Wariyati P Sari: Karena Perpustakaan Datangkan Penghasilan

“Ibu-ibu ini antusias untuk membekali diri dengan keterampilan, sehingga mereka punya semangat besar untuk mulai berkarya,” kata Wariyati.

oleh Karmin Winarta diperbarui 22 Jan 2015, 12:31 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2015, 12:31 WIB
Wariyati P Sari: Karena Perpustakaan Datangkan Penghasilan
“Ibu-ibu ini antusias untuk membekali diri dengan keterampilan, sehingga mereka punya semangat besar untuk mulai berkarya,” kata Wariyati.

Citizen6, Jakarta Sebuah pelatihan yang dilaksanakan di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Kebumen mengubah jalan hidup perempuan kelahiran 21 Juli 1983 ini menjadi lebih baik. Ia kini menjadi salah satu pengusaha kain perca yang sukses di Kebumen.

Namanya Wariyati Puspita Sari. Wariyati tinggal di Desa Kali Gending, Karang Sambung, Kebumen, Jawa Tengah. Ketika menerima kedatangan tamu dari Perpustakaan Daerah Kebumen dan PerpuSeru Coca Cola Foundation di rumahnya, perempuan yang kala itu mengenakan jilbab merah tua, bergegas merapikan kain-kain perca yang berserakan di sofa ruang tamu dan lantai ruang kerja yang letaknya bersebelahan. Yang disebut ruang kerja adalah sebuah ruang persegi dengan empat mesin jahit yang berfungsi. Apa pekerjaan yang mereka lakukan, sebenarnya?

Kerja yang dilakukan oleh Wariyati semula adalah menjahit. “Dulunya, saya adalah seorang penjahit; baju wanita, baju manten, dan  lain-lain. Tapi, setelah saya pikir-pikir, ternyata penjahit baju di daerah pelosok seperti saya, susah untuk berkembang,” ucap Wariyati seraya menerawang ke langit-langit rumah.

Wariyati P Sari: Karena Perpustakaan Datangkan Penghasilan

Wariyati tidak memberi tahu secara pasti kapan ia mulai menjahit. Ia juga tidak menyebutkan berapa lama menjadi penjahit baju. Setelah ‘hengkang’ dari bisnis menjahit baju, Wariyati segera mencoba bisnis lain, yaitu industri kerajinan dan keterampilan memanfaatkan kain-kain perca, dengan memberdayakan mesin-mesin jahit bekas.

“Perusahaan garmen sekarang, kan, menggunakan mesin jahit yang besar-besar. Saya memanfaatkan limbah dari pabrik berupa mesin-mesin jahit manual yang dibuang oleh pabrik. Penggeraknya adalah dinamo,” tutur Wariyati. Mesin-mesin jahit manual ini digunakan oleh Wariyati untuk memproduksi keset dan tatakan dari kain perca.

“Jujur, awalnya hanya mengisi kekosongan waktu. Tapi, dari iseng-iseng itu, saya bisa mendapatkan hasil yang bagus. Makanya, saya kembangkan,” cerita Wariyati.

Bisnis kain perca sudah dijalani oleh Wariyati selama kurang lebih tiga tahun. Ia memulainya dari nol. Semula, Wariyati sendiri belajar memproduksi kain-kain perca tersebut menjadi keset atau tatakan. Setelahnya, ia baru mengajak ibu-ibu yang tinggal di sekitar rumahnya untuk ikut bekerja.

Seiring waktu, Wariyati tidak hanya ibu-ibu tetangga saja yang terlibat, tetapi juga ibu-ibu dari luar Desa Kali Gending, seperti Desa Karang Poh Kecamatan Pejagoan, Desa Weton Kulon Kecamatan Puring, Desa Kali Gending Kecamatan Karang Sambung, Desa Binangun Kecamatan Karang Ayam, Desa Wedas Lintang, dan lain-lain.

Wariyati P Sari: Karena Perpustakaan Datangkan Penghasilan

“Ibu-ibu ini antusias untuk membekali diri dengan keterampilan, sehingga mereka punya semangat besar untuk mulai berkarya,” kata Wariyati.

Ide bisnis ini lahir berkat keikutsertaan Wariyati di sebuah pelatihan di KPAD  (Kantor Perpustakaan Daerah dan Arsip Daerah) Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kala itu, pelatihan yang ia ikuti adalah pelatihan internet yang digelar atas kerja sama KPAD  Kabupaten Kebumen dan PerpuSeru Coca-Cola Foundation Indonesia.

Awalnya, Wariyati mengira, perpustakaan hanya tempat untuk para pelajar dan hanya tempat untuk membaca. Maka, ketika ia hendak mengikuti pelatihan di perpustakaan, ia baru sadar bahwa perpustakaan kini jauh lebih menarik.

2

“Ternyata, perpustakaan tidak hanya buat pelajar, tapi juga buat saya. Fasilitas untuk saya juga disediakan di sana. Seperti kemarin ada kegiatan seminar “Peranan IT bagi Pengembangan UKM” dilanjutkan dengan pelatihan. Saya merasakan setelah seminar dan pelatihan, saya yang dulunya nggak bisa apa-apa, sekarang tahu cara mengakses internet, membuat e-mail, Facebook, lalu memasukkan produk ke Facebook, dan lain-lain. Dari situ, saya mendapatkan pengetahuan lalu wawasan yang bisa bermanfaat untuk usaha saya,” cerita Wariyati.

Setelah bisnis kain percanya mulai stabil, Wariyati mulai mengajarkan ilmu yang ia dapatkan dari seminar “Peranan IT bagi Pengembangan UKM” dan pelatihan internet di KPAD Kabupaten Kebumen, kepada ibu-ibu di desa.

“Kami melatih juga membekali ibu-ibu dengan keterampilan menjahit, dan memperkenalkan kepada mereka tentang teknologi internet sedikit-sedikit. Mudah-mudahan jadi bukit,” ucap Wariyati.

Wariyati P Sari: Karena Perpustakaan Datangkan Penghasilan

Dalam perkembangan bisnis itu, KPAD  Kabupaten Kebumen dan PerpuSeru tetap mendampingi ibu-ibu di Kebumen ini. Hingga, dibentuklah komunitas UMKM Kebumen. Komunitas ini menggelar pertemuan rutin setiap bulan, di mana dalam pertemuan itu, mereka saling menerima dan memberi saran atau kritik dalam berwirausaha.

“Komunitas ini membantu memecahkan setiap permasalahan para pelaku UMKM, dengan dibantu juga oleh Kabupaten Kebumen. Misalnya, jika memang perlu diadakan seminar atau pelatihan, kami membantu koordinasi acara tersebut,” jelas Ibu Seha, Kasubag TU KPAD Kebumen.

Mereka juga rutin berkumpul di dunia maya, lewat grup Facebook “Forum UMKM Online” untuk berbagi pengalaman dan kreativitas.

Kini, Wariyati dan ibu-ibu lain telah bermitra dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kebumen, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT), Dinas UMKM, PC Muslimat NU Kabupaten Kebumen, dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), untuk mengembangkan usaha mereka.

“Harapan saya, semoga KPAD Kabupaten Kebumen dan PerpuSeru tidak berhenti untuk membina dan melatih orang-orang awam, seperti kami,” harap Wariyati.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya