Liputan6.com, Jakarta Beli atau melakukannya sendiri. Banyak hal bisa kamu beli, tapi ada juga alternatif untuk membuatnya sendiri atau biasa dikenal Do It Yourself (DIY).
Baca Juga
Advertisement
Lebih murah atau lebih sesuai keinginan menjadi alasan beberapa orang melakukan berbagai hal sendiri alih-alih membelinya. Namun, selain itu ada manfaat lain.
Liputan6.com melansir Curiosity, Rabu (14/8/2019), melakukannya sendiri atau DIY dapat bermanfaat untuk mental. Berikut beberapa manfaat itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Bisa membuat lebih bahagia
Kebahagiaan dan kepuasan bisa muncul setelah melihat hasil kerja barang yang kita buat sendiri. Dalam studi yang dilakukan tahun 2016 pun menunjukkan hal serupa.
Penelitian itu melibatkan 600 orang yang menuliskan perasaan dan aktifitas kreatif mereka. Hasilnya, peneliti menemukan partisipan yang melakukan kerja kreatif lebih bahagia.
Advertisement
2. Bisa mengurangi stres
Ketika tangan fokus mengerjakan sesuatu dengan konsentrasi penuh, itu bisa berefek pada respons stres tubuh.
Penelitian yang dilakukan pada 2014 menemukan partisipan yang menghabiskan waktu 10 minggu memproduksi seni. Hasilnya otak mereka membuat suatu koneksi baru yang berhubungan dengan ketahanan terhadap stres.
3. Bisa menajamkan pikiran
Membuat atau Melakukan sesuatu sendiri (DIY) dapat menantang otakmu untuk terus belajar hal baru. Itu tentu dapat berdampak pada pemikiran di masa yang akan datang.
Studi yang dilakukan tahun 2011 juga menemukan hubungan antara kegiatan kerajinan dengan penurunan risiko gangguan kognitif ringan pada pada manula. Penurunan risiko gangguan kognitif dari kegiatan kerajinan itu berada pada tingkat yang sama dengan membaca dan bermain gim.
Advertisement
4. Memberi nilai lebih pada suatu barang
Barang yang dibuat sendiri bisa membuat Anda lebih menghargainya. Itu pun seperti yang dijelaskan dari teori yang disebut "efek IKEA", yang menyatakan seseorang akan lebih menghargai sesuatu ketika mereka terlibat dengan hal itu.
Itu juga bisa terlihat dari studi yang dilakukan Daniel Mochon dan Michael Norton dari Harvard Business School pada 2012. Studi itu mengumpulkan 52 mahasiswa dan membaginya menjadi dua. Kelompok pertama diberi sebuah kotak yang sudah jadi, kelompok kedua diberi kotak yang perlu mereka rakit terlebih dahulu.
Mereka kemudian diberitahu untuk menawarkan harga untuk kotak itu. Jika harganya sama atau lebih tinggi dari suatu harga yang ditentukan secara acak, mereka harus membelinya. Hasilnya kelompok yang menyusun kotaknya sendiri menghabiskan 63 persen lebih banyak dibanding kelompok lainnya.
Penulis:
Santi Muhrianti
Universitas Padjadjaran