Bola Ganjil: Kontradiksi 2 Klub, Melesat ke Surga dan Tergusur ke Neraka di Waktu Bersamaan

Peruntungan dalam sepak bola bisa cepat berubah bagi dua klub berbeda. Tanya saja Leicester City dan Yeovil Town.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 05 Jan 2022, 00:30 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2022, 00:30 WIB
Kaleidoskop Sepak Bola Dunia 2016, Fenomena Leicester dan Kejayaan Ronaldo
Leicester secara mengejutkan berhasil meraih gelar juara Premier League musim 2015/2016. Meski tidak memiliki pemain berlebel bintang, Claudio Ranieri, berhasil menyulap The Foxes menjadi tim yang sulit dikalahkan. (AFP/Lillian Suwanrumpha)

Liputan6.com, Jakarta - Peruntungan dalam sepak bola bisa cepat berubah bagi dua klub berbeda. Tanya saja Leicester City dan Yeovil Town.

Mereka bertemu di Divisi I sistem kompetisi sepak bola Inggris alias Championship pada 25 Maret 2014. Yeovil Town memimpin 1-0 di markas Leicester pada menit ke-22 berkat gol Joseph Ralls.

Namun, tuan rumah menyamakan kedudukan melalui Chris Wood pada menit kedua injury time. Dua tahun, satu bulan, 12 hari berselang, Leicester City mengangkat trofi sebagai juara Liga Inggris.

Pada hari yang sama, Yeovil takluk 0-1 dari Leyton Orient sehingga menempati peringkay 19 persaingan Divisi III (League Two). Sempat bersaing di kasta yang sama, kedua klub kini dipisahkan 86 peringkat klasemen

Hal ini terjadi karena timpangnya kinerja mereka. Hasil imbang kontra Yeovil membantu Leicester promosi ke Premier League sebagai juara Championship 2013/2014. Hampir terdegradasi di musim berikutnya, Peter Schmeichel dan kawan-kawan kemudian menciptakan salah satu kejutan terbesar sepanjang sejarah sepak bola dengan memenangkan musim 2015/2016.

Sebaliknya, tambahan satu poin melawan Leicester tidak cukup untuk menyelamatkan Yeovil. Mereka turun ke Divisi II (League One) dan terus anjlok ke Divisi III secara beruntun.

Yeovil bahkan kembali terdegradasi pada 2018/2019 sehingga kini berkutat di Divisi IV. Sementara Leicester City terus menjadi kuda hitam di panggung utama.

 

Norwich dan Stockport

ilustrasi BOLA GANJIL
BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Leicester dan Yeovil bukan satu-satunya contoh kasus fenomena ini. Norwich Town dan Stockport County bersua di League One 2009/2010.

Dalam waktu dua tahun, Norwich berkompetisi di Premier League dan Stockport tergusur ke Divisi IV. Performa kontras keduanya berlanjut hingga 2014.

Norwich sukses bertahan di Premier League dengan Stockport terjerembab ke Divisi VI. Artinya, kedua tim dipisahkan lima kasta hanya dalam empat tahun.

 

2 Kasus di Pertengahan 1980-an

ilustrasi BOLA GANJIL
ilustrasi BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Derby County dan Lincoln City juga merasakannya. Mereka bersua di Divisi III 1985/1986. Pada 1987/1988, Derby berada di Divisi I dan Lincoln tergusur ke Divisi V.

Middlesbrough dan Newport County mengikuti tren itu pada 1986/1987. Setelah bersaing di Dividi III, Middlesbrough lalu naik beruntun ke kasta tertinggi. Sedangkan Newport terdegradasi berturut-turut pada periode sama.

 

Cerita dari Skotlandia

ilustrasi bola ganjil
bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Bukan cuma di Inggris, Skotlandia pernah merasakan hal serupa. Livingston dan Brechin City bersaing di Divisi III pada 2016/2017. Keduanya sukses promosi bersama.

Di musim berikutnya, Livingston sukses kembali naik kasta. Sementara Brechin terdegradasi empat kali secara beruntun.

Livingston kini jadi salah satu kekuatan yang patut diwaspadai dan sukses menaklukkan klub besar seperti Glasgow Celtics. Sementara Brechin berkutat di lubang nista dan kalah dari klub bernama Inverurie Loco Works.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya