Lawan Hoaks Pandemi Covid-19 dengan Literasi Digital Kritis

Konsep literasi digital kritis acuan mengatasi hoaks

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Feb 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi Hoaks Hoax
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta- Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang terus meningkat semakin menimbulkan keresahan di masyarakat.  Kondisi tersebut diperparah dengan kemuculan informasi salah dan palsu alias hoaks tentang Covid-19 yang beredar di media sosial, sehingga menciptakan kekhawatiran di tengah masyarkat.

Dilansir dari theconversation.com, Kini, penggunaan alat komputasi seperti bot ikut memperkeruh perdebatan seputar Covid-19 di media sosial. Kenyataannya, persebaran informasi oleh bot selalu melampaui kecepatan informasi yang dibagikan oleh lembaga resmi sehingga pada akhirnya masyarakat lebih cepat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Ini menjadi tantangan baru dalam menghadapi pandemi di era media sosial dan pandemi Covid-19. Usaha menghadapi gempuran infodemi tidak akan efektif jika hanya bergantung pada pemerintah, lembaga kesehatan dan perusahaan digital. Keterlibatan masyarakat secara penuh menjadi suatu keniscayaan.

Maka, konsep literasi digital kritis sebagai lanjutan dari literasi media dan digital dapat menjadi acuan utama dalam menghadapi krisis informasi di tengah pandemi yang belum kunjung berakhir.

Lebih dari sekadar literasi media dan digital yang memampukan pengguna menjadi trampil menggunakan teknologi digital untuk terlibat aktif di dunia maya, konsep literasi digital kritis menganggap perlunya pemahaman mengenai landasan filosofis bagaimana informasi diakses dan diproduksi, serta peran ambivalen media digital di masyarakat.

Kemampuan literasi digital yang kritis menempatkan seseorang sebagai konsumen informasi yang lebih aktif, misalnya mampu menilai konten digital apakah tepercaya atau mengandung bias tertentu.

Memiliki kemampuan literasi digital yang kritis juga berarti memiliki pemahaman yang lebih. Misalnya pemahaman lebih luas tentang ruang digital, bagaimana perusahaan raksasa seperti Facebook dan Google beroperasi dan mendapat laba, dan peluang dan hambatan yang dimiliki internet bagi proses demokrasi dan partisipasi politik.

Pengguna media sosial yang kritis tidak hanya mampu untuk mempertanyakan kebenaran suatu informasi, namun juga akan melakukan aksi nyata memerangi misinformasi.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya