Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan terkait vaksin covid-19 yang tak berguna. Kabar ini ramai dibagikan sejak akhir pekan kemarin.
Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Safitri Kusuma. Ia mengunggahnya di Facebook pada 18 November 2020.
Berikut isi postingannya:
Advertisement
"Divaksin untuk apa? Kalo PANDEMI CORONA SUDAH BERAKHIR (Release dari ALIANSI DOKTER DUNIA).
Sebenarnya rakyat sudah tidak takut lagi dengan Corona, hanya pemerintahnya saja yg masih mau mencoba untuk menakut2i rakyatnya melalui mas media, terutama media elektronik.
Karena uang sudah keluar miliyaran maka kita dipaksa vaksin, supaya pemerintah bisa dapat uangnya kembali dan keuntungan. Benar2 jahat rezim ini, ingin menyusahkan rakyatnya dengan sesuatu yang sudah tidak ada gunanya lagi.
Dan belum tentu juga vaksin corona ini berguna sebagaimana mestinya karena belum diuji klinis. Bisa berakibat vatal bagi si pemakai."
Selain itu ia juga menambahkan kalimat, "Tolak vaksin unfaedah"
Lalu benarkah klaim yang disampaikan postingan tersebut terkait vaksin covid-19?
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri fakta dan mendapati klaim bahwa pandemi virus corona covid-19 sudah berakhir adalah salah.
Faktanya hingga Minggu (22/11/2020), masih terjadi penyebaran virus corona covid-19 di seluruh dunia. Melansir data World O Meters, hingga saat ini ada 58.488.517 kasus dan menewaskan 1.386.334 orang dari 220 negara.
Khusus di Indonesia melansir data dari covid-19.go.id, ada 493.308 kasus positif dan menewaskan 15.774 orang. Terkait pernyataan Perkumpulan Dokter Dunia sudah pernah dibahas dalam artikel berikut ini...
Selain itu ada bantahan juga dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dalam artikel berjudul "Aliansi Dokter Dunia Sebut COVID-19 Sama dengan Flu Biasa, Jubir Wiku: Ini Misinformasi" yang tayang 27 Oktober 2020 di Liputan6.com.
Terkait keamanan vaksin, Prof. Hindra Irawan Satiri, SpA(K), MTropPaed, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menyampaikan penjelasannya melalui laman covid-19.go.id.
"Di masyarakat beredar mitos yang mengatakan vaksin mengandung zat berbahaya. Hal ini tidak benar, karena tentu saja kandungan vaksin sudah diuji sejak pra klinik. Sebenarnya vaksin tidak berbahaya, namun perlu diingat vaksin itu produk biologis. Oleh sebab itu vaksin bisa menyebabkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan yang merupakan reaksi alamiah dari vaksin. Jadi memang kita harus berhati-hati mengenai mitos-mitos terkait KIPI ini," ujarnya.
Lebih lanjut lagi, Prof. Hindra menerangkan bahwa semua fase-fase uji klinik vaksin memiliki syarat yang harus dilakukan. Semua syarat harus terpenuhi baru boleh melanjutkan ke fase berikutnya.
Namun dalam keadaan khusus, seperti pandemi covid-19, proses dipercepat tanpa menghilangkan syarat-syarat yang diperlukan. Semua proses ini pun didukung oleh pembiayaan dan sumber daya yang dibutuhkan, sehingga proses-proses yang lebih panjang dalam penemuan vaksin bisa dipersingkat.
Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Cissy Rachiana Sudjana, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
"Jadi kalau vaksin itu adalah zatnya. Proses pemasukkannya ke dalam tubuh disebut vaksinasi. Imunisasi adalah reaksi dari tubuh kita setelah mendapatkan vaksin. Badan akan dirangsang untuk membentuk anti bodi pada sistem kekebalan tubuh. Selain antibodi, badan akan menghasilkan sel memori, jadi sistem kekebalan kita bisa memproduksi antibodi untuk segala macam penyakit yang tidak baik," ujarnya.
Selain itu ada juga penjelasan dari Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita , Sp.A (K), M.Sc, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
"Yang perlu diketahui pula, apabila kita melakukan imunisasi pada banyak orang maka akan timbul yang disebut dengan imunitas populasi atau dikenal dengan herd immunity. Ini akan melindungi orang lain yang belum atau tidak bisa diberi vaksin seperti, bayi atau orang dengan penyakit gangguan imun," ujarnya.
Terkait efek samping vaksin COVID-19 yang telah diuji coba pada ribuan relawan di Indonesia, Prof. Cissy mengatakan, "Tidak ditemukan efek samping yang berat, info atau berita mengenai adanya yang meninggal, sakit berat, sakit punggung, itu tidak terbukti dari hasil uji klinik vaksin covid-19. Setelah dilakukan penelitian, kejadiannya ternyata tidak berhubungan langsung dengan vaksinasi."
Dr. Dirga Sakti Rambe juga menjelaskan vaksin yang akan diberikan pada manusia harus melewati uji klinik yang ketat.
"Tujuan dari proses uji klinik ini adalah, memastikan keamanan vaksin yang diuji, karena kalau kita bicara soal vaksin tidak ada tawar menawar tentang keamanan, itu mutlak. Kedua baru kita bicara tentang efektivitas," ujarnya.
Advertisement
Kesimpulan
Postingan yang berisi klaim terkait vaksin covid-19 tidak berguna adalah salah.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement