[Arti Pemilu] Bangga, Bisa Bebas Menentukan Pilihan

Pemilu merupakan ajang demokrasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada saat itu setiap warga negara memilih wakilnya di DPR.

oleh Maria Flora diperbarui 25 Mar 2014, 16:09 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2014, 16:09 WIB
kpu pemilu 4
(Antara Foto/Zabur Karuru)

Citizen6, Garut Pemilihan Umum atau Pemilu merupakan ajang demokrasi bagi seluruh rakyat Indonesia, karena pada saat itu masyarakat Indonesia berhak mengeluarkan suaranya untuk memilih wakil rakyat di DPR dan memilih pemimpin bangsa untuk lima tahun ke depan.

Waktu pertama ikutan Pemilu dan mencoblos, ada perasaan bangga karena saya akhirnya bisa mengeluarkan suara saya dan memilih Partai yang sreg dengan hati saya. Kemudian berlanjut ke Pemilu tahun 2004, 2009, dan 2014.

Tahun 2004, saya ikut Pemilu dan memilih calon presiden dan wakil presiden serta anggota dewan yang saya rasa bisa mewakili inspirasi rakyat dan bisa membuat negara ini lebih baik. Namun semenjak 2009, saya tidak begitu antusias apalagi setelah tahu anggota DPR yang dipilih kebanyakan bekerja tidak sesuai dengan aspirasi dan keinginan rakyatnya.

Buat saya pribadi, Pemilu dari tahun 2009 hanya sebagai ajang menarik simpati rakyat saja di saat kampanye agar rakyat memilih calon anggota dewan dan calon presiden dan wakil presiden. Kenyataanya setelah terpilih mereka justru tidak simpati pada rakyat yang memilihnya.  

Para wakil rakyat lebih memilih tidur dan mungkin pura-pura tidur ketika dibangunkan rakyat untuk mendengarkan aspirasi mereka. Seperti yang sering mereka lakukan ketika rapat di DPR, pura-pura mendengarkan sementara mata dan tangan sibuk dengan gadget masing-masing, plesiran ke luar negeri dengan biaya negara, dan absen ketika rapat. Pemilu hanya dijadikan ajang mereka untuk merebut simpati rakyat demi terpilih menjadi anggota dewan.

Gaji yang besar di luar tunjangan, bonus di sana sini plus fasilitas mewah, menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang saat ini berlomba-lomba menjadi wakil rakyat. Oleh karenanya, mereka pun rela mengeluarkan biaya besar-besaran ketika kampanye termasuk membayar siapapun yang mau datang ke kampanyenya.

Begitu juga dengan pemilihan presiden dan wakil presiden. Setelah berkampanye untuk menarik simpati rakyat, tapi setelah di pilih justru banyak membuat keputusan-keputusan yang merugikan rakyat. Dari mulai dijualnya aset bangsa ke pihak luar, kebakaran dan penebangan hutan yang tak pernah bisa dituntaskan, perhatian pimpinan negeri akan para pekerja di luar negeri yang merupakan pemberi devisa terbesar negara ini seharusnya dilindungi dan dibantu tapi kenyataanya terkadang bersikap acuh tak acuh.

Pemilu bukanlah ajang untuk memilih sosok-sosok yang mewakili rakyat dan membuat rakyat jauh lebih baik, lebih sejahtera, tapi Pemilu adalah waktunya memilih sosok-sosok yang hanya mengobral janji pada saat kampanye dan ingkar janji ketika dipilih. (mar)

Penulis
Mira Habibah
 Purwakarta, suka.keenankxxx@gmail.com
Twitter : @miragowes

Baca juga:
[Arti Pemilu] Momen Pemuda Membangun Bangsa
[Arti Pemilu] Memilih untuk Kepentingan Politik
[Arti Pemilu] Menumbuhkan Kembali Budaya Politik Indonesia
Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Mulai Rabu 19 Maret 2014 sampai dengan 3 April 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Apa Arti Pemilu Buatmu". Ada hadiah utama LinkSys Smart Wi-Fi Router untuk satu pemenang dan merchandise spesial untuk 5 tulisan terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya