Liputan6.com, Jakarta Tongkat bagi penyandang tunanetra diibaratkan mata, maka dari itu tongkat adalah hal yang sangat penting. Biasanya yang kita ketahui tongkat bagi penyandang tunanetra yaitu tongkat konvensional yang terbuat dari kayu ataupun aluminium yang bisa dilipat-lipat.
Baca Juga
Untuk mempermudah penyandang tunanetra menggunakan tongkat, maka diciptakan tongkat yang lebih modern. Melalui kreativitas dan inovasi tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia ini membuat tongkat elektronik dengan sistem radar dan Global Positioning System (GPS) untuk penyandang tunanetra.
Advertisement
Sebagaimana Campus CJ Liputan6.com kutip dari laman situs Universitas Indonesia, tongkat elektronik bikinan Suharsono Halim (Teknik Elektro), Finna Handafiah (Teknik Industri) dan Ria Aprilliyani (Teknik Elektro), itu juga bisa mengirimkan titik koordinat posisi pengguna ke kerabat sehingga penyandang tunanetra tidak perlu khawatir tersesat.
"Tongkat elektronik ini dapat memetakan objek pada lebih dari satu sudut yaitu sisi depan, sisi kanan dan kiri tanpa pengguna harus meraba-raba," ujar Suharsono Halim, salah satu mahasiswa yang ikut membuat tongkat itu, di Depok, Kamis, (22/9/2016).
Tongkat dengan berat sekitar 1,5 kilogram dan panjang satu meter itu telah diperiksa keamanan dan kenyamanan bagi pengguna. Harso sapaan akrabnya mengatakan, timnya membuat tongkat itu untuk mengatasi keterbatasan tongkat konvensional yang memiliki jarak jangkauan terbatas pada satu sudut dan jarak tertentu yang membuat pendeteksian objek terbatas pula.
Keterbatasan itu membuat penyandang tunanetra kesulitan dan berpeluang tersesat ketika memasuki tempat atau wilayah baru. Bermula dari permasalahan tersebut, tim membuat tongkat elektronik dengan cara kerja yang hampir sama dengan tongkat pada umumnya namun dilengkapi tambahan radar, fitur GPS serta sebuah rompi, kata Suharsono menjelaskan inovasi tongkat elektroniknya.
Tongkat itu memiliki tiga sensor jarak berbasis ultrasonik dan sebuah motor servo yang mampu memetakan objek penghalang di sekitar penyandang tunanetra dengan jarak jangkauan maksimal tiga meter.
Perangkat itu membuat penyandang tunanetra seakan dapat melihat keadaan sekitar berdasarkan informasi dalam bentuk getaran motor pada rompi, semakin dekat jaraknya dengan objek penghalang, getaran motor di rompi tersebut akan semakin tinggi. Sedangkan fitur GPS memungkinkan penyandang tunanetra mengabarkan keberadaannya ke sanak saudara/kerabat.
Dengan menekan tombol darurat pada tongkat, alat itu akan mengirimkan posisi pengguna ke kerabat melalui jaringan GSM dalam format pesan pendek yang dapat dibaca melalui aplikasi yang juga telah dirancang oleh tim. Simak kelanjutan artikel dengan mengeklik tautan berikut ini.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.
Penulis:
Siti Nuraeni Safitri
Universitas Pancasila