[Cek Fakta] Hoaks Server KPU Diserang Hacker Luar Negeri

Viral, kabar server KPU diserang peretas dari luar negeri. Benarkah?

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 22 Apr 2019, 14:10 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 14:10 WIB
[Cek Fakta] Hoaks Server KPU Diserang Hacker Luar Negeri
[Cek Fakta] Hoaks Server KPU Diserang Hacker Luar Negeri

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) diretas oleh sekelompok peretas dari luar negeri beredar di media sosial.

Kabar ini beredar dalam sebuah potongan video yang menampilkan serangan hacker dari beberapa negara ke Indonesia khususnya Jakarta.

Kabar ini diunggah oleh akun facebook N R Daeng pada 18 April 2019 lalu. Ia juga menambahkan narasi dalam unggahan tersebut.

"Keras pertarungan di "DUNIA LAIN"

Para Hackers bayaran dari LN menyerang secara bertubi-tubi server KPU RI dan IT Paslon 02.. So, mari tunggu perhitungan manual saja.. Lebih clear dan real.. Pastikan saja suara rakyat terjaga dgn baik di lokasi penyimpanan kotak-kotak suara," tulis N R Daeng.

Konten yang diunggah akun N R Daeng telah 229 kali dibagikan dan mendapat 14 komentar warganet.

Selain akun N R Daeng, situs aljazera.online juga mengunggah kabar serupa dalam artikel berjudul 'Perang Cyber!! Hacker Jerman dan Turki Lindungi Indonesia dari Serangan USA dkk'.

Tagar yang disebarkan warganet Indonesia untuk melindungi jagad maya dari serangan hacker, mulai menuai hasil.

Dari laporan grafik cyber attack terkini, pasukan Jerman dan Turki sudah berjibaku menghajar hacker yang berusaha menyerang Indonesia.

Menurut grafik yang sama, serangan cyber dari Amerika Serikat, Belanda, Cina dan Australia membombardir pertahanan Indonesia.

Lalu hacker Jerman dan Turki segera melakukan balasan terhadap negara yang menyerang Indonesia. Tak ayal, Jerman dan Turki juga terkadang mendapat serangan bertubi.

Pasukan cyber Rusia masih belum terdeteksi pergerakannya. Seperti juga pasukan cyber Indonesia yang masih berdiam diri.

Belum dipastikan dampak serangan cyber dunia yang menghajar server di Indonesia tersebut. Tapi banyak yang menduga, serangan itu menghantam server web kpu.go.id yang sering down.

 

Penelusuran Fakta

Dari penelusuran, kabar tersebut ternyata tidak benar. Fakta ini dikutip dari situs Liputan6.com dengan judul artikel 'Serangan Hacker pada Server KPU Ramai di Media Sosial, Ahli IT: Itu Hoaks'.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari terakhir, di media sosial maupun aplikasi chatting tersebar video yang diklaim sebagai serangan hacker terhadap server Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun setelah ditelusuri, informasi tersebut ternyata hoaks atau kabar palsu.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu ahli keamanan IT, Zul Amri, melalui akun LinkedIn-nya. Lewat unggahan tersebut, video yang disebarkan itu merupakan simulasi serangan dari situs ThreatCloud.

Sekadar informasi, situs itu memang menampilkan simulasi serangan siber global secara realtime.

"Well, saya katakan yang tersebar di medsos itu hoax, video atau gambar yang diambil dan tersebar di Facebook itu adalah simluasi dari situs ThreatCloud," tulisnya.

Pakar keamanan siber Pratama Persadha juga mengatakan hal serupa. Saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Sabtu (20/4/2019), Pratama menyebut bahwa ilustrasi itu merupakan dashboard perusahaan penyedia antivirus atau router.

"Itu bukan ilustrasi dari serangan ke KPU. Banyak yang menyediakan layanan ini (dashboard). Mau ada Pilpres atau enggak pattern-nya yang gitu-gitu saja," tuturnya menjelaskan. Selain ThreatCloud, ada beberap situs lain seperti dari FireEye atau Kaspersky.

Lebih lanjut Pratama menuturkan bahwa serangan yang paling memungkinkan adalah Distributed Denial-of-Service (DDos). Adapun DDoS baru berhasil jika memang bandwith serangan lebih besar dari yang dapat ditahan sistem KPU.

Kendati demikian, sistem DDoS sendiri sebenarnya tidak berakibat banyak. Zul Amri menuliskan bahwa serangan DDoS hanya akan membuat lumpuh jaringan, sehingga tidak akan berdampak pada hasil perhitungan.

"Lagipula sistem KPU apanya yang mau diserang sih? Wong sistemnya mirip cara kerja papan tulis atau billboard. Data aslinya tetap berasal dari data offline yang dimasukkan ke 'papan tulis' tersebut," tulis Zul Amri.

Terakhir, Pratama juga menuturkan bahwa upaya untuk menyerang server KPU tentu tidak ingin terdeteksi oleh sistem pengaman yang terpasang. Karenanya, membutuhkan waktu yang cukup lama dan memang sulit untuk melakukan peretasan.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastikan sistem IT mereka aman. Hal ini disampaikan terkait dengan tak bisa diaksesnya situs KPU pasca Pemilihan Presiden (Pilpres 2019), Rabu, 17 April 2019.

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Pramono Ubaid Tanthowi, saat ditemui wartawan di Kantor KPU, Jakarta, Kamis (19/4/2019) mengatakan, "jadi perlu kami pastikan sistem IT KPU sebenarnya aman-aman saja. Kalaupun hari ini atau beberapa saat lalu down karena memang trafiknya sangat tinggi."

Menurut Pramono, tingginya trafik kunjungan ke situs KPU lantaran orang penasaran dengan hasil penghitungan cepat (quick count) yang berbeda dengan penghitungan suara KPU yang dipublikasikan di situs mereka.

Karena mengandalkan penghitungan suara yang dilakukan KPU, situsnya pun ramai dikunjungi.

"Pada hari pertama ini, trafiknya kan tinggi sekali mungkin di dua hari selanjutnya trafiknya sudah lebih normal," ucap dia.

Pramono memastikan, penghitungan suara di KPU sebenarnya berbasis manual. Saat ini KPU tengah merekapitulasi semua dokumen formulir secara berjenjang.

"Sementara, sistem IT untuk perhitungan itu hanya alat bantu untuk mempublikasikannya saja, tidak ada kaitannya dengan proses penghitungan. Hanya untuk publikasi saja," ucapnya.

Kesimpulan

Kabar soal server KPU yang diretas oleh hacker luar negeri ternyata tidak benar alias hoaks.

Selain itu, situs aljazera.online yang mengunggah kabar tersebut ternyata bukan situs yang tidak dapat dipercaya. Situs itu bukan situs resmi kantor berita al jazeera.

 

banner Hoax
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya