Liputan6.com, Seoul - Tragedi maut dari pesta perayaan Halloween di kawasan Itaewon, Korea Selatan pada Sabtu, 29 Oktober 2022 sangat mengejutkan publik dunia.
Bagaimana tidak? Tragedi Halloween Itaewon maut itu telah merenggut 154 nyawa yang hadir pada malam perayaan tersebut.
Menurut laporan masyarakat di sekitar TKP, jumlah dari tenaga medis, regu penyelamat, hingga polisi sangat minim, sehingga mereka pun meminta bantuan masyarakat sekitar untuk memberikan bantuan pertolongan pertama kepada korban.
Advertisement
Hal ini tentu sangat mengejutkan publik. Banyak warganet, termasuk masyarakat Korea Selatan yang terkejut karena adanya kekurangan tenaga.
Mereka seperti mempertanyakan soal 'Di mana keberadaan polisi saat sebelum dan sesudah kerusuhan terjadi?'.
Keberadaan pihak kepolisian ini sangat penting di mata masyarakat ketika ada suatu pihak atau kerumunan yang secara spontan menyelenggarakan acara di ruang publik.
Di saat yang bersamaan, muncul sebuah kabar yang menyebut bahwa alasan kekurangan personel kepolisian di kawasan Itaewon pada malam kejadian, karena Presiden Yoon Seok-yeol meminta ratusan anggota polisi mengawalnya.
Dilansir dari laman Asia Times, sebanyak 700 polisi diketahui ditugaskan untuk mengawal Presiden Yoon ke luar negeri.
Pengawalan Presiden Yoon dengan 700 polisi ini disebut telah membuat publik Korea Selatan marah.
Sebab, saat perayaan Halloween di Itaewon berlangsung hingga terjadinya tragedi maut tersebut, hanya sebanyak 400 tenaga polisi dikerahkan.
Menurut masyarakat, jumlah polisi ini tidak sebanding dengan sekitar 100 ribu massa yang hadir di perayaan yang berakhir mencekam itu.
Pro Kontra Publik
Di sosial media, publik Korsel memberikan reaksinya atas penugasan 700 polisi untuk mengawal presiden Yoon.
Ada yang beranggapan bahwa pengawalan dengan 700 personel polisi itu terlalu berlebihan.
“Warga Korea menuntut tanggung jawab atas bencana apa pun, atau untuk apa pun,” kata Yang Sun-mook, mantan ketua hubungan internasional Partai Demokrat, mengatakan kepada Asia Times pada Senin, (31/10/22)
“Secara tradisional, jika terjadi bencana alam, raja harus bertanggung jawab. Itulah tradisinya.”
Namun, ada juga yang beranggapan bahwa tindakan tersebut merupakan hal yang wajar terjadi.
Tetapi, ada juga masyarakat yang tidak ingin memberikan komentar atas penugasan 700 personel polisi tersebut dan mengajak masyarakat lainnya untuk fokus membantu para korban tragedi Itaewon
Advertisement
Klarifikasi
Isu soal Presiden Yoon yang dikawal oleh 700 personel polisi ini kemudian diklarifikasi oleh salah satu pejabat pemerintah di Blue House pada Senin, 31 Oktober 2022.
Pejabat tersebut juga mengatakan kepada Asia Times bahwa memang benar ada polisi yang ditugaskan untuk mengawal Presiden Yoon, hanya saja tidak diketahui jumlah pasti dari polisi yang mengawal tersebut karena alasan keamanan.
Lebih lanjut, pejabat tersebut juga mengatakan,"Pengawalan presiden Yoon dilakukan oleh Layanan Keamanan Presiden, bukan polisi setempat.".
Menurut pejabat tersebut hanya tim dari Badan Kepolisian Metropolitan yang turun untuk mengatur lalu lintas selama perjalanan presiden ke kantor kepresidenan.
Gemerlap di Itaewon
Itaewon menjadi salah satu deretan kawasan terkenal di Seoul dan Korea Selatan.
Kehidupan malam, sangat mendominasi di kawasan kecil tersebut.Lain hal nya dengan distrik Gangnam (kawasan kelas atas dan mahal), serta Hongik (kawasan seni yang memiliki target mahasiswa), Itaewon selalu memiliki nuansa asing yang penuh dengan turis domestik maupun internasional.
Bagi anak muda Korea, tempat ini menawarkan pengalaman “nuansa luar negeri di rumah sendiri”, dengan akses ke masakan asing, minuman, gaya hidup, dan festival – seperti Halloween.
Ribuan pemuda berduyun-duyun ke Itaewon untuk perayaan dan setelah dua tahun lockdown akibat COVID-19, dan tahun ini, perayaan halloween tersebut menjadi perayaan yang terbesar.Diperkiraan sebanyak 100 ribu anak muda membanjiri distrik itu pada hari Sabtu (29/10/22).
Advertisement