Liputan6.com, Jakarta Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar, Lantamal V melaksanakan upacara Bhuta Yadnya atau disebut juga dengan Mecaru yang dihadiri Komandan Lanal Denpasar Letkol Laut (P) Gusti Bagus Tapayasa dan seluruh personel yang beragama Hindu Lanal Denpasar yang dipuput/dipimpin oleh Pendeta Hindu, Ida Pedanda Gede Pengiasan, Minggu (4/9).
Menurut Danlanal Denpasar, sehari sebelum pelaksanaan Mecaru seluruh umat hindu Lanal Denpasar melaksanakan acara Melukat atau pembersihan diri dari segala kotoran (Leteh) dengan cara adat Bali yang dilaksanakan di Pantai Mertasari Sanur Denpasar.
Upacara Mecaru di Bali atau juga disebut dengan Butha Yadnya kata GB Oka -sapaan akrab Danlanal Denpasar- merupakan sebuah ritual suci yang kerap digelar untuk mengharmonisasi hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Advertisement
Manusia dengan alam, memang sejatinya tidak boleh saling bertentangan satu dengan yang lainnya supaya tercipta saling pengertian dan hubungan yang kondusif untuk keberlangsungan kehidupan selanjutnya.
Maksud dan Tujuan Upacara Mecaru ini berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu menjaga keharmonisan alam, lingkungan beserta isinya (wawasan semesta alam).
Sementara makna upacara Mecaru sendiri adalah kewajiban manusia merawat alam yang diumpamakan badan raga Tuhan dalam perwujudan alam semesta beserta isinya. Serta untuk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar senantiasa kehidupan kita sebagai umat manusia cipaan-Nya mendapatkan kehidupan yang baik dan sejahtera secara sekala dan niskala.
Selain itu segala ketidakharmonisan yang terjadi di alam semesta ini juga disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri, seperti halnya memelihara bumi yang tiada semestinya dan juga pengingkaran akan ajaran agama, dharma, dan kesucian. Hal itu yang menyebabkan suatu keadaan buruk di jagat raya ini. Semuanya itu patut diberikan Caru agar mendapatkan keharmonisan kembali serta mendapatkan kerahayuan dengan terbatasnya dari segala bentuk kekotoran (leteh) dan kembali dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
"Begitu banyaknya Tuhan Yang Maha Esa memberikan kemudahan bagi umat manusia agar dipergunakan sebagai mana mestinya, namun dari semua itu juga Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) menitipkan alam beserta ini agar tidak dirusak dan selalu dijaga untuk kelangsungan kehidupan manusia. Alam dan manusia, sampai kapanpun harus selalu bersatu karena diantara keduanya saling membutuhkan satu dengan yang lainnya," tetangnya.
Dalam Bhuta Yadnya, terkait dengan upacara tersebut disebut dengan Mecaru. Upacara tersebut dilakukan oleh umat setiap saat baik di palemahan rumah, banjar, desa, pura dan bahkan suatu wilayah. Demikian juga setiap harinya, hari-hari tertentu seperti kajeng kliwon, dan atau pada pergantian sasih secara rutin upacara mecaru ini dilaksanakan. Disamping itu upacara mecaru ini diselenggarakan juga pada setiap adanya suatu peristiwa kejanggalan dan atau kejadian yang tiada kita hendaki.
Setelah pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya atau Mecaru selesai, seluruh Umat Hindu Lanal Denpasar menuju keTirta Empul untuk membersihkan diri dengan cara mandi di air Tirta Empul.
Pengirim:
Penerangan Lantamal v
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6