Liputan6.com, Jakarta- Hoaks yang diciptakan lewat teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin bermunculan, informasi bohong tersebut terkadang sulit dikenali sehingga bisa menjerumuskan kita untuk mempercayainya.
Lalu bagaimana memerangi hoaks yang dibuat dengan AI?
Baca Juga
Pengamat Telematika, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, hoaks memanfaatkan teknologi AI menjadi tantangan ke depannya, sebab pekembangan teknologi tersebut tidak bisa dibendung termasuk juga penyalahgunaannya.
Advertisement
"Ini memang jadi tantangan kita juga bicara AI jadi sesuatu yaang baru, ini distrupsi yang digital lebih cerdas," kata Heru saat menjadi pembicara dalam Virtual Class, dikutip Sabtu (27/4/2024)
Heru mengungkapkan, untuk menghadapi hoaks yang dibuat menggunakan AI dibutuhkan kehati-hatian dalam memastikan informasi yang disampaikan benar. Pasalnya, informasi yang dibuat dan sebar tersebut menyerupai aslinya sehingga bisa mengecoh.
"Teknologi ini tidak bisa dibendung, tetapi memang bagaimana kita memiliki kebijakan kewaspadaan untuk memastikan informasi yang disampaikan informasi yang benar dari sumber yang benar," ujar Heru.
Heru melanjutkan, saat ini rekayasa teknologi AI masih terdeteksi namun kedepannya tidak dipungkiri hasil teknologi AI akan semakin baik dan menyerupai asli. Hal ini tentu harus diwaspadai agar kita tidak tersesat oleh hoaks yang dibuat menggunakan AI.
"Untuk saat ini teknologi AI penyerupa wajah tidak seperti wajah aslinya tapi memang ini harus diwaspadai karena nanti AI semakin bagus, kalau dulu misalnya gerakannya seperti robot sekarang lebih bagus lagi," ungkapnya.
Â
Cara Cerdas Perangi Hoaks yang Dibuat Pakai AI
Heru mengungkapkan, kita masih bisa memerangi hoaks yang dihasilkan teknologi AI meksi sulit dikenali, caranya dengan mencari informasi dari berbagai pihak yang berkompeten untuk mengetahui kebenaran.
"Jadi memang ada beberapa pendekatan, jadi kitanya harus lebih cerdas, kemudian pihak berkompeten harus menyampaikan informasi tersebut beberapa kali agar meyakinkan masyarakat informasi sebenarnya," terangnya.
Menurut Heru di tengah kesulitan dalam mengenali kebenaran informasi dibutuhkan peran pihak yang berkompeten untuk meluruskan informasi yang sedang berkembang, sehingga masyakat tidak hanya mendapat informasi dari satu sisi saja dan hoaks bisa disanggah.
"Memang dengan pekermabangan AI ini sulit membedakan yang benar, untuk itu perlu penyampain informasi dari pihak yang berkompeten. Misalnya kementerian kesehatan menyemapikan informasi yang benar," tutupnya.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.