Bebas Buta Aksara, Warga Sluke Jadi Wirausaha

Di kecamatan Sluke ada sebuah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menampung banyak warga buta aksara.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Sep 2016, 15:15 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2016, 15:15 WIB
Bebas Buta Aksara, Warga Sluke Jadi Wirausaha
Bebas Buta Aksara, Warga Sluke Jadi Wirausaha

Liputan6.com, Jakarta Di kecamatan Sluke ada sebuah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menampung banyak warga buta aksara. Di PKBM Budi Utomo desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke, Rembang, Jawa Tengah ini, menjadi saksi ratusan warga sini belajar dan terbebas dari belenggu buta aksara.

Mereka yang semula tidak bisa baca tulis, karena tak sempat mengenyam pendidikan formal, sekarang lambat laun lulus kejar paket A, B, bahkan paket C. Begitu merasakan manfaat pendidikan, warga yang umumnya kaum ibu rumah tangga, sekarang giliran memperoleh bekal ketrampilan dari pengurus PKBM. Salah satunya menjahit.

Mereka diajarkan bagaimana caranya mengukur badan, membuat pola, mengoperasikan mesin jahit, sampai membuat pakaian jadi. Salah satu warga belajar asal desa Jurangjero Kec. Sluke, Nurjanah menyambut antusias pelatihan tersebut. “Ini bisa menjadi modal untuk membuka usaha maupun bekal kalau sewaktu-waktu kita masuk pabrik garmen,” ucapnya.

Bebas Buta Aksara, Warga Sluke Jadi Wirausaha

Apalagi kegiatan menjahit gratis, dengan mendatangkan instruktur yang berpengalaman, warga belajar hingga mahir menjahit. Hasil dari pelatihan sebelumnya, diberdayakan dengan membentuk usaha konveksi Kombunsu atau kepanjangan Komunitas Bunda Sendangmulyo.

Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utomo, Sutrisno menuturkan warga belajar mulai sanggup membuahkan karya-karya, seperti baju seragam sekolah dan seragam kantor. “Warga belajar jangan hanya selesai mengikuti program kejar paket, namun juga menjelma sebagai pengusaha-pengusaha baru,” kata Sutrisno.

Sutrisno menimpali setelah usaha konveksi berjalan, pihaknya juga menggandeng warga belajar lain di Kec. Sluke, guna mengembangkan jaringan usaha. Pembuatan ikat pinggang menjadi target berikutnya. Ketika ada pemesan seragam, warga belajar juga bisa melayani ikat pinggang. Dengan bekal keuletan dan kesabaran, warga yang dulu menyandang buta aksara, diharapkan kelak akan lebih terangkat nasibnya.

Penulis:

Pamela Sandri

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya