Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) adalah pesta olahraga bagi atlet penyandang disabilitas di Indonesia. Peparnas digelar setiap empat tahun sekali yang berbarengan dengan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Peparnas pertama kali digelar di Surakarta, Jawa Tengah, pada tahun 1957. Stadion Manahan Solo menjadi saksi pagelaran perdana kompetisi olahraga nasional bagi penyandang disabilitas di Indonesia ini.
Sebagai tuan rumah, kontingen Jawa Tengah mampu keluar sebagai juara perdana Peparnas edisi pertama. Kemudian, dua tahun berselang, masih di tempat yang sama, kontingen Jawa Tengah kembali meraih gelar juara pada Peparnas edisi kedua.
Kemenangan kontingen Jawa Tengah harus terhenti pada edisi ketiga Peparnas yang kembali digelar di Surakarta. Kontingen Jawa Barat menjadi kontingen kedua yang berhasil menduduki peringkat pertama pesta olahraga disabilitas ini.
Sejak edisi pertama, Peparnas sejatinya belum digelar secara teratur setiap empat tahun sekali. Baru pada edisi ketujuh yang digelar pada tahun 1980, Peparnas mulai digelar teratur setiap empat tahun sekali.
Perubahan Nama Kompetisi
Selain belum digelar selama empat tahun sekali, pada edisi pertama pesta olahraga nasional atlet disabilitas ini sebenarnya bukan bernama Peparnas. Melainkan bernama Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas).
Porcanas baru berganti nama pada edisi Ke-13 yang digelar di Kalimantan Timur. Hal ini dilakukan sesuai dengan hasil Sidang Umum di Bonn, Jerman, pada 18 November 2005 yang digelar oleh Komite Paralimpiade Internasional (IPC).
Pada sidang tersebut, diputuskan regulasi internasional yang menyatakan bahwa penggunaan kata “cacat” tidak boleh dipergunakan kembali di ajang olahraga. Sebab, istilah cacat dianggap memarginalkan masyarakat yang memiliki kekurangan atau penyandang disabilitas.
Oleh karena itu, Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) selaku federasi Porcanas di Indonesia mengubah “Porcanas” menjadi “Peparnas” pada tahun 2008. Selain itu, BPOC pun turut berganti nama menjadi National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) sebagai respon atas keputusan Sidang Umum di Bonn.
Peparnas XVI Papua
Tahun 2021 menjadi Peparnas edisi Ke-16 di Indonesia. Kabupaten Jayapura, Papua, berkesempatan menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya.
Peparnas XVI Papua digelar selama 10 hari, mulai tanggal 5-15 November 2021. Pada gelaran ini, terdapat 12 cabang olahraga yang diperlombakan di 12 venue. Cabang olahraga di Peparnas XVI Papua Mulai dari angkat berat, atletik, boccia, bulutangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola, tenis dan tenis meja.
Selain itu, menurut Ketua NPCI, Seni Marbun mengungkap, Peparnas XVI Papua sangat berbeda dari edisi sebelumnya. Sebab, tren olahraga difabel tidak lagi dipandang sebelah mata saat ini.
"Dahulu, sejumlah otoritas menilai olahraga difabel hanya membebani. Tidak heran jika pembinaan olahraga difabel ini kurang dihargai, diminati dan termarjinalkan di emper pembinaan olahraga prestasi pada umumnya," ungkap Seny.
Namun kini, lanjut Seny, olahraga difabel menjadi buah bibir insan mancanegara. "Ini akumulasi keberhasilan dan cambuk bagi atlet untuk menggapai prestasi setinggi mungkin. Jangan putus asa, berkecil hati. Kalau merasa gagal, coba buka alinea baru untuk membanggakan Nusa dan Bangsa," tambahnya.
Ajang Mendobrak Batas Diri
Peparnas XVI Papua resmi dibuka Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Pembukaan yang digelar di Stadion Mandala, Kota Jayapura, Jumat (5/11/2021) malam berlangsung meriah.
Tarian kolosal hingga penampilan artis dan atraksi 500 drone membuat langit Papua kian berwarna.
Wapres Ma'ruf Amin menyatakan, Peparnas 2021 akan sama suksesnya dengan gelaran PON ke-20 Papua.
"PON ke-20 yang lalu sukses luar biasa. Saya yakin Paralimpik ini akan sukses kembali, karena masyarakat Papua adalah masyarakat pecinta olahraga dan masyarakat Papua adalah tuan rumah yang hangat. Sukses ini, sekali lagi, akan dicatat dalam sejarah yang akan selalu dikenang dalam hati seluruh rakyat Indonesia," kata Ma'ruf Amin di Stadion Mandala, Kota Jayapura.
Dia menyatakan Peparnas adalah ajang yang sangat istimewa, sebab event ini untuk mendobrak batas diri dan keluar sebagai pemenang. Selain itu, event ini adalah pembuktian adanya semangat kesetaraan dan persamaan bagi kita semua.
"Dan ini merupakan pembuktian komitmen pemerintah untuk memberikan perlakuan yang sama bagi setiap warga negara. Dalam hal ini Presiden meminta saya untuk membuka Peparnas ini dan Presiden sendiri yang nanti akan menutupnya," kata Ma'ruf Amin.
Dorong Regenerasi Atlet Muda
Ada perbedaan yang cukup signifikan pada pagelaran Peparnas XVI tahun ini. NPCI membagi pertandingan ke dalam dua kategori.
Masing-masing kategori tersebut adalah kategori elite dan kategori nasional. Kategori elite dikhususkan bagi atlet yang sudah merasakan pertandingan di ajang internasional, baik yang meraih juara ataupun tidak.
Sementara, kategori nasional akan didominasi oleh atlet-atlet muda yang masih minim jam terbang. Pasalnya, kategori nasional diperuntukan bagi atlet daerah dan nasional yang belum pernah mencicipi pertandingan internasional.
Wakil Sekeretaris Jenderal (Wasekjen) NPCI, Rima Ferdianto mengatakan, pembagian ini dilakukan sebagai upaya mencari bibit-bibit baru. Mengingat, regenerasi atlet disabilitas di Tanah Air belum berjalan maksimal.
"Peparnas XVI diharapkan dapat menjadi ajang pembuktian bagi atlet muda berbakat untuk menunjukkan potensinya. Sebab, target Peparnas tahun ini adalah, sukses regenerasi atlet penyandang disabilitas," ujar Rima seperti dilansir situs resmi Kemenpora.
Sistem Pertandingan
Dengan adanya pembagian kategori, tentu sistem pertandingan di ajang Peparnas XVI sedikit berbeda dari edisi sebelumnya. Dimana pada Peparnas 2021 ini, sistem pertandingan akan memprioritaskan atlet-atlet muda.
Seperti yang ada di kategori elite, karena atlet tersebut sudah banyak merasakan asam garam, maka hanya boleh turun di satu nomor cabor pertandingan. Sebaliknya, bagi atlet yang masuk di kategori nasional, diperbolehkan turun dilebih dari dua nomor cabor pertandingan.
“Dengan dibukanya kesempatan yang begitu luas bagi atlet-atlet muda, kami berharap dapat mendorong percepatan regenerasi atlet disabilitas. Semoga nantinya akan muncul banyak atlet berbakat di tiap-tiap cabor,” tutur Rima.
Melihat Persiapan Pemerintah Daerah
Selain menjadi ajang pencarian bibit-bibt baru, Peparnas XVI juga memiliki fungsi lain. Dalam ajang bergengsi ini, NPCI ingin melihat sejauh apa persiapan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam membina para atlet.
Hal ini dimaksudkan guna menjadi masukkan di kemudian hari bila ada daerah yang belum memaksimalkan potensi atlet-atletnya. Terlebih, atlet disabilitas juga berhak mendapatkan hak untuk mengembangkan kemampuannya dan diberikan ruang seluas-luasnya.
Berita Terbaru
Megawati Bakal Nyoblos Pilkada Jakarta Bareng Keluarga di Kebagusan
2 Hal yang Paling Banyak Memasukkan Orang ke Surga, Apa Saja?
Profil Paslon Pilgub Sumatera Barat 2024, Mahyeldi-Vasko dan Epyardi-Ekos
Terapi Wicara dan Pentingnya Penanganan Komprehensif Pasien Pascaoperasi Celah Bibir
Jangan Merasa Kalah saat Tholabul Halal meski ke Nonmuslim, Ini Maksud Gus Baha
Simak, Makna dan Lirik Lagu Hymne Guru
Anggota DPR: Kasus Polisi Tembak Polisi jadi Momentum Evaluasi Penggunaan Senjata Api
Simak, Profil Cagub dan Cawagub Pilkada Sumatera Utara 2024
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Tersangka Korupsi, KPK: Butuh Dana untuk Pilkada
Mengenal Tari Manasai, Kental dengan Makna Kehidupan Masyarakat Dayak Kalimantan
Selamat Hari Guru Nasional 2024, Simak Keutamaan jadi Pendidik dalam Perspektif Islam
3 Kandidat Bek Kiri yang Bisa Direkrut Manchester United di Era Ruben Amorim