Liputan6.com, Jakarta - National Paralympic Committee (NPC) Indonesia telah menyiapkan panduan alias road map untuk pembinaan para atlet disabilitas hingga 2032 mendatang. Program tersebut terus berjalan meski Indonesia gagal jadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade 2032.
Wakil Sekretaris Jenderal NPC Rima Ferdianto menyampaikan hal tersebut pada konferensi pers virtual di tengah penyelenggaraan Peparnas Papua pada Minggu (7/11/2021) siang.
Baca Juga
Road map tersebut sejatinya dirancang dengan harapan Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade 2032. Meski hasil pemungutan suara oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) menetapkan Brisbane sebagai tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade 2032, Rima menegaskan NPC Indonesia akan tetap menjalankan pembinaan berkesinambungan sesuai rencana.
Advertisement
“Kita sebenarnya sudah membuat road map prestasi NPC sampai 2032 (karena) waktu itu perkiraannya kita optimis bisa menjadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade,” ujar Rima dalam jumpa pers virtual yang berlangsung Minggu (7/11/2021) siang.
“Baru saja kita ketahui bahwa pada 2032, tuan rumah (Olimpiade dan Paralimpiade) positif Brisbane. Akan tetapi, road map itu akan (tetap) kita lakukan,” tuturnya menambahkan.
Target Pembinaan
Rima memaparkan bahwa keikutsertaan dalam ajang olahraga multievent terbesar dunia, Paralimpiade, merupakan target puncak pembinaan para altet disabilitas. Oleh sebab itu, NPC Indonesia juga berupaya meningkatkan prestasi para atlet di tiap Paralimpiade.
“Paralimpiade ini puncak target kita. Jadi di 2021 kemarin, kita mengikuti Paralimpiade Tokyo. Di situ sebenarnya kita hanya menargetkan satu emas, ternyata target terlampaui. Kita mendapatkan dua emas, tiga perak, dan empat perunggu. Itu bahkan sudah melebihi target Paralimpiade Paris mendatang,” papar Rima.
“Di Paralimpiade Paris, kita menargetkan dua emas, tetapi kita berharap mendapatkan lebih dari itu. Kemudian, cabor-cabor yang lolos ke Paralimpiade Paris juga lebih banyak dibanding yang lolos di Paralimpiade Tokyo. Kemarin, kita meloloskan tujuh cabor. Kita berharap di Paralimpiade Paris, kita bisa meloloskan minimal delapan cabor,” lanjutnya.
Advertisement
Target Paralimpiade 2028 dan 2032
Lebih lanjut, NPC Indonesia menargetkan kontingen Tanah Air bisa masuk peringkat 30 besar dalam Paralimpiade Los Angeles 2028, berkat pembinaan dan regenerasi atlet.
NPC juga sejatinya berharap dapat mengusulkan cabor baru, yakni catur, jika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Paralimpiade 2032. Kehadiran cabor ini diharapkan dapat membawa kontingen Tanah Air masuk ke peringkat 25 besar.
Namun, dengan gagal terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Paralimpiade, NPC lantas mengalihkan target dan membuat road map pembinaan hingga 2044. Road map ini selanjutnya akan terus dipantau dan direvisi sepanjang pelaksanaan.
“Road map itu akan selalu kita pantau, selalu kita revisi per tahun (untuk mengetahui) apakah olahraga baru yang kita bina itu berpotensi (membawa prestasi) ke depannya, atau kita hanya akan berusaha memaksimalkan cabor yang benar-benar potensial menghasilkan medali,” tutur Wasekjen NPC Indonesia.
Sistem Baru
Dalam rangka mempercepat regenerasi atlet, NPC Indonesia menerapkan sistem kategori dalam pelaksanaan Peparnas 2021. Kategori elit diperuntukkan bagi atlet yang pernah berpartisipasi di ajang internasional.
Atlet yang masuk dalam kategori elit hanya diizinkan ikut serta dalam satu nomor pertandingan. Sementara itu, atlet nasional merupakan golongan atlet yang belum pernah ikut di kejuaraan internasional.
Advertisement
Tanggapan Atlet
Atlet para badminton peraih dua medali emas di Paralimpiade Tokyo 2020, Leani Ratri Oktila, mengaku dirinya mengapresiasi peraturan baru yang ditetapkan oleh NPC Pusat. Menurutnya, peraturan tersebut dapat mendorong regenerasi dan motivasi bagi atlet-atlet di daerah.
“Saya sangat mengapresiasi NPC Pusat yang membuat peraturan baru, bahwasannya atlet elit atau atlet Pelatnas hanya (boleh) turun di satu nomor, karena saya rasa, dari event-evenet sebelumnya, saya melihat (dan) mendengar teman-teman di daerah yang menyampaikan (soal) bagaimana mereka bisa berprestasi jika masih digabungkan dengan atlet elit.”
“Bukan berarti yang elit adalah yang terbaik, tidak juga. Walaupun mereka (atlet elit) sudah di Pelatnas, tetapi kalau kita gigih berlatih di daerah, saya rasa juga bisa mengalahkan atlet-atlet elit. Akan tetapi, dengan adanya regulasi baru ini, lebih menambah motivasi bagi teman-teman di daerah. Kami pun bisa senang melihat ada regenerasi dari kami nanti,” sambungnya.
Penulis: Melinda Indrasari