Liputan6.com, Solo Laga penuh gengsi derby Mataram antara Persis Solo kontra PSIM berakhir dengan skor akhir 1:0 dimenangkan oleh PSIM. Pelatih kepala Persis Solo, Eko Purdjianto usai laga tersebut tak nampak hadir dalam sesi press conference, tapi diwakili oleh asisten pelatih mereka, yakni Haryanto Prasetyo Adi Utomo.
Ada apa dengan Coach Eko yang tidak menghadiri sesi press conference tersebut. Bukan hanya Coach Eko, Chairman Persis Solo, Kaesang Pangarep 2 jam lebih baru terlihat turun bersama Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan Kevin Nugroho.
Kekalahan Persis pada Laga lanjutan Grup C Liga 2 2021/2022 tersebut adalah kekalahan perdana tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu. Asisten Pelatih, Haryanto menyampaikan permintaan maaf kepada suporter Persis Solo yang dikenal dengan Pasoepati tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Saya mengucapkan permintaan maaf kepada suporter Persis Solo, karena memberikan hasil sangat mengecewakan, Tapi, kami tidak akan larut dalam kekalahan dan akan segera bangkit untuk pertanidngan berikutnya," kata dia di Stadion Manahan, Solo, Selasa (16/11/2021).
Persaingan Lolos Grup Makin Ketat
Haryanto menyebut anak asuhannya sukses menguasai pertandingan, namun hal tersebut tidak mampu dikonversikan menjadi gol untuk Persis Solo. Bahkan, ia menyebut jika permainan Persis Solo malah terbawa arus permainan anak asuhan Seto tersebut.
"Di babak kedua kami seperti terbawa dalam permainan mereka (PSIM), Ditambah di babak kedua tekanan harus menang dan pemain memainkan bola-bola panjang. Tapi, hasil tetap tidak sesuai harapan kami," ucapnya.
Advertisement
Puncak Klasemen
Meski kalah, Persis Solo memuncaki klasemen sementara Grup C Liga 2 2021/2022 dengan skor 15. Seharusnya Persis solo mendapat tambahan 2 poin karena PSG Pati mendapat sanksi Komdis dan harus menerima hukuman pengurangan poin, namun PSG Pati masih melakukan banding.
Di sisi lain, usai kekalahan tersebut tak sedikit suporter mengaku kecewa dan melampiaskan kekecewaannya dengan melakukan protes dan konvoi pada Senin malam (15/11/2021). Petugas kepolisian sampai harus menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumjunan mereka agar tidak ada pelanggaran Protokol Kesehatan (Prokes) dan menimbulkan kegaduhan di wilayah Solo.