"Geng" Grafiti ini Anggotanya Para Manula

Umumnya grafiti atau mural dibuat para seniman muda karena seni ini dianggap bagian dari budaya kaum muda.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Agu 2015, 13:03 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2015, 13:03 WIB
"Geng" Grafiti ini Anggotanya Para Manula
Umumnya grafiti atau mural dibuat para seniman muda karena seni ini dianggap bagian dari budaya kaum muda.

Citizen6, Jakarta Umumnya grafiti atau mural dibuat para seniman muda karena seni ini dianggap bagian dari budaya kaum muda. Sehingga kini banyak bermunculan komunitas grafiti atau mural. Tapi "geng" grafiti di Kota Lisbon, Portugal yang satu ini sedikit berbeda, karena anggotanya para manula.

Komunitas bernama Lata 65, lahir dari sebuah lokakarya yang ingin mengajarkan para manula di Kota Lisbon mengenal seni grafiti dan bergabung bersama seniman jalanan. Dari lokakarya ini, munculah "geng" Lata 65 yang kini anggotanya mencapai 100 seniman tua.

Umumnya grafiti atau mural dibuat para seniman muda karena seni ini dianggap bagian dari budaya kaum muda.

Lara Pebble Rodrigues, pengagas Lata 65 mengatakan, dibentuknya lokakarya grafiti manula ini untuk menuangkan seni dari para orang tua di jalanan, sekaligus menjembatani kesenjangan seni antara ganerasi muda dengan seniman tua. Mereka percaya bahwa usia hanya masalah angka, dan seni urban seperti grafiti memiliki kekuatan untuk mendorong, mempromosikan dan meningkatkan demokratisasi, serta akses ke seni kontemporer.

Lara yang juga merupakan penggagas "WOOL", sebuah festival seni urban mengungkapkan, bahwa ide lahirnya Lata 65 ketika ia bertemu dengan peserta festival sambil minum kopi. Mereka berbicara tentang kontribusi orang tua terhadap seni, dan juga tentang seni jalanan. Dari pembicaraan tersebut, Lara akhirnya menggabungkan keduanya, hingga terbentuknya Lata 65.

Umumnya grafiti atau mural dibuat para seniman muda karena seni ini dianggap bagian dari budaya kaum muda.

Lara mengumpulkan para orang tua dan mengajarkan dalam beberapa tahap. Yang pertama mengajarkan peserta tentang teori dan sejarah seni grafiti. Kemudian setiap peserta dibebaskan untuk membuat "tag" atau nama dan menentukkan tema dari seni yang akan dibuatnya. Para orang tua ini diajarkan cara membuat pola kertas yang akan dijadikan mal gambar. Dan terakhir Lara mengajak para peserta menuangkan seni grafitinya di ruang terbuka dengan menggunakan cat semprot.

Kini Lara ingin memberi para anggotanya kepuasan dengan lebih eksis untuk seni perkotaan bersama "geng" grafiti manulanya.

Penulis:

M Sufyan

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya dapat dibaca di sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya