.

Keduanya sukses membuat lini depan Timnas Indonesia tajam dengan jumlah sumbangan lima gol. Namun, lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak buat Indonesia.

Timnas Indonesia tersingkir di semifinal. Namun, pada perebutan peringkat ketiga, Timnas Indonesia berhasil mengalahkan Thailand melalui drama adu penalti dengan skor 5-4.

Gendut Doni & Kurniawan Dwi Yulianto

Kurniawan Dwi Yulianto dan Gendut Doni Christiawan
Kurniawan Dwi Yulianto (kiri) dan Gendut Doni Christiawan. (Bola.com/Arief Bagus)

Pada Piala Tiger 2000 giliran Kurniawan Dwi Yulianto yang berduet dengan Gendut Doni. Kedua penyerang beringas itu berhasil tampil mengesankan sepanjang turnamen.

Keduanya sanggup mencetak delapan gol sepanjang turnamen. Rinciannya adalah Gendut Doni mencetak lima gol, sedangkan Kurniawan menyumbang tiga gol.

Akan tetapi, ketajaman keduanya tetap tak mampu memberikan gelar juara buat Timnas Indonesia. Pada laga final, Tim Merah Putih menyerah 1-4 dari Thailand.

Bambang Pamungkas & Zaenal Arif

Bambang Pamungkas
Bambang Pamungkas merayakan gol saat Timnas Indonesia menggulung Filipina 13-1 di Piala AFF 2002. (AFP/Weda)

Dua tahun berselang tepatnya di Piala Tiger 2002, lini depan Timnas Indonesia dihuni duet Bambang Pamungkas dan Zaenal Arif. Keduanya berhasil tampil mengesankan berkat gol-gol yang dicetak.

Bambang Pamungkas ketika itu mencetak delapan gol, sedangkan Zaenal Arif membukukan enam gol. Akan tetapi, Timnas Indonesia kembali gagal meraih gelar juara.

Pada laga final, Timnas Indonesia harus puas bermain imbang 2-2 melawan Thailand. Namun, keberuntungan Tim Garuda berhenti di babak adu penalti setelah menyerah 2-4 dari Tim Gajah Perang.

Ilham Jaya Kesuma & Boaz Solossa

Ilham Jayakesuma
Ilham Jayakesuma (kanan)

Piala Tiger 2004 giliran nama Ilham Jaya Kesuma dan Boaz Solossa yang tampil menggila. Keduanya sukses mengumpulkan 11 gol, Ilham dengan tujuh gol dan Boaz Solossa empat gol.

Piala Tiger ini bisa dibilang panggungnya pemain Indonesia. Selain dua nama tersebut, ada pula Kurniawan Dwi Yulianto yang tampil tajam dengan lima gol dan Elie Aiboy dengan empat gol.

Akan tetapi, Timnas Indonesia kembali gagal menjadi juara. Pada laga final, Tim Merah Putih menyerah 1-3 dan 1-2 dari Singapura, di mana laga final sudah menggunakan sistem dua leg.

Cristian Gonzales & Irfan Bachdim

Cristian Gonzales.
Cristian Gonzales saat selebrasi usai mencetak gol bagi Timnas Indonesia. (Google)

Ada duet Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim di Piala AFF 2010. Ketika itu, keduanya mampu mencetak lima gol.

Selain dua nama itu, ada pula nama Bambang Pamungkas yang mampu mencetak dua gol. Akan tetapi, para pemain tajam itu tak cukup mampu memberikan gelar juara.

Timnas Indonesia kalah di final dari Malaysia dengan agregat 2-4. Kekalahan ini terasa menyakitkan karena dalam laga leg kedua sebenarnya Timnas Indonesia menang 2-1. Namun, pada leg pertama lebih dulu menyerah 0-3 di kandang Malaysia.

Disadur dari Bola.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya