Ade Rai: Kolesterol Tinggi Tak Selalu Buruk, Terlalu Rendah Justru Bisa Mematikan!

Ade Rai menegaskan bahwa kolesterol tinggi tak selalu buruk, sementara kadar yang terlalu rendah justru berisiko mematikan. Penting untuk memahami peran kolesterol bagi tubuh agar tetap sehat.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 11 Feb 2025, 14:39 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 14:39 WIB
Ade Rai. (Foto: Dok. Instagram @ade_rai)
Ade Rai menjelaskan bahwa kolesterol tinggi tidak selalu berbahaya, namun jika terlalu rendah justru bisa mematikan. Menjaga keseimbangan kolesterol penting untuk kesehatan tubuh. (Foto: Dok. Instagram @ade_rai)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kolesterol sering kali dianggap sebagai musuh utama dalam kesehatan, terutama ketika kadarnya tinggi dalam tubuh. Namun, menurut binaragawan sekaligus praktisi kesehatan, Ade Rai, persepsi ini perlu diluruskan.

Dia menegaskan bahwa kolesterol tidak selalu menjadi penyebab penyakit dan justru memiliki peran penting dalam tubuh. Bahkan, kolesterol yang terlalu rendah bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Kolesterol: Salah Kaprah yang Perlu Diluruskan

Dalam dunia medis, kolesterol sering kali dikaitkan dengan risiko penyakit jantung. Standar kesehatan biasanya menetapkan kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL atau kadar LDL lebih dari 100 mg/dL sebagai indikator risiko. Akibatnya, banyak orang mengonsumsi obat penurun kolesterol tanpa memahami secara mendalam fungsi sebenarnya dari zat ini dalam tubuh.

Menurut Ade Rai, tubuh manusia secara alami memproduksi kolesterol sebanyak 2000-3000 mg per hari. "Tubuh kita adalah pabrik kolesterol. Bahkan jika kita tidak mengonsumsi kolesterol dari makanan, tubuh akan tetap memproduksinya," ujar Ade Rai seperti dikutip dari video berjudul '10 FAKTA dan MITOS seputar KOLESTEROL' di kanal Youtube pribadinya, Dunia Ade Rai.

Ini menunjukkan bahwa kolesterol memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh.

Apa Peranan Kolesterol Dalam Tubuh?

Ade Rai menegaskan bahwa tubuh manusia sebenarnya memiliki mekanisme alami untuk menghasilkan kolesterol. Sekitar 75 persen dari kebutuhan kolesterol diproduksi oleh tubuh sendiri, sementara sisanya berasal dari makanan.

Oleh karena itu, kolesterol dalam makanan tidak serta-merta menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam darah. "Tubuh kita memiliki kecerdasan sendiri dalam menciptakan keseimbangan. Jadi, meskipun kita tidak mengonsumsi makanan berkolesterol sama sekali, tubuh tetap akan memproduksi kolesterol sesuai kebutuhan," tambah Ade Rai.

Lebih lanjut, Ade Rai menjelaskan bahwa kolesterol berperan dalam berbagai fungsi vital, antara lain:

  1. Pembentukan Dinding Sel : Kolesterol merupakan komponen utama dalam membran sel, menjaga kestabilan dan fleksibilitas sel.
  2. Produksi Hormon : Hormon seperti testosteron, estrogen, dan kortisol berbasis dari kolesterol.
  3. Kesehatan Otak dan Saraf : Kolesterol berfungsi sebagai neuroprotektan yang melindungi sistem saraf dan mendukung fungsi kognitif.
  4. Pemulihan Jaringan : Saat terjadi peradangan atau luka dalam tubuh, kolesterol membantu proses penyembuhan.

"Kolesterol itu bukan musuh, justru keberadaannya sangat penting untuk keseimbangan tubuh kita," ujarnya.

Apakah Kolesterol Rendah Berbahaya?

Banyak penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol yang terlalu rendah bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk gangguan mental dan kognitif.

Ade Rai menjelaskan bahwa orang dengan kolesterol rendah memiliki risiko lebih tinggi mengalami demensia atau Alzheimer. "Semakin rendah kolesterol, semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi kognitif," katanya.

Selain itu, kadar kolesterol yang terlalu rendah juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. "Jika kita melihat kurva angka kematian, justru kolesterol yang sangat rendah berhubungan dengan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kolesterol yang lebih tinggi," ujar Ade Rai.

LDL Bukan Musuh, Melainkan Kendaraan Pengantar

LDL (Low-Density Lipoprotein) sering kali disebut sebagai 'kolesterol jahat', sementara HDL (High-Density Lipoprotein) disebut sebagai 'kolesterol baik'.

Namun, menurut Ade Rai, istilah ini kurang tepat. LDL dan HDL sebenarnya bukan kolesterol itu sendiri, melainkan kendaraan yang membawa kolesterol ke dalam tubuh.

"LDL itu ibarat kendaraan yang mengantarkan kolesterol ke tempat-tempat yang membutuhkan, sedangkan HDL bertugas mengangkut kelebihan kolesterol kembali ke hati untuk didaur ulang atau dibuang," ujarnya.

Oleh karena itu, LDL yang tinggi tidak selalu berarti buruk, selama tidak terjadi peradangan dalam tubuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya