Liputan6.com, Jakarta - Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Banten mendadak dibuat geger oleh temuan Badan Pengawas Teknologi Nuklir (Bapeten). Pasalnya, terdapat paparan radioaktif di salah satu areal tanah kosong perumahan tersebut.
Ancaman radiasi pun menghantui. Banyak dari masyarakat khawatir bahwa hal ini bisa membahayakan mereka. Bapeten hingga kini masih berlomba dengan waktu untuk membersihkan area tercecernya zat radioaktif, yang belakangan diketahui bernama Cesium-137.
Baca Juga
Lantas, bagaimana zat tersebut bisa sampai di sana? Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Bapeten Indra Gunawan menjelaskan, hingga saat ini asal muasal limbah radioaktif Cesium-137 di Perumahan Batan Indah masih menjadi misteri.
Advertisement
Barang bukti yang ditemukan berupa serpihan, namun pihak terkait belum bisa mengungkap apa persisnya serpihan tersebut.
"Proses penyelidikannya sekarang kita dikoordinasikan oleh pihak Bareskrim maupun dari Polres Tangerang Selatan. Jadi nanti kita juga akan menyampaikan bukti-bukti yang ada di sini kepada mereka untuk segera dilakukan proses tindak lanjut," tutur Indra di lokasi, Selasa (18/2/2020).
"Mudah-mudahan ini bisa mendapatkan titik terang tentang siapa yang menggunakan, berasal dari mana dan seterusnya," sambungnya.
Dia pun tak ingin menduga-duga bagaimana caranya zat tersebut bisa sampai di dekat permukiman warga. Menurutnya, hal ini adalah sesuatu yang harus ditindaklanjuti dengan teliti dan tak gegabah.
"Jadi apakah ini ada kelalaian, atau tindakan kesengajaan, itu kami nanti akan berkoordinasi dengan pihak penegak hukum, dalam hal ini kepolisian," tambah Indra.
Namun, Indra memastikan bahwa pihaknya memiliki semua data industri yang menggunakan Cesium-137. Dengan begitu, pihak kepolisian akan menjadi lebih mudah melacak dari mana asal Cesium-137 yang ditemukan.
Â
Saksikan video berikut ini:Â
Harus Dibuang Secara Khusus
Cesium-137 bukanlah sesuatu yang mudah didapat di pasar bebas. Untuk bisa memilikinya, industri harus melalui berbagai macam persyaratan dan prosedur. Industri juga akan mendapat pengawasan langsung dari Bapeten dalam penggunaan Cesium-137.
"Kita melakukan juga inspeksi kepada pengguna, dan tentu saja pada saat penggunaan ini sudah selesai digunakan, si pengguna itu menjadi penghasil limbah radioaktif dan punya kewajiban sesuai regulasi kita untuk melimbahkan objek tersebut," tutur Indra.
Dia menjelaskan, Cesium-137 juga tidak bisa dibuang begitu saja ketika sudah selesai digunakan. Sumber reaktif Cesium-137 memiliki usia sekitar 30 tahun, dan ketika sudah selesai dipakai, zat tersebut harus dibuang melalui dua opsi.
"Opsi pertama adalah dikembalikan ke negara asal di mana sebelumnya dibeli, dan yang kedua dilimbahkan ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan. Itu adalah suatu tempat fasilitas limbah yang satu-satunya ada di negara kita," ungkap Indra.
Bila dibuang sembarangan, radiasi yang dipancarkan Cesium-137 dikhawatirkan dapat memberi efek samping buruk bagi lingkungan yang dicemarinya. Baik tanah, air, vegetasi, maupun manusia, semua bisa terkena dampak radiasinya.
Bahkan, tingkat radiasi yang lebih tinggi lagi bisa menyebabkan kerusakan sel dan memicu kanker.
Meski begitu, Indra menegaskan bahwa pancaran radiasi dari Cesium-137 yang ada di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Banten tidak membahayakan warga.
Â
Advertisement
Level Dosis Tak Berbahaya?
Warga Perumahan Batan Indah bisa menghembuskan napas lega dan melakukan aktivitas seperti biasa. Sepanjang garis kuning tak dilewati, maka mereka berada dalam kondisi aman. Bahkan, semakin hari radius paparan pun dilaporkan kian mengecil.
Hal ini bersamaan dengan upaya pembersihan oleh tim Bapeten dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Tanah yang tercemar sudah dikeruk sejak seminggu yang lalu, dan per-19 Februari 2020 sebanyak 275 drum tanah sudah dibawa ke PTLR Batan untuk diproses.
"Garis kuning yang dibuat oleh kami semakin sempit, ini mengindikasikan bahwa paparan radiasinya semakin turun dan saya pikir ini kabar baik buat warga sekitar," kata Indra.
Vegetasi yang ada di atas tanah memang telah terkontaminasi, namun air tanah dipastikan bebas dari kontaminasi dan aman untuk dikonsumsi warga.
Selain itu, Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Batan Heru Umbara mengatakan, radiasi yang ditemukan di Perumahan Batan Indah tak lebih parah daripada pancaran sinar X-ray atau rontgen.
"Jadi jangan khawatir, karena yang ditemukan di sini tuh dari segi dampaknya tidak seperti dampak yang besar. Bahkan jauh lebih kecil. Apabila mungkin pernah dirontgen, itu lebih kecil penerimaan dosisnya (di lokasi paparan). Lebih besar menerima dosis pada saat dirontgen (bahkan)," ungkap Heru kepada Liputan6.com.
Menurutnya, warga Perumahan Batan Indah sebenarnya juga sudah teredukasi tentang dampak dan pengawasan teknologi nuklir. Sehingga, mereka pun tak merasa panik.
"Justru yang mungkin sedikit heboh itu warga yang jauh dari sini, bahkan ada isu akan dievakuasi. Jangankan dievakuasi, keluar rumah pun tidak apa-apa, silakan, jadi tidak ada namanya itu dievakuasi atau lain-lainnya," tandas dia.
Â
Digunakan Berbagai Industri
Secara alami, Cesium terdapat pada tanah dan bebatuan. Sedangkan Cesium-137 adalah zat radioaktif dari inti nuklir. Cesium-137 juga merupakan zat radioaktif yang biasa ditemukan sebagai produk sampingan dari uji coba senjata nuklir.
Bagi dunia kesehatan, Cesium-137 bermanfaat untuk terapi sel kanker. Sedangkan dalam dunia industri, Cesium-137 biasa digunakan untuk mengukur ketebalan kertas dan standar volume air minuman kemasan.
Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Bapeten Indra Gunawan menjelaskan, Cesium-137 memang sangat praktis untuk digunakan industri dalam mengukur ketebalan materi, atau biasa disebut teknik gauging.
"Gauging ini adalah mengukur tebal tipis suatu objek atau materi. Katakanlah sebagai contoh, industri yang menggunakan Cesium-137 salah satunya adalah pabrik kertas," jelas Indra.
"Menguji tebal tipisnya kertas sehingga seragam, gitu. Bisa juga untuk di pabrik atau fasilitas kemasan air minum untuk memastikan setiap tinggi air minum itu sama," sambungnya.
Dia mengatakan, Cesium-137 bersifat sebagai sensor. Begitu ada ketinggian yang berbeda pada suatu materi, otomatis benda tersebut akan ditolak oleh sensor.
"Sifatnya sebagai sensor, jadi begitu ada ketinggian yang berbeda itu akan ke-reject. Jadi itu adalah salah satu kegunaan dari gauging, dimana di dalamnya menggunakan Cesium-137," dia mengakhiri.
Advertisement