Tanda Demam Berdarah yang Perlu Diwaspadai, Ketahui Cara Penanganannya

Waspadai tanda demam berdarah sejak dini. Pelajari gejala, penyebab, dan cara mencegah penyakit berbahaya ini untuk melindungi diri dan keluarga Anda.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 10 Mar 2025, 13:31 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2025, 13:31 WIB
tanda demam berdarah
tanda demam berdarah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, terutama saat musim hujan tiba. Memahami tanda-tanda demam berdarah sejak dini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi berbahaya.

Promosi 1

Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue adalah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus dan memiliki 4 serotipe berbeda (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4). Infeksi oleh salah satu serotipe akan memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut, namun tidak memberikan perlindungan silang terhadap serotipe lainnya.

Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Faktor-faktor yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti seperti curah hujan tinggi, genangan air, dan kelembaban udara menyebabkan peningkatan kasus DBD terutama saat musim penghujan.

DBD dapat menyerang semua kelompok usia, namun anak-anak cenderung lebih rentan mengalami gejala yang lebih berat. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh anak yang belum sekuat orang dewasa. Selain itu, anak-anak juga lebih sering berada di dalam ruangan yang menjadi tempat bersarang nyamuk Aedes aegypti.

Gejala Utama Demam Berdarah

Mengenali gejala demam berdarah sejak awal sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Berikut adalah tanda dan gejala utama DBD yang perlu diwaspadai:

  • Demam tinggi mendadak (38-40°C)
  • Sakit kepala berat, terutama di bagian belakang mata
  • Nyeri otot, tulang, dan sendi
  • Mual dan muntah
  • Ruam kemerahan pada kulit
  • Perdarahan dari gusi atau hidung
  • Mudah lelah
  • Nyeri perut

Gejala-gejala ini biasanya muncul 3-14 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Pada fase awal, gejala DBD sering mirip dengan flu biasa sehingga sulit dibedakan. Namun, jika demam tidak kunjung turun setelah 3-4 hari dan disertai gejala lain seperti nyeri perut hebat atau perdarahan, segera periksakan diri ke dokter.

Pola demam pada DBD biasanya bersifat bifasik atau "pelana kuda". Demam tinggi terjadi pada 2-3 hari pertama, kemudian suhu tubuh turun, lalu naik kembali. Fase saat suhu turun justru merupakan fase kritis yang memerlukan pemantauan ketat karena risiko terjadinya syok dan perdarahan meningkat.

Fase-Fase Demam Berdarah

Perjalanan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 fase utama:

1. Fase Demam (Hari 1-3)

Pada fase ini terjadi demam tinggi mendadak disertai gejala seperti flu. Virus dengue berada dalam aliran darah (viremia) sehingga dapat menyebar ke berbagai organ. Kadar trombosit mulai menurun perlahan.

2. Fase Kritis (Hari 4-6)

Fase ini ditandai dengan penurunan suhu tubuh namun justru merupakan fase paling berbahaya. Terjadi kebocoran plasma darah yang dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kadar trombosit turun drastis sehingga risiko perdarahan meningkat. Pemantauan ketat diperlukan pada fase ini.

3. Fase Pemulihan (Hari 7-10)

Kondisi pasien mulai membaik, nafsu makan kembali, dan kadar trombosit berangsur normal. Namun masih perlu waspada terhadap kelebihan cairan akibat rehidrasi yang dapat menyebabkan edema paru.

Memahami fase-fase ini penting agar pasien dan keluarga tidak lengah saat gejala demam mereda. Justru pada fase kritis inilah pemantauan harus lebih intensif untuk mencegah komplikasi serius.

Penyebab Demam Berdarah

Penyebab utama demam berdarah adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk ini aktif menggigit pada pagi dan sore hari. Setelah menggigit orang yang terinfeksi virus dengue, nyamuk dapat menularkan virus tersebut ke orang lain melalui gigitannya.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularan DBD antara lain:

  • Curah hujan tinggi yang menyebabkan banyak genangan air sebagai tempat berkembang biak nyamuk
  • Sanitasi lingkungan yang buruk
  • Kepadatan penduduk tinggi
  • Mobilitas penduduk yang tinggi
  • Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memberantas sarang nyamuk
  • Perubahan iklim global yang mempengaruhi pola penyebaran nyamuk

Virus dengue memiliki 4 serotipe berbeda. Infeksi oleh satu serotipe akan memberikan kekebalan terhadap serotipe tersebut, namun tidak melindungi dari infeksi serotipe lainnya. Bahkan, infeksi kedua oleh serotipe berbeda justru meningkatkan risiko terjadinya DBD yang lebih parah.

Diagnosis Demam Berdarah

Diagnosis DBD dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Dokter akan melakukan anamnesis (wawancara medis) dan pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tanda DBD. Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan antara lain:

  • Pemeriksaan darah lengkap: untuk melihat kadar trombosit, hematokrit, dan leukosit
  • Tes NS1 Antigen: mendeteksi protein virus dengue dalam darah
  • Tes serologi IgM dan IgG dengue: mendeteksi antibodi terhadap virus dengue
  • Tes fungsi hati: memeriksa enzim hati yang dapat meningkat pada DBD
  • Rontgen dada: menilai adanya kebocoran plasma ke rongga dada

Penurunan trombosit di bawah 100.000/μL disertai peningkatan hematokrit >20% dari nilai normal merupakan indikator kuat terjadinya DBD. Pemeriksaan berkala diperlukan untuk memantau perkembangan penyakit, terutama pada fase kritis.

Diagnosis dini dan akurat sangat penting untuk penanganan yang tepat. Jika dicurigai DBD, pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk pemantauan ketat, terutama jika terdapat tanda-tanda bahaya seperti nyeri perut hebat, muntah persisten, atau perdarahan.

Penanganan dan Pengobatan Demam Berdarah

Penanganan DBD berfokus pada perawatan suportif untuk mengatasi gejala dan mencegah komplikasi. Tidak ada obat antivirus khusus untuk DBD, sehingga tubuh pasien harus melawan infeksi virus dengan kekebalan alaminya. Beberapa langkah penanganan DBD meliputi:

  • Istirahat total di tempat tidur
  • Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi
  • Pemberian obat penurun panas seperti paracetamol (hindari aspirin atau ibuprofen)
  • Pemantauan ketat tanda vital dan kadar trombosit
  • Transfusi trombosit jika diperlukan
  • Pemberian oksigen jika terjadi gangguan pernapasan
  • Penanganan syok dengan cairan koloid jika terjadi kebocoran plasma berat

Pasien DBD ringan dapat dirawat di rumah dengan pengawasan ketat. Namun jika terdapat tanda bahaya atau komplikasi, perawatan di rumah sakit mutlak diperlukan. Beberapa indikasi rawat inap antara lain:

  • Trombosit <100.000/μL
  • Hematokrit meningkat >20% dari nilai normal
  • Perdarahan spontan
  • Nyeri perut hebat
  • Muntah persisten
  • Gangguan kesadaran
  • Pembesaran hati >2 cm

Penanganan DBD memerlukan kerjasama antara tenaga medis, pasien, dan keluarga. Pemantauan ketat dan penanganan cepat saat terjadi perburukan kondisi sangat penting untuk mencegah komplikasi fatal.

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD). (Photo by FotoshopTofs on Pixabay)... Selengkapnya

Pencegahan Demam Berdarah

Pencegahan DBD terutama berfokus pada pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus

  • Menguras tempat penampungan air secara rutin
  • Menutup rapat tempat penampungan air
  • Mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air
  • Plus: menaburkan bubuk abate, memelihara ikan pemakan jentik, dll

2. Perlindungan Diri dari Gigitan Nyamuk

  • Menggunakan kelambu saat tidur
  • Memakai lotion anti nyamuk
  • Memasang kawat kasa pada ventilasi rumah
  • Menghindari berada di luar rumah saat pagi dan sore hari

3. Pengendalian Vektor

  • Fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa
  • Penyemprotan insektisida pada tempat potensial perkembangbiakan nyamuk
  • Pelepasan nyamuk jantan steril untuk mengurangi populasi

4. Vaksinasi Dengue

Vaksin dengue (Dengvaxia) tersedia di Indonesia untuk usia 9-45 tahun yang pernah terinfeksi dengue sebelumnya. Namun penggunaannya masih terbatas dan perlu konsultasi dengan dokter.

5. Edukasi Masyarakat

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan DBD melalui penyuluhan dan kampanye kesehatan.

Pencegahan DBD memerlukan peran aktif seluruh lapisan masyarakat. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan secara konsisten, diharapkan angka kejadian DBD dapat ditekan.

Komplikasi Demam Berdarah

Meskipun sebagian besar kasus DBD dapat pulih dengan baik, pada kasus berat dapat terjadi komplikasi serius yang mengancam jiwa. Beberapa komplikasi DBD yang perlu diwaspadai antara lain:

1. Sindrom Syok Dengue (DSS)

Terjadi akibat kebocoran plasma yang berat menyebabkan syok hipovolemik. Ditandai dengan tekanan darah menurun drastis, denyut nadi cepat dan lemah, serta ekstremitas dingin. DSS merupakan komplikasi paling berbahaya dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani cepat.

2. Perdarahan Hebat

Penurunan trombosit yang ekstrem dapat menyebabkan perdarahan di berbagai organ seperti saluran cerna, paru-paru, atau otak. Perdarahan masif dapat mengakibatkan syok dan kematian.

3. Gangguan Fungsi Hati

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan sel hati. Pada kasus berat dapat terjadi hepatitis fulminan yang mengancam jiwa.

4. Gangguan Fungsi Ginjal

Dehidrasi berat dan syok dapat mengganggu perfusi ginjal sehingga terjadi gagal ginjal akut.

5. Ensefalopati

Gangguan kesadaran hingga koma dapat terjadi akibat edema otak, perdarahan intrakranial, atau gangguan metabolik.

6. Miokarditis

Peradangan otot jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung hingga gagal jantung.

Komplikasi-komplikasi di atas umumnya terjadi pada fase kritis DBD. Oleh karena itu, pemantauan ketat dan penanganan cepat sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi fatal. Pasien dengan faktor risiko tinggi seperti anak kecil, lansia, atau penderita penyakit kronis perlu mendapat perhatian khusus.

Mitos dan Fakta Seputar Demam Berdarah

Beredar berbagai mitos seputar DBD di masyarakat yang perlu diluruskan. Berikut beberapa mitos dan fakta tentang demam berdarah:

Mitos: DBD hanya menyerang anak-anak

Fakta: DBD dapat menyerang semua kelompok usia, meski anak-anak memang lebih rentan mengalami gejala berat.

Mitos: Minum jus jambu biji dapat menyembuhkan DBD

Fakta: Tidak ada bukti ilmiah bahwa jus jambu biji dapat menyembuhkan DBD. Namun, minum jus buah memang baik untuk mencegah dehidrasi.

Mitos: Fogging adalah cara paling efektif mencegah DBD

Fakta: Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan efeknya sementara. Pemberantasan sarang nyamuk lebih efektif untuk pencegahan jangka panjang.

Mitos: Penderita DBD harus puasa makan

Fakta: Justru penderita DBD perlu asupan nutrisi cukup untuk mempercepat pemulihan. Namun jika mual hebat, dapat diberikan makanan lunak atau cairan bergizi.

Mitos: Demam turun berarti DBD sudah sembuh

Fakta: Justru saat demam turun merupakan fase kritis yang memerlukan pemantauan ketat karena risiko syok meningkat.

Mitos: Vaksin dengue membuat kebal terhadap semua jenis DBD

Fakta: Vaksin dengue tidak memberikan perlindungan 100% dan hanya direkomendasikan untuk yang pernah terinfeksi dengue sebelumnya.

Memahami fakta-fakta tentang DBD sangat penting agar masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat. Informasi akurat dari sumber terpercaya perlu terus disebarluaskan untuk mengatasi mitos yang beredar.

Kesimpulan

Demam berdarah dengue masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Memahami tanda dan gejala DBD sejak dini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi berbahaya. Upaya pencegahan melalui pemberantasan sarang nyamuk dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk harus terus digalakkan. Dengan kewaspadaan dan tindakan bersama seluruh lapisan masyarakat, diharapkan angka kejadian DBD dapat ditekan dan korban jiwa dapat diminimalisir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya