Liputan6.com, Jakarta- Hoaks seputar dunia pendidikan beredar di media sosial, informasi palsu ini harus diwaspadai agar kita tidak tersesat karena mempercayainya.
Cek Fakta Liputan6.com pun telah mengungkap beragam hoaks seputar pendidikan, setelah melakukan penelusuran pada sejumlah informasi yang beredar di masyarakat.
Baca Juga
Berikut kumpulan hoaks seputar pendidikan.
Advertisement
Narasi Agama Dihapus Dalam Rencana Peta Jalan Pendidikan 2020-2035 Kemendikbud
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim narasi agama dihapus dalam perencanaan peta jalan pendidikan 2020-2035 yang diluncurkan Kemendikbud, informasi tersebut dunggah salah satu akun Instagram, pada 27 Februari 2024.
Klaim narasi agama dihapus dalam perencanaan peta jalan pendidikan 2020-2035 Kemendikbud menampilkan seorang pembawa berita yang sedang berbicara, berikut transkripnya.
"Majelis Ulama Indonesia Ulama Indonesia atau MUI menyatakan keterkejutannya melihat perencanaan peta jalan pendidikan 2020-2035 yang baru saja diluncurkan kemendikbud. Pasalnya, dalam draft terbaru tersebut narasi agama dihapus dan digantikan dengan ahlak dan budaya, padahal agama dinilai penting dalam pendidikan di Indonesia."
Dalam video tersebut terdapat tulisan sebagai berikut.
"draf Agama di hapus
HANCUR SUDAH INDONESIATURUNKAN JOKOWI SEGERA!!"
Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
"#NEGRI INI BERTAMBAH KACAU SEJAK DIPIMPIN JOKOWIIIIII DODOOOOOOLLL 🙄ðŸ˜ðŸ˜"
Benarkah klaim narasi agama dihapus dalam perencanaan peta jalan pendidikan 2020-2035 Kemendikbud? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com dalam halaman berikut ini.....
Mahathir Mohamad Beri Komentar soal Pendidikan di Indonesia
Beredar di media sosial meme yang berisi kutipan dari mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad. Postingan meme itu tersebar sejak akhir pekan ini.
Dalam meme tersebut terdapat foto Mahathir Mohamad dengan disertai narasi,
"...PELAN-PELAN anak-anak sekolah negeri di Indonesia akan tertinggal dalam penguasaan sains. umurnya habis untuk menghafal ayat-ayat dan doa, belajar soal haram, dosa, bidadari, menghitung pahala, mencari dalil, memikirkan akerat. Setelah kalah bersaing lalu memusuhi pemerintah dan mendirikan negara syariah sebagai solusi semuanya..." (Mahatir Muhammad).
Faktanya, meme yang berisi kutipan Mahathir Mohamad terkait pendidikan di Indonesia adalah tidak benar.
Â
Advertisement
Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Untungkan Nadiem Makarim
Banyak beredar di Facebook terkait beberapa kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Postingan itu ramai dibicarakan sejak pekan lalu.
Salah satu yang membagikannya adalah akun Hudi Santoso. Dia mempostingnya pada Sabtu (1/8/2020).
Berikut narasi yang disertakan bersama foto Nadiem Makarim tersebut:
"Rupanya ada udang di balik rempeyek.
Jumlah peserta didik saat ini diperkirakan mencapai 46 juta siswa terdiri dari SD 26 JUTASMP 10 JUTASMA 5 JUTASMK 5 JUTA
Totalnya mencapai 46 Juta. Angka ini belum termasuk Mahasiswa.
Jika biaya utk pulsa internet perhari 10 ribu selama mengikuti belajar via online maka putaran penjualan pulsa utk sejumlah siswa tersebut mencapai 460 miliar/hari.
Luar biasa eksploitasi kapital thdp rakyat dg pola sekolah online ini. Belum termasuk mahasiswa, yg lebih dari 10 ribu/hari.
Rupanya kita punya Mentri Dikbud yg jago mengeruk dana dan selalu berusaha menguntungkan korporasi yg ada dibelakangnya...layaknya spt Ojek dan Gojek.
Bukti yg lebih jelas lagi dana POP sebesar 20 M dr APBN tiap tahun akan mengalir ke Yayasan milik Korporasi yg justru wajib memberikan konstribusi CSR ke publik. publik perlu tahu tentang ini."
Lalu benarkah kebijakan pembelajaran jarak jauh Nadiem Makarim di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kepentingan pribadinya? Simak hasil penelusurannya di sini.....
Â
Â
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement