6 Tips Ampuh untuk Memulihkan Diri dari Hubungan Abusif

Penyembuhan dari hubungan abusif adalah perjalanan yang sulit. Berikut adalah enam tips ampuh dari para ahli untuk membantu Anda mendapatkan kembali kekuatan emosional dan membangun kembali hidup Anda.

oleh Bella Zoditama diperbarui 13 Jan 2025, 09:03 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 09:03 WIB
Video Pelecehan Seksual Terjadi di Kereta Argo Luwu Viral di Medsos, Ini Tanggapan KAI
Ilustrasi seorang perempuan ekspresikan stop kekerasan seksual. (Sumber foto: Pexels.com).

Liputan6.com, Jakarta Rasanya tidak ada seorang pun yang ingin terjebak dalam abusive relationship yang sungguh menyakitkan. Namun terkadang, semua itu bisa terjadi dengan tiba-tiba terlebih sifat pasangan bisa saja mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Jika Anda berhasil keluar dari hubungan yang tidak sehat, tentunya ada beberapa hal yang berubah, termasuk pada kesehatan mental yang mungkin ditimbulkan dari hal tersebut. Maka pemulihan dari abusive relationship tersebut menjadi proses yang cukup panjang dan sangat pribadi.

Baik kekerasan tersebut bersifat emosional, psikologis, atau fisik, dampaknya dapat berlangsung lama dan sulit diatasi. Terlepas dari sifat kekerasan tersebut, jalan menuju pemulihan membutuhkan waktu, kesabaran, refleksi diri, dan yang terpenting, rasa kasih sayang terhadap diri sendiri. Para ahli menekankan bahwa penyembuhan itu mungkin, tetapi membutuhkan usaha dan dukungan.

Melansir dari Herzindagi, Kamis (9/1/2025), menurut Dr. Arvind Otta, Psikolog Senior dan Aktivis Kesehatan Mental, "Pemulihan dari abusive relationship merupakan perjalanan individu yang sangat pribadi yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan rasa kasih sayang terhadap diri sendiri."

Priyanka Kapoor, seorang Psikoterapis dan Konselor Keluarga, menambahkan bahwa pengendalian emosi dan refleksi diri sangatlah penting.

Oleh karenanya, berikut adalah enam tips yang didukung oleh para ahli tentang cara pemulihan setelah abusive relationship.

1. Akui Kekerasan dan Terima Realitas Anda

Langkah pertama dalam pemulihan adalah menerima bahwa Anda memang menjadi korban.

Dr. Otta menekankan, “Kesadaran dan penerimaan terhadap pelecehan adalah hal pertama yang diperlukan.”

Hal ini penting karena banyak penyintas menanggung beban rasa malu atau bersalah. Mengakui bahwa itu 'bukan salah Anda' dan bahwa Anda 'berhak diperlakukan dengan hormat dan bermartabat' dapat mematahkan rantai emosional yang menahan Anda.

2. Penyembuhan Membutuhkan Waktu

Kegagalan Membuatmu Patah Semangat? Coba Lakukan Hal Baru ini untuk Menumbuhkan Kembali Semangatmu!
Ilustrasi seorang wanita yang depresi karena mengalami kegagalan (pexels.com/mart production).

Penyembuhan dari kekerasan tidak bersifat linier, dan tidak ada batas waktu yang pasti. Priyanka Kapoor menekankan, "Penyembuhan dari toxic relationship mungkin memerlukan waktu antara enam bulan hingga satu tahun."

Ia menambahkan bahwa pemulihan sepenuhnya bergantung pada individu dan seberapa parah kekerasan tersebut.

"Mempercepat proses pemulihan hanya akan menunda pemulihan emosional Anda," ia memperingatkan.

Beri diri Anda waktu untuk pulih dengan kecepatan Anda sendiri.

3. Kemandirian Emosional Tidak Dapat Dinegosiasikan

Sangat menggoda untuk mencari validasi dari orang lain saat Anda merasa rentan, tetapi Kapoor memperingatkan bahwa memasuki hubungan lain terlalu cepat dapat menyebabkan siklus beracun yang berulang.

"Jika Anda masih membutuhkan dukungan emosional, bahkan healthy relationship pun bisa menjadi beracun," katanya.

Sebaliknya, fokuslah pada membangun kemandirian emosional. Prioritaskan penyembuhan daripada romansa, dan jangan memasuki suatu hubungan sampai Anda benar-benar mandiri secara emosional.

4. Refleksi Diri untuk Bertumbuh

Ilustrasi refleksi diri, introspeksi, merenung
Ilustrasi refleksi diri, introspeksi, merenung. (Image by freepik)

Refleksi diri memainkan peran penting dalam proses penyembuhan.

Dr. Otta mendorong para penyintas untuk melakukan introspeksi dengan menyatakan, “Refleksi diri akan memungkinkan Anda untuk memeriksa pola hubungan, batasan yang sehat untuk hubungan di masa depan, dan beberapa kesalahan yang dibuat selama proses tersebut.”

Dengan belajar dari masa lalu, Anda dapat mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat dan menghindari pola yang tidak sehat dalam hubungan di masa depan. Merenungkan pelecehan membantu Anda memahami cara melepaskan diri dari dinamika yang merugikan.

5. Fokuslah untuk Melangkah Maju

Pengampunan adalah bagian penting dari penyembuhan emosional, tetapi itu tidak berarti memaafkan pelecehan.

Dr. Otta menyatakan, “Pengampunan tidak mengubah masa lalu, tetapi memperluas masa depan.”

Dengan memaafkan diri sendiri dan pelaku pelecehan, Anda melepaskan cengkeraman masa lalu yang tidak sehat. Namun, ingatlah bahwa pengampunan seharusnya untuk kebebasan emosional Anda, bukan untuk pelaku pelecehan. Tindakan melepaskan ini menciptakan ruang untuk pertumbuhan dan pemberdayaan pribadi.

6. Bangun Kembali Harga Diri dan Tetapkan Batasan

Ilustrasi berpikir positif, diri sendiri, percaya diri
Ilustrasi berpikir positif, diri sendiri, percaya diri. (image by Freepik)

Kapoor menegaskan, “Tingkatkan harga diri Anda, fokuslah pada pengembangan diri, dan lakukan banyak refleksi diri.”

Saat Anda berupaya membangun kembali harga diri, belajarlah untuk menetapkan dan mempertahankan batasan. Baik dalam hubungan, pekerjaan, atau kehidupan keluarga, menetapkan batasan yang jelas sangat penting untuk melindungi kesehatan emosional Anda.

Memperkuat rasa percaya diri dan mengetahui apa yang pantas Anda dapatkan sangat penting untuk menghindari dampak buruk di masa mendatang dan membangun hubungan yang sehat.

Penyembuhan dari abusive relationship merupakan perjalanan yang personal dan sering kali menantang, tetapi sepenuhnya mungkin dilakukan dengan pola pikir dan dukungan yang tepat. Kekerasan dalam bentuk apa pun—fisik, emosional, atau psikologis—tidak dapat diterima.

Infografis
Infografis Hemat Listrik, Kantong Aman Bumi Senang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya