Guru Besar FKM UI: 50 Persen Penyakit Dipengaruhi Polusi Udara

Kualitas udara di suatu daerah merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan yang ada di kawasan tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2021, 21:00 WIB
Guru Besar FKM UI: 50 Persen Penyakit Dipengaruhi Polusi Udara
Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Budi Haryanto.

Liputan6.com, Jakarta Menjaga kualitas udara tetap baik menjadi tugas semua elemen masyarakat. Pasalnya, kualitas udara di suatu daerah merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan yang ada di kawasan tersebut.

Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Budi Haryanto mengungkapkan polusi udara merupakan salah satu penyumbang penyakit terbesar di dunia dengan proporsi lebih dari 50 persen penyakit diakibatkan oleh polusi udara kota-kota besar di seluruh dunia.

"Proporsi penyakit yang terbanyak itu disebabkan oleh pencemaran udara. Kalau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh makanan, minuman itu sekitar 15 persenan tapi kalau di pencemaran udara itu lebih dari 50 persen," kata Budi Haryanto kepada Komunitas Bicara Udara melalui video di laman Instagram @bicaraudara, Jakarta, Minggu (18/4/2021).

Ia menambahkan, manusia tidak bisa memilih udara yang akan dihirup dan semua hal yang berefek terhadap kesehatan melalui udara masuk ke dalam tubuh.

"Kalau kualitas udara itu tidak dibenahi, tidak dibersihkan maka semuanya akan masuk ke tubuh dan sudah jelas berbagai macam senyawa kimia, berbagai macam pencemaran udara yang lain, polutan masuk kedalam tubuh dan berefek kepada kesehatan," ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lakukan Penelitian Sejak 2013-2017

Polusi Udara
Ilustrasi polusi udara (Foto: Autoblog).

Budi juga telah melakukan penelitian sejak 2013 hingga 2017 dengan melakukan modeling prediksi yang menunjukan bahwa hingga 2050 tingkat polusi udara akan terus meningkat.

Dengan melihat data yang mengkhawatirkan tersebut dan terus meningkatnya sumber polusi udara seperti pertumbuhan kendaraan bermotor, dapat dipastikan jika tidak dikendalikan maka pada 2030 saja polusi udara akan meningkat hingga 60% dari kondisi saat ini.

“Hingga tahun 2050 itu kalau kita tidak melakukan sesuatu yang revolusioner untuk mengendalikan pencemaran udara, maka semua parameter pencemar udara itu trennya akan naik terus. Tahun 2030 itu bisa 50-60 persen lebih tinggi dibandingkan dengan sekarang,” lanjut Budi.

 

Perbanyak Alat Pendeteksi Udara

Maka dari itu, untuk melihat kualitas udara, pemerintah harus memperbanyak alat pendeteksi udara. Menurutnya untuk saat ini tidak perlu lagi berpikir tentang harga alat yang semakin modern semakin terjangkau.

"Karena sebenarnya teknologi semakin modern seperti sekarang ini, alat-alat itu semakin canggih dan tidak lagi mahal, kalau dulunya kita beli sampai milyaran satu alat monitoring station dan hanya punya 5 jakarta, bandung 5, surabaya 5, sekarang gak perlu harus semahal itu lagi," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya