Pemerintah Jepang Akan Beri Tunjangan Rp 84 Juta Bagi Para Pengantin Baru

Rupanya program tunjangan bagi para pengantin baru ini diberikan guna meningkatkan angka kelahiran di sana.

oleh Komarudin diperbarui 25 Sep 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi Menikah
Ilustrasi menikah (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

 

Liputan6.com, Jakarta Ada kabar gembira untuk para pengantin baru di Jepang. Bagaimana tidak, pasangan yang menikah mulai April 2021 di Jepang dapat menerima uang hingga 600 ribu yen atau setara dengan Rp 84 juta.

Uang tersebut merupakan tunjangan bagi para pengantin baru yang diberikan oleh pemerintah Jepang. Uang itu bisa digunakan untuk membayar sewa dan biaya lain saat memulai hidup baru.

Rupanya saat ini angka kelahiran sangat rendah di Negeri Matahari Terbit tersebut. Maka dari itu, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah pernikahan dengan memberi tunjangan pada lebih banyak pasangan, seperti dilansir dari laman Japan Times, Rabu, 23 September 2020.

Lantas ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi para calon pengantin baru yaitu baik suami maupun istri, harus berusia di bawah 40 tahun pada tanggal pernikahan yang terdaftar. Kemudian, mereka memiliki pendapatan gabungan kurang dari 5,4 juta yen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Untuk meningkatkan angka kelahiran

Ilustrasi Menikah
Ilustrasi menikah (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Program pengantin baru Jepang tersebut meliputi 281 kota madya atau 15 persen dari semua kota besar, kota kecil, dan desa di Jepang, yang telah mengadopsi program tersebut pada Juli 2020. Demi meningkatkan angka kelahiran, pemerintah akan menanggung dua pertiga dari biaya pernikahan dari fiskal 2021.

Pasangan pengantin yang sudah menikah umumnya memiliki dua anak. Rekor kelahiran terendah tercatat pada 2019 dengan kelahiran 865 ribu bayi.

Ringankan biaya

Ilustrasi Menikah
Ilustrasi menikah (dok. Pixabay.com/Pexels/Putu Elmira)

Insentif ekonomi dianggap efektif mendorong orang menikah karena pria lajang usia 25 hingga 34 tahun mencapai 29,1 persen. Sedangkan, wanita lajang mencapai 17,8 persen. Mereka mengatakan kurangnya dana sebagai alasan tak menkah dalam survei National Institute of Population and Social Security Research pada 2015.

Program tersebut telah diumumkan pada calon pasangan pengantin yang berencana menikah tahun depan. Program ini tentu akan membantu pasangan yang memiliki sedikit kesulitan keuangan karena tingginya biaya hidup.

Pihak pemerintah Jepang berusaha meningkatkan angka kelahiran dengan memberi kemudahan bagi pasangan yang hendak menikah. Selama ini, masyarakat Jepang cenderung menikah di usia yang sudah tak produktif atau malah memilih tak menikah sama sekali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya