Liputan6.com, Jakarta - Beberapa orang lebih sering digigit nyamuk ketimbang yang lain. Tahukah Anda kenapa? Ada yang bilang bahwa golongan darah, keringat, atau makan makanan dengan bawang putih, cuka, sari apel lah yang memengaruhi hal tersebut. Akan tetapi, ilmuwan membuktikan hal tersebut tak tepat.
Baca Juga
Advertisement
Semua spesies nyamuk menggunakan karbon dioksida sebagai indikator jarak bahwa manusia berada di dekatnya. Kemudian, asam laktat yang terdapat pada tubuh manusia yang membuat nyamuk tahu di mana manusia berada. Senyawa lain seperti amonia, beberapa asam karboksilat, aseton, dan sulcatone juga memengaruhi hal tersebut. Namun, yang paling memotivasi nyamuk dalam memilih orang untuk digigit adalah mikrobiota di kulit kita.
Melansir dari sciencealert, mikrobiota ini sebagian besar adalah bakteri dan jamur non-patogen yang hidup di kulit, pori-pori, dan folikel rambut. Kombinasi bau yang mereka keluarkan dalam bentuk senyawa organik mudah menguap dan menjadi faktor penting dalam memberi tahu nyamuk betapa lezatnya Anda.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Selanjutnya
Mengingat variasi dan kelimpahan bakteri di mikrobiota kulit kita, tak mengherankan nyamuk betina dapat mendeteksi perbedaan manusia dari hal tersebut. Komposisi mikrobiota kulit kita sebagian besar tergantung pada lingkungan kita, seperti apa yang kita makan dan di mana kita tinggal.
Segala sesuatu yang kita sentuh, makan, minum, dan cuci memiliki potensi untuk memperkenalkan mikroba baru; Selain itu, variasi genetik dianggap memengaruhi seberapa ramahnya kulit Anda terhadap berbagai spesies mikroba yang hidup di sana.
Jadi perlu diingat, keringat murni tidak memiliki bau. Berkeringat tak bertanggung jawab untuk menarik nyamuk dalam menggigit Anda.
Sebaliknya, keringat yang bercampur komposisi kimia, serta mikroba yang berkembang biaklah yang membuat bau yang berbeda. Inilah yang kemudian menarik nyamuk dan membuat seseorang lebih sering digigit nyamuk ketimbang yang lain.
Advertisement