Peningkatan Literasi Digital Bisa Menangkal dan Mengurangi Berita Palsu

Meningkatnya kehadiran berita palsu dan misinformasi di era digital menjadi perhatian para praktisi, pendidik, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum.

oleh Raihan Alfriansyah diperbarui 01 Sep 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2023, 20:30 WIB
Melaporkan Berita Hoaks
Ilustrasi Pelaporan Berita Palsu Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Liputan6.com, Jakarta - Maraknya berita palsu dan misinformasi di era digital jadi perhatian para praktisi, pendidik, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum. Meskipun keberadaan berita palsu bukanlah hal baru, semua orang menyadari “kualitas” informasi yang dianggap sebagai fakta telah berubah secara signifikan dan lebih sering dialami dalam budaya digital kita.

Hasilnya, para pendidik, praktisi, pembuat kebijakan, serta kelompok dan individu terkait, sadar akan perlunya membatasi dampak dan pengaruh berita palsu dan misinformasi. Untuk mengurangi dampak ini adalah dengan mengidentifikasi berita dan informasi yang salah, menyesatkan dan mengenali berbagai bentuk penyajiannya.

Masyarakat dapat diberdayakan untuk mendeteksi berita palsu dengan mendukung intervensi pemerintah dan aktivitas jurnalistik, namun yang lebih signifikan adalah melalui lembaga digital mereka sendiri.

Banyak tindakan yang diidentifikasi untuk mengurangi kemunculan, dampak, dan penyebaran berita palsu memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada publik dibandingkan pembuat konten resmi, termasuk perusahaan media sosial.

Selain itu, sebagian besar solusi menekankan pada pelatihan dan pendidikan, terutama karena produser berita tidak dapat mengendalikan manipulasi konten mereka atau memantau konten yang dihasilkan oleh sumber lain.

Melansir survei dari arabmediasociety, pengetahuan dan keterampilan memperoleh informasi dan komunikasi membantu mengidentifikasi potensi  berita palsu dan misinformasi, mengevaluasi dan memverifikasi konten, dan mengambil tindakan yang tepat untuk membatasi dampak informasi tersebut.

Meskipun menggambarkan generasi muda sebagai pakar digital, data menunjukkan, kemampuan mereka untuk menavigasi lingkungan informasi digital dan menunjukkan bagaimana lembaga memfilter konten berdasarkan kualitas, kepercayaan, kredibilitas, dan kebenaran.

Literasi digital telah diajarkan selama beberapa dekade di banyak belahan dunia. Literasi digital mencakup banyak keterampilan yang luas namun saling terkait, dan literasi informasi sangat penting untuk memahami cara memproses informasi yang kita terima dari media.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya