Bad News Travel Faster: Waspadai Kecanggihan Teknologi dalam Produksi Hoaks

Maraknya fake news atau hoaks tak jauh dari pengaruh kecanggihan teknologi saat ini.

oleh Salma Aulia diperbarui 03 Apr 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi hoaks
Ilustrasi hoaks

Liputan6.com, Jakarta - Ferry Sutanto, seorang pengamat dan praktisi digital sekaligus founder G2Academy menyampaikan pandangannya terkait cara memahami dan melawan hoaks. Ferry menyampaikan, saat ini dengan berkembangnya teknologi yang makin canggih, kita bukan hanya melawan manusia, tetapi mesin sebagai penyebar hoaks di tengah masyarakat.

Dalam acara Virtual Class Liputan6.com dengan tema "Bagaimana Cara Kerja Hoaks, Antisipasi Polarisasi pada Pemilu 2024", beberapa waktu lalu, Ferry mengungkapkan, pada zaman modern seperti ini, hoaks makin berbahaya, karena dua faktor.

Yang pertama adalah faktor teknologi yang saat ini dapat menjangkau jutaan orang dalam hitungan detik, dan kemudahannya dalam memproduksi sebuah informasi. Sedangkan faktor kedua, adalah media sosial yang terkoneksi dengan orang-orang terdekat yang saling mempercayai informasi satu sama lain sehingga menjadi sarang besar hoaks.

“Tidak hanya di Indonesia banyak tersebar hoaks, tetapi di Amerika Serikat juga. Baru-baru ini terjadi teknologi AI memproduksi foto palsu mantan Presiden Amerika Serikat, Donadl Trump sedang lari, dan presiden Prancis, Emmanuel Macron menghadapi pendemo. Dan ini banyak yang percaya, yang buat ini bukan manusia, tapi mesin,” Ferry menjelaskan.

Hoaks ini bukanlah hal baru, karena hoaks ini sejak zaman purba sudah ada. Bahkan, saat ini fake news menjadi senjata yang murah dan efektif digunakan dalam berbagai situasi. 

“Teknologi memegang peranan penting di era digital ini, khususnya bagi media company. Saat ini sudah banyak informasi hoaks yang dibuat oleh teknologi bukan manusia lagi. Jadi, media company ini perlu investasi teknologi AI, big data, machine learning, crawler untuk verifikasi sebuah data dan fakta dalam waktu singkat. Ingat, bad news travel faster,” ungkap Ferry

Hoaks Tidak Pandang Bulu

Pengamat dan Praktisi Digital, Ferry Sutanto Saat Menjadi Pembicara di Acara Virtual Class Liputan6.com, Jumat 31 Maret 2023. (foto: Liputan6.com).
Pengamat dan Praktisi Digital, Ferry Sutanto Saat Menjadi Pembicara di Acara Virtual Class Liputan6.com, Jumat 31 Maret 2023. (foto: Liputan6.com). 

Hoaks memang tidak memandang bulu dalam menyasar targetnya. Sebab, hoaks tidak memandang SARA, pendidikan, status perekonomian, jabatan hingga umur. Sehingga hoaks ini tidak boleh dianggap remeh. Maka dari itu, Ferry memberikan beberapa cara dalam mengenali hoaks, yaitu:

  • Emotion & Tone

Biasanya informasi hoaks memakai bahasa yang bersifat emosional, judulnya berupa click bait dan memakai huruf besar (all caps).

  • Sumber Berita

Bukan berasal dari sumber berita ternama bisa menjadi salah satu ciri menonjol dari suatu hoaks. Selain itu, dalam artikel hoaks tidak mencantumkan informasi author ataupun tanggal. Perlu diingat pula, bahwa semua informasi yang disiarkan oleh televisi belum tentu benar, maka perlu di-crosscheck kembali.

  • Media Sosial

Media sosial bisa menjadi salah satu cara dalam mengenali hoaks, karena biasanya media sosial menjadi sarang hoaks. Maka dari itu, berita yang tersebar di Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan yang lainnya perlu diverifikasi kembali kebenarannya.

 

Apa yang Perlu Kita Lakukan?

Sebagai seorang audiens, Ferry menyarankan untuk menanamkan dua hal dalam diri masing-masing ketika mendapatkan sebuah informasi baru, yaitu trust dan research & consistency.

Trust bermakna bahwa kita  jangan langsung percaya pada sebuah informasi yang didapatkan. Ketika kepercayaan tersebut sudah ditanamkan, maka akan sulit untuk menerima kebenaran lainnya. 

Sedangkan research and consistency bermakna bahwa semua informasi yang didapat perlu diteliti kembali. Hal itu dapat dilakukan  dengan mencari benang merah dan memverifikasi fakta tersebut ke para fact-checker, membaca banyak referensi dari berbagai media. Teliti juga apakah informasi yang disampaikan oleh sumber tersebut konsisten atau tidak.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya