Bosan Ditanya "Kapan Lulus?", Pria Ini Curhat di Twitter

Seorang pria curhat di Twitter karena sering mendapat pertanyaan “kenapa belum lulus”

oleh Liputan6dotcom diperbarui 18 Des 2019, 12:01 WIB
Diterbitkan 18 Des 2019, 12:01 WIB
[Bintang] Ilustrasi Lulus Kuliah
Lulus kuliah | via: sanghan.me

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai mahasiswa, salah satu persoalan yang sering dihadapi adalah tak kunjung lulus dari ketentuan masa studi. Karena hal itulah muncul sebutan mahasiswa abadi. Lulus tak tepat waktu memang membuatmu rugi dalam segala hal. Mulai dari rugi finansial, tenaga dan pastinya rugi waktu.

Ada beberapa alasan yang membuat seseorang terlambat lulus kuliah. Misalnya, mengubah jalur akademik setelah berjalan dua semester atau mereka memilih utnuk mengambil cuti untuk mengejar pengalaman kerja lebih dulu untuk alasan keuangan.

Saksikan Video Pilihan Di Bawah Ini :


Selanjutnya

Lulusan Jurusan ini Paling Mudah Dapat Pekerjaan di 2016
Terungkap, jurusan kuliah yang paling banyak dicari pada sekelompok perusahaan besar para tahun 2016.

Namun, salah satu kebiasaan buruk sebagian orang adalah bertanya frontal tentang masalah pribadi orang lain. Mulai dari mau kuliah di mana, mau mengambil jurusan apa, sampai pada kok belum lulus – lulus kuliahnya?

Pertanyaan ‘kapan lulus’ saat menjelang batas akhir waktu terasa menyakitkan bagi sebagian orang. Pertanyaan tersebut menjadi terdengar sensitif bagi mereka yang tak segera menyelesaikan tugas pokoknya tersebut. Tak jarang mereka bosan mendengar pertanyaan yang terus berulang-ulang.

Pertanyaan tersebut memang terlihat sederhana, tetapi bisa menimbulkan beban bahkan memberikan efek emosional bagi orang yang bersangkutan. 


Selanjutnya

kapan lulus
Sumber : screenshoot

Beberapa waktu lalu beredar cuitan seorang pria ketika ditanya ‘kapan kamu lulus’. Melalui akun Twitternya @Azijik, ia membagikan curhatannya. 

 


Selanjutnya

Ilustrasi wisuda
Hentikan 9 kebiasaan di kuliah ini untuk kehidupan yang lebih baik

Nah, daripada bertanya 'kapan lulus' sehingga membuat ia kesal dan bete, kamu bisa mendukungnya baik secara mental maupun fisik. Kamu bisa saling mendukung, saling melengkapi dan saling menguatkan. 

 

Penulis : 

Ulya Kaltsum 

Politeknik Negeri Jakarta

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya