Materi Cek Fakta dan Literasi Digital Perlu Dikenalkan Sejak Dini

Peneliti Glasgow Caledonian University, Jati Savitri Sekargati menilai, materi cek fakta dan literasi digital perlu dikenalkan ke anak-anak usia dini, guna mencegah terpapar informasi palsu atau hoaks di media sosial.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 28 Feb 2024, 21:07 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2024, 17:00 WIB
Ilustrasi Literasi Digital
Ilustrasi Literasi Digital (Liputan6.com/Trie Yasni)

Liputan6.com, Jakarta - Materi cek fakta dan literasi digital perlu dikenalkan ke anak-anak usia dini, guna mencegah terpapar informasi palsu atau hoaks di media sosial.

Hal ini disampaikan Peneliti Glasgow Caledonian University, Jati Savitri Sekargati. Menurut Jati, dalam konteks internasional, anak-anak sudah dikenalkan caranya mencegah infomasi palsu dari siapa pun, termasuk dari media sosial.

"Dalam konteks internasional, edukasi terkait cek fakta dan literasi digital bisa masuk ke pendidikan anak usia dini, misalnya ada pembelajaran dont talk to strangers, jangan pernah berbicara dengan orang asing, itu untuk anak-anak TK," kata Jati menjadi pembicara di acara Virtual Class Liputan6.com, Rabu (28/2/2024).

Ia berharap, Indonesia bisa segera menerapkan materi cek fakta dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan. Namun, Jati menilai, ada sejumlah kendala yang harus dibenahi bila Indonesia ingin menerapkan materi cek fakta dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan.

Pertama, kata dia, sumber daya manusia (SDM) yang menguasai materi cek fakta dan literasi digital masih sangat terbatas.

"Selain itu bagaimana masalah pendanaannya dan lain-lain," tambah Jati.

 

Sikap Kritis

Jati Savitri
Peneliti Glasgow Caledonian University, Jati Savitri Sekargati saat menjadi pembicara di acara Virtual Class Liputan6.com, Rabu (28/2/2024). (Dok. Liputan6.com)

Meski belum menerapkan materi cek fakta dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan, menurut Jati, pemerintah sudah memiliki langkah-langkah untuk menangani konten hoaks.

"Mereka sudah memiliki mekanisme-mekanisme untuk menanganin hoaks," ucap dia.

Jati berharap, masyarakat memiliki sikap kritis setiap menerima sebuah informasi dari media sosial. Selain itu, masyarakat juga perlu memiliki pengetahuan yang cukup terkait literasi digital. Hal ini guna mengantisipasi masyarakat terpapar hoaks. 

"Sehingga minimal masyarakat bisa mengajarkan ke keluarganya, teman-temannya, dan kerabat-kerabatnya. Agar tidak mudah terpapar hoaks," kata Jati.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya