Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana meningkatkan program literasi digital di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, menyusul temuan masyarakat di sana menganggap hoaks sebagai hal yang serius.
"Hoaks ini berdampak lebih besar di pedesaan, kita perlu literasi di sana," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapanseperti dilansir dari Antara, Jumat (20/11/2020).
Baca Juga
Survei Literasi Digital Nasional 2020 yang dilakukan Katadata Insight Center dan Kominfo menemukan bahwa 70 persen masyarakat di daerah terdepan, terpencil dan tertinggal, 3T, menganggap hoaks sebagai masalah yang serius.
Advertisement
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat nasional, sebanyak 46,4 persen responden yang menganggap hoaks sebagai masalah serius.
Menurut Semuel, literasi digital bagi masyarakat di daerah 3T diperlukan agar mereka bisa mengidentifikasi hoaks dan menyaring informasi.
"Pengetahuan bagaimana mencari berita yang benar. Kalau ada yang meragukan, bagaimana cari konfirmasi yang bisa dipercaya," ucap Semuel.
Semuel menambahkan, mencari sumber informasi yang bisa dipercaya membutuhkan keterampilan. Menanggapi hasil survei tersebut, Semuel menyatakan riset itu memberi masukan kepada pemerintah untuk menentukan program literasi digital yang tepat berdasarkan kondisi di lapangan.
"Kami ingin program tepat sasaran," kata Semuel.
Survei Literasi Digital Nasional 2020 diadakan pada Agustus lalu, melibatkan 1.670 responden dari 34 provinsi yang berusia 13 hingga 70 tahun dan menggunakan internet selama tiga bulan terakhir.