Liputan6.com, Jakarta - L’Oréal-UNESCO For Women in Science kembali mendukung kiprah para perempuan peneliti Indonesia yang merupakan salah satu sosok pahlawan di bidang sains. Kali ini, penghargaan diberikan kepada empat perempuan peneliti Indonesia.
Keempat pemenang tersebut mengusung penelitian dengan memanfaatkan potensi biodiversitas yang menghadirkan berbagai terobosan inovatif di bidang ketahanan pangan dan kesehatan yang berkelanjutan.
Baca Juga
Keempat pemenang ini masing-masing berhasil memenangkan pendanaan riset senilai Rp100.000.000 adalah Karlia Meitha, Ph.D. (Institut Teknologi Bandung), Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Sc (Universitas Gadjah Mada), Dr. Fitri Aulia Permatasari, M.Eng. (Institut Teknologi Bandung), Pietradewi Hartrianti, S.Farm, M.Farm, Ph.D.(Indonesia International Institute for Life Sciences).
Advertisement
"Ini menunjukkan bahwa program L’Oréal-UNESCO For Women in Science memberikan dampak positif melalui platform khusus untuk mendorong inovasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan, baik dalam kategori life sciences maupun non life sciences," ucap President Director, L’Oréal Indonesia, Junaid Murtaza, dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/11/2023).
Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Dr. Itje Chodidjah, mengatakan, dukungan fasilitas penelitian, pendanaan, dan lingkungan kerja yang kondusif adalah kunci kesuksesan penelitian.
"Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam menciptakan penelitian yang inovatif, berdampak luas, dan berpotensi mengubah dunia,” ungkap Dr. Itje.
Memanfaatkan potensi keanekaragaman hayati Indonesia
Pada tahun ini, dengan memanfaatkan potensi keanekaragaman hayati Indonesia, keempat proposal penelitian National Fellows L'Oréal-UNESCO For Women In Science 2023 menghadirkan terobosan di bidang ketahanan pangan dan kesehatan.
Hal ini membawa satu kebaruan yang menarik dan berbeda dibanding proposal penelitian sebelumnya. Sumber biodiversitas umumnya dapat terurai secara alami, ramah lingkungan, dan memiliki potensi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
“Selain itu, penggunaannya dapat mendukung keberlanjutan sumber daya dan berpotensi menggantikan bahan-bahan konvensional yang kurang ramah lingkungan. Indonesia juga dikenal sebagai negara mega-biodiversitas. Kekayaan alam yang berlimpah yang dimiliki Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan penelitian di bidang life science maupun non-life science, misalnya untuk mendukung ketahanan pangan di tingkat nasional maupun global,” jelas Dewan Juri For Women in Science, Prof. Fenny M. Dwivany.
Sejak tahun 2004, L’Oréal-UNESCO For Women in Science yang merupakan kerjasama L’Oréal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) serta dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah memberikan dukungan pendanaan kepada 71 ilmuwan perempuan di Indonesia.
Dukungan ini telah membantu para perempuan peneliti dalam melakukan penelitian dan eksplorasi ilmiah, mendorong inovasi, dan mengatasi tantangan di bidang ilmu pengetahuan. Lebih lanjut, kegiatan L’Oréal-UNESCO For Women in Science dirancang untuk mengakselerasi pertumbuhan jumlah perempuan peneliti di Indonesia.
Kuantitas dan kompetensi peneliti perempuan terus menjadi perhatian, karena pada tahun 2021, UNESCO mencatat bahwa hanya 33,3% dari peneliti di seluruh dunia adalah perempuan[1]. Namun di Indonesia, berdasarkan Data Badan Riset dan Inovasi Nasional 2023, terjadi peningkatan persentase perempuan peneliti 45%.
Advertisement
Keempat Perempuan Peneliti
Keempat perempuan peneliti yang dianugerahkan gelar L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023 National Fellows, di antaranya:
1. Karlia Meitha, Dosen dari Institut Teknologi Bandung
Melalui penelitian ini, Meitha melakukan eksplorasi pengembangan biokontrol untuk mengatasi penyakit pada buah kakao, komoditas vital bagi petani di Indonesia.
Biokontrol yang akan dikembangkan terinspirasi dari interaksi alami antara patogen dengan tanaman kakao yaitu komunikasi dengan menggunakan miRNA untuk saling melemahkan satu sama lain.
Dengan memanfaatkan interaksi ini diharapkan biokontrol yang dikembangkan akan bersifat ramah lingkungan dan spesifik atau tidak mengeliminasi mikroba yang menguntungkan dalam budidaya kakao.
Upaya ini tidak hanya mendukung ekonomi petani, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem kakao dan melindungi kekayaan genetik Indonesia dengan pendekatan yang penuh makna.
2. Widiastuti Setyaningsih, Dosen dari Universitas Gadjah Mada
Berangkat dari keresahan terhadap penurunan kondisi mental masyarakat pasca pandemi COVID-19, Widiastuti memanfaatkan bunga pisang tinggi triptofan sebagai sumber prekursor neurotransmitter serotonin.
Ekstraksi komponen ini dalampengembangan ingredien fungsional, mempermudah formulasinya dengan beragam bentuk produk pangan untuk menjaga kesehatan mental. Penggunaan bunga pisang juga mendukung program ekonomi sirkuler dengan memanfaatkan limbah untuk pembuatan produk yang lebih bermanfaat.
Persetujuan komite etika memperkuat kelayakan terhadap penelitian yang etis, menjadikan penelitian ini solusi inovatif untuk menjaga kesehatan mental pasca-pandemi.
3. Pietradewi Hartrianti, Dosen dari Indonesia International Institute for Life Sciences
Pietra meneliti material untuk bio-printing, yaitu teknologi yang mencetak jaringan biologis untuk aplikasi seperti skrining obat, fokus pada pengembangan metode dan material untuk pencetakan jaringan buatan inovatif untuk uji obat kanker.
Penelitian bertujuan menciptakan model 3D jaringan kanker dengan menggunakan keratin dari rambut manusia, meningkatkan akurasi pengujian obat dengan pertimbangan biaya efektif dan dukungan keberlanjutan.
Upaya Pietradewi dalam modifikasi material untuk bio-printing bertujuan meningkatkan efisiensi pengembangan obat kanker yang lebih efektif, memberikan harapan untuk mengatasi tantangan serius kanker secara lebih baik.
4. Fitri Aulia Permatasari, Dosen dari Institut Teknologi Bandung
Pada tahun 2018, Fitri berhasil merancang material karbon kuantum dot (carbon dots) yang memiliki potensi sebagai agen terapi kanker berbasis fototermal. Selama 10 tahun meneliti terkait material carbon dots dan berbagai potensi aplikasinya, Fitri melakukan penelitian lanjutan dengan meneliti tentang penggabungan kurkumin, senyawa yang ditemukan dalam kunyit dan memiliki potensi sebagai agen terapi kanker berbasis fotodinamik.
Selain itu, material ini juga berpotensi digunakan sebagai agen yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi pengiriman obat serta membantu dalam pelabelan sel-sel kanker.
Penelitian ini merupakan langkah penting dalam pengembangan teknologi terapi kanker yang lebih efektif dan inovatif, dengan harapan dapat memberikan manfaat signifikan dalam upaya melawan penyakit kanker.