Liputan6.com, Jakarta - Selama pandemi, anak-anak lebih kecil kemungkinannya untuk jatuh sakit dengan terinfeksi COVID-19 dibandingkan dengan orang dewasa, dan para ahli mengatakan pola ini tampaknya tidak berubah dengan Omicron.
Baca Juga
Advertisement
"Secara keseluruhan, sebagian besar anak-anak tidak menunjukkan gejala atau memiliki penyakit yang sangat ringan, yang mungkin termasuk pilek, demam, atau merasa tidak enak badan selama beberapa hari," kata spesialis penyakit menular pediatrik Asha Bowen kepada ABC News.
Beberapa data awal menunjukkan kemungkinan anak-anak dengan infeksi Omicron yang membutuhkan perawatan di rumah sakit berkurang jika dibandingkan dengan varian Delta.
Tetapi karena Omicron menyebar jauh lebih cepat, lebih banyak orang, termasuk anak-anak yang terinfeksi secara keseluruhan.
"Karena angka yang tinggi, ada lebih banyak anak di rumah sakit. Tapi jumlahnya masih sangat kecil (dari keseluruhan kasus)," kata Dr Bowen.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gejala pada Anak
Di luar negeri, tingkat rawat inap anak-anak dan remaja telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, terutama pada anak-anak berusia di bawah lima tahun. Anak-anak ini adalah satu-satunya kelompok usia yang belum memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin COVID-19.
Dokter anak Margie Danchin mengatakan kepada ABC News, bahwa dokter lebih mungkin untuk memasukkan anak-anak yang sangat kecil dengan infeksi virus ke rumah sakit karena hati-hati, untuk memastikan mereka mendapatkan cukup makanan dan terhidrasi dengan baik.
Beberapa ahli juga mencatat bahwa dari sebagian kecil anak kecil yang dirawat di rumah sakit dengan Omicron, lebih banyak yang mengalami penyakit seperti croup (yang menyebabkan batuk khas) dibandingkan dengan varian COVID-19 sebelumnya.
Advertisement
Risiko pada Anak-Anak Lebih Rendah Dibanding Orang Dewasa
"Itu mencerminkan fakta bahwa Omicron tampaknya lebih baik dalam menyerang mukosa saluran napas bagian atas, tetapi ini umumnya mudah diobati," ujar Profesor Nigel Curtis mengatakan kepada surat kabar Nine.
Ketika datang ke risiko COVID-19 yang lama, penelitian sejauh ini menunjukkan anak-anak berada pada risiko yang lebih rendah daripada orang dewasa.
Sementara perkiraan bervariasi, satu penelitian besar di Inggris tahun lalu menemukan 1,8 persen anak-anak memiliki gejala yang berkelanjutan dua bulan setelah infeksi mereka. Gejala termasuk sakit kepala, kelelahan dan kehilangan penciuman.