Liputan6.com, Jakarta - Brasil semakin tampil meyakinkan di Piala Dunia 2022 Qatar. Tim Samba yang telah juarai Piala Dunia sebanyak 5 kali ini berhasil menyingkirkan Korea Selatan di babak 16 besar Piala Dunia Qatar.
Kemenangan Brasil ini terliat mutlak sebab pada babak pertama telah berhasil mencetak 4 gol tanpa balas.
Vinius Junior membuka keunggulan Brasil di menit ke-8. Tiga gol Brasil lainnya menyusul pada menit ke-13 oleh Neymar Jr, menit ke-29 oleh Richarlison, dan menit ke-36 oleh Lucas Paqueta.
Advertisement
Sementara untuk Korea Selatan, Son Heung Min cs hanya bisa membalas satu gol lewat tendangan jarak jauh Paik Seung Ho pada menit ke-76.
Hal yang unik dari pertandingan ini adalah aksi selebrasi joget oleh setiap pemain Brasil usai berhasil menyarangkan gol ke gawang Kim Seung Gyu. Aksi selebrasi tidak hanya pada satu atau dua gol, tetapi pada seluruh keempat gol tersebut. Bahkan pelatih Brasil, Tite, juga tertangkap kamera ikut berjoget.
Namun bukannya membawa kegembiraan, selebrasi joget ini malah mendapat kritikan. Salah satunya dari mantan bintang Manchester United (MU), Roy Keane.
Dilansir Daily Mail pada Selasa (6/12/2022), Roy Keane bahkan menyebut selebrasi joget pemain-pemain Brasil ini seperti acara kompetisi dansa televisi Inggris, Strictly Come Dancing.
"Penyelesaian yang fantastis oleh Vinicius, awal yang bagus untuk permainan (Brasil vs Korea Selatan) ini. Tapi aku belum pernah melihat begitu banyak tarian (di suatu pertandingan sepak bola). Ini seperti menonton Strictly (Come Dancing)," ucap Roy Keane di ITV.
Dianggap Tidak Sopan
"Aku tidak percaya yang aku lihat. Aku benar-benar tidak percaya. Saya tidak suka ini. Aku tahu. Aku tahu Eni (Aluko) memberikan ejelasan alau (tarian) itu budaya mereka (negara Brasil). Tapi saya pikir itu benar-benar tidak menghormati lawan," ucap Roy Keane menyebut bahwa aksi selebrasi joget pemain Brasil itu tidak sopan terhadap lawan mereka, Korea Selatan.
"Ini empat gol, dan mereka melakukannya (selebrasi joget) setiap waktu (mencetak gol). Saya tidak terlalu keberatan dengan jig (tarian serempak) pertama --apapun yang mereka lakukan-- itu setelah yang pertama, dan saat manajer (pelatih) juga terlibat. Saya tidak senang tentang itu. Saya tidak berpikir itu hal yang baik sama sekali," katanya.
Komentar Roy Keane ini kebanyakan mendapat respons negatif dari warganet. Walau begitu, banyak juga yang setuju.
Advertisement
Vinicius Jr.
Sebelumnya komentar bernada negatif terhadap selebrasi joget Brasil ini juga ditujukan pada Vinicius Jr usai berlaga bersama Real Madrid. Dilansir CNN, komentar itu diutarakan oleh Pedro Bravo, agen terkemuka dan presiden Asosiasi Agen Spanyol.
Saat tampil di TV Spanyol, Pedro Bravo menyebut selebrasi joget Vinicius Jr setelah mencetak gol mirip dengan perilaku monyet.
“Saat Anda mencetak gol melawan rival, jika Anda ingin menari samba, Anda pergi ke sambadrome di Brasil, di sini yang harus Anda lakukan adalah menghormati rekan Anda dan berhenti bermain seperti monyet,” katanya.
Setelah mendapat banyak kritikan mengenai komentarnya, Pedro Bravo meminta maaf dan menyebut bahwa "seperti monyet" yang dia maksud adalah "bermain bodoh."
Di sisi lain, banyak bintang bola yang mendukung Vinicius Jr dengan menyebutnya tidak bersalah sama sekali hanya karena melakukan selebrasi joget.
Quiero aclarar que la expresión “hacer el mono” que he mal utilizado para calificar el baile de celebración de los goles que hace Vinicius lo hecho de manera metafórica (“hacer tonterías”). Cómo mi intención no ha sido ofender a nadie pido sinceramente perdón. Lo siento ¡!
— Pedro Bravo (@PedroBravoJ) September 16, 2022
Siapkan 10 Selebrasi
Mengenai selebrasi joget ini, sebelumnya salah satu bintang Brasil Raphinha pernah menyinggung sedikit dalam konferensi pers. Dilansir Mirror UK, Raphinha mengakui dia dan tim Brasil telah mempersiapkan dan melatih selebrasi joget untuk sepuluh gol di Piala Dunia.
"Sejujurnya, kami sudah menyiapkan (selebrasi) tarian sampai gol ke-10," ucap Raphinha.
"Kami menyiapkan 10 tarian untuk setiap pertandingan, satu (selebrasi) untuk (gol) yang pertama, satu (selebrasi) untuk (gol) yang kedua, satu (selebrasi) untuk (gol) yang ketiga ... Jika kami mencetak lebih dari 10 (gol), maka kami harus mulai berinovasi," ujar Raphinha melanjutkan.
Advertisement