Liputan6.com, Jakarta - Di era ini, banyak penemuan yang direalisasikan dari ide-ide unik dan tak wajar. Kali ini, salah satu ide berasal dari pemuda bernama David Aguilar yang memiliki ide menggantikan tangan prostetiknya dengan rangkaian lego.
Ide ini datang dari ketertarikannya kepada lego semenjak ia berusia 5 tahun. Adapun, David menderita Poland Syndrome yang membuat jaringan otot di tangan kanannya tidak berkembang dengan baik.
Orang tuanya menyadari ketertarikan David kepada lego dan menjadi cara yang bagus untuk meningkatkan ketangkasannya. Hobinya terus berkembang mulai dari membuat pesawat, mobil, hingga gitar.
Advertisement
Dilansir Guardian, Rabu (9/11/2022), usia David saat itu hanya berusia 9 tahun ketika ia membuat lengan palsu pertama dari lego.
Lengan palsu pertamanya kala itu masih berbentuk kotak sederhana yang bisa membuat tangannya masuk ke dalam.
Sebelum David membangun lengan pertamanya, ia sudah memutuskan bahwa saya tidak membutuhkan prostetik. Hal ini dikarenakan harganya yang tak terbilang murah.
David kemudian beradaptasi dengan kondisinya dan tidak apa-apa dengan tidak menggunakan prostetik.
David menyatakan bahwa ia membuat lengan prostetik ini karena menurutnya itu menyenangkan.
David kemudian memperluas versinya, dengan salah satu model terakhir bernama MK-V. ia mengaku, model terbaru ini adalah yang paling canggih dan nyaman.
Pada model ini, unit kontrol untuk mengirim dan menerima perintah dari sensor di lengan ke motor sudah tersedia dengan kabel yang berkontraksi layaknya otot.
Membagikan Karyanya Melalui Channel YouTube Pribadi
Menurut David Aguilar, dirinya membagikan video hasil karyanya melalui channel YouTube miliknya.
"Saya memiliki saluran YouTube, Hand Solo, di mana saya berbagi video karya saya sehingga orang lain bisa belajar," tuturnya dalam laporan The Guardian.
Awalnya, ia khawatir dengan menggunakan nama Star Wars sebagai ide nama akun YouTube-nya, tetapi ayahnya kemudian menulis surat kepada Disney yang memiliki hak dan pihak Disney menyetujuinya.
Adapun David membuat video tentang kreasinya dan pada usia 23 tahun, ia mendapat rekor dunia Guinness atau Guinness World Records sebagai orang pertama yang membangun lengan prostetiknya sendiri yang berfungsi penuh dengan menggunakan batu bata lego.
David juga ingin menceritakan mengenai kisahnya kepada mereka yang juga memiliki kondisi serupa. Ia ingin berbagi mengenai caranya yang membuat lengan prostetik sendiri sebagai wujud perlawanan atas perundungan yang pernah ia alami.Â
Advertisement
Membuat Lengan Prostetik dengan Gratis
Ketika usianya menginjak 19 tahun, orang tua dari seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dengan phocomelia telah melihat karyanya dan menghubungi David untuk menanyakan apakah ia bisa membuatkan prostetik.
Anak laki-laki tersebut memiliki kondisi ketika lengan dan kakinya tidak berkembang. Mendengar kabar ini, David akhirnya membuat dua lengan palsu menggunakan unit Lego yang harganya berkisar €15 atau sekitar Rp235 ribu.
David kemudian diminta untuk membuat prostetik lain, tetapi ia mengaku masih membutuhkan waktu untuk memikirkan desain dan kegunaannya.
Atas karya ini, David juga mengatakan bahwa ia menyediakan prostetik gratis karena ia tidak suka ketidakadilan dalam hidup, seperti penindasan, atau fakta bahwa seseorang mungkin harus membayar hingga €100.000 untuk sebuah prostetik. Menurutnya, prostetik merupakan kebutuhan dan bukan kemewahan.
Menggabungkan Unsur Seni dengan Medis
Selain David, Sophie de Olieveira Barata juga memiliki ide yang menggabungkan ketertarikannya dengan prostetik yang dibuat sendiri.
Melalui karyanya, Sophie berfokus pada penggabungan seni dengan teknologi untuk memberikan cahaya positif pada kaum disabilitas.
Melansir AJC, inovasi Sophie dimulai dari beragam klien yang ia hadapi. Mulai dari berhadapan dengan mantan prajurit hingga model, Sophie menciptakan karya seni yang berfungsi sebagai anggota tubuh bagi orang yang diamputasi untuk mengekspresikan diri mereka. Dengan beragam kliennya, dia bertujuan untuk membawa prostetik ke garis depan budaya pop.
Terpesona oleh transhumanisme, yang meyakini bahwa manusia dapat berevolusi melampaui keterbatasan mental dan fisik saat ini, Sophie mulai membayangkan kembali prostetik tradisional. Ide ini yang kemudian memberikan sentuhan surealistik pada karyanya.
Advertisement