Liputan6.com, Jakarta - Ducati menjamin keputusan mendatangkan Marc Marquez tidak akan berbuah petaka seperti ketika merekrut Valentino Rossi pada 2011.
Pabrikan asal Italia itu memilih memboyong Marquez sebagai pendamping Francesco Bagnaia pada MotoGP 2025.
Baca Juga
Lewat langkah tersebut, Ducati mengabaikan rider-rider didikan tim satelit seperti Jorga Martin (Prima Pramac Racing), Marco Bezzecchi (Pertamina Enduro VR46 Racing), serta pemegang kursi tahun ini Enea Bastianini. Martin dan Bezzecchi lalu memilih hengkang ke Aprilia demi membela tim utama. Sedangkan Bastianini pergi ke Tech3 KTM.
Advertisement
Manuver Ducati pun dibandingkan dengan strategi besar tim lebih dari satu dekade silam. Ducati sukses mendatangkan juara dunia sembilan kali Valentino Rossi sebagai pengganti Casey Stoner.
Namun, persatuan keduanya tidak berbuah manis. Rossi menjalani dua musim petaka bersama Ducati dengan hanya naik podium tiga kali dalam 35 balapan. Rossi akhirnya kembali ke Yamaha, meski tetap gagal menjadi juara dunia lagi.
Ducati menjamin hal serupa tidak akan dirasakan Marquez. Sebab, kondisi mereka saat ini jauh lebih baik ketimbang 2011.
Â
Ducati Belum Siap Datangkan Pembalap Sekaliber Valentino Rossi
Pada 2011, Rossi mengendarai Desmosedici yang membawa Stoner jadi juara dunia 2007. Saat itu mereka hanya memiliki satu tim satelit untuk membantu pengembangan.
Sedangkan Ducati memiliki empat tim dan delapan motor dalam dua tahun terakhir, walau Prima Pramac Racing bakal hengkang ke Yamaha pada 2025.
"Kesalahan terbesar saat mendatangkan Valentino adalah kami belum siap. Sekarang kami sangat mumpuni sebagai pabrikan, dengan motor, manajemen, dan sisi teknis berkapasitas," kata Manajer Tim Davide Tardozzi dilansir GPOne.
"Saya ingatkan, saat ini kami memiliki juara dunia dua kali (Bagnaia). Jika mampu mengelola pemenang sepertinya, tidak ada alasan kami gagal melakukan hal serupa kepada Marquez."
Â
Advertisement
Kasus Lain Jorge Lorenzo
Setelah Rossi, Ducati juga coba mendatangkan nama besar lain demi mengembalikan kejayaan. Mereka memboyong Jorge Lorenzo pada 2017.
Seperti Rossi, kiprah Lorenzo juga berujung tragis walau memiliki rapor jauh lebih baik. Lorenzo membukukan tiga kemenangan dan tujuh podium. Hasil mengecewakan tersebut mendorongnya untuk hengkang ke Honda dua tahun berselang.
"Valentino datang ke sini pada waktu yang tidak tepat. Dengan Lorenzo, saya justru melihat dia melakukan kesalahan karena terlalu cepat meneken kontrak di Honda. Jika menunggu beberapa hari saja, semua mungkin berbeda. Sangat disayangkan," ungkap Tardozzi.