Liputan6.com, Jakarta Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan tentu menjadi dambaan semua murid, apalagi ditambah dengan hadirnya guru yang bersahabat. Sebetulnya metode guru yang sederhana namun terbuka pada murid-muridnya adalah kuncinya.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini yang dilakukan oleh Dorothea Emy, selaku guru yang pernah mengajar Bahasa Indonesia di tingkat SMP. Ia selalu menjadikan siswa-siswinya yang memiliki minat dalam pelajarannya untuk dijadikan panutan di kelas.
"Saya suka manggil murid yang senang BI, keliatan anaknya tertarik sama bahasa biar dia bacain karya dia di depan kelas jadi contoh untuk teman-temannya," ujar wanita kelahiran 6 Februari ini.
Tak berhenti sampai memberikan kesempatan kepada siswanya, namun Emy berpartisipasi dengan memberi arahan, saran, serta masukan terhadap jawaban siswa yang telah mengemukakan pendapatnya. Hal ini dilakukan oleh Emy agar siswa yang memiliki minat di bahasa semakin percaya diri karena diminta oleh guru untuk menjadi role model bagi teman-teman sebayanya.
"Biasa dikasih kritik juga,diluruskan hal yang kurang tepat. Tapi ya anaknya kan jadi berani ngomong," katanya.
Selanjutnya
Guru yang cerdas dalam mengobservasi siswa-siswinya ini pun mengajak muridnya yang benar-benar senang dengan dunia bahasa untuk mewakili acara bulan bahasa dengan membacakan cerpen atau puisi di acara tersebut. Di kelas pun ia selalu konsisten berkeliling, mampir dari satu meja ke meja lain untuk memberikan feed back pada setiap siswanya.
“Saya berusaha kenal murid-murid. Ada yang pendiem, padahal bagus itu kalo nulis,bikin puisi, ya harus sering-sering dilibatkan,” ceritanya.
Menurut pengakuan Emy, ia mudah mengenali karakter siswa karena rutin menghampiri meja mereka dan berdiskusi dengan siswa. Melalui cara siswa mengerjakan tugas, Emy pun memahami kepribadian siswa-siswinya.
“Ada yang tekun, tapi masih harus diasah lagi kemampuan bahasanya. Pastinya dibantu, karena niat belajarnya sudah ada,” ungkap guru yang dikenal tegas namun supel.
Emy sangat menghargai siswa-siswinya yang memiliki minat dan ketekunan dalam belajar, meski salah dalam penggunaan tata bahasa. Namun tekad siswanya itu membuat Emy ingin menjadikan muridnya semakin pandai dalam dunia bahasa dan sastra lewat diskusi.
Advertisement
Selanjutnya
Sudah menjadi guru senior tak membuatnya tinggi hati, tapi justru senang berbagi ilmu. Sosoknya yang supel membuatnya mudah akrab dengan guru-guru lainnya.
Seorang alumninya pun bercerita saat kegiatan tur sekolah, Emy bergaya layaknya anak muda jaman now. Ia tak lantas marah-marah saat ada siswanya yang belum tidur dan masih bermain hingga larut malam. Kesempatan ini justru digunakan oleh Emy untuk mengobrol dan ikut berbaur dengan hal yang diperbincangkan siswanya.
"Bu Emy tuh nggak kayak interogasi sih, tapi kayak temen. Jadi ngobrol trus bercanda sama kita, nyanyi lagu band yang terkenal waktu itu," tutur seorang alumni yang sering dilibatkan Emy dalam berkarya di bidang bahasa dan sastra hingga kini menjadi penulis.
Bagi Emy melibatkan siswa-siswi dalam kegiatan kebahasaan merupakan bentuk apresiasinya pada siswa agar timbul rasa percaya diri siswanya.
"Salah nggak papa, kan masih belajar, diskusi sama-sama. Saya senang kalo anak nanya, trus mampir ke bangku mereka, kasih umpan balik. Sekalian tahu kesulitan mereka di mana," tutup Emy.
Penulis
Patricia Astrid Nadia