Antisipasi Letusan Gunung Rokatenda, KRI Sulu Disiagakan

Dalam Operasi Taring Hiu–13, KRI Sultan Nuku–373 bergerak ke Pulau Palue untuk membantu evakuasi warga terkait letusan Gunung api Rokatenda.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Agu 2013, 16:16 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2013, 16:16 WIB
130814bsulu.jpg
Citizen6, Surabaya: Dalam Operasi Taring Hiu–13, KRI Sultan Nuku–373 mendapat perintah untuk bergerak ke Pulau Palue atau yang disebut dengan Pulau Raja dalam rangka membantu evakuasi warga terkait letusan Gunung api Rokatenda.

Letusan gunung api yang terjadi pada Sabtu 10 Agustus 2013, pukul 04.27 WITA memuntahkan lahar dan asap panas pada saat warga masih tertidur lelap, sehingga memakan korban jiwa sebanyak 5 warga setempat. Dari ke 5 warga tersebut, 3 korban sudah ditemukan sedangkan 2 lainnya belum ditemukan. Korban jiwa terdiri dari 3 korban lanjut usia dan 2 korban anak-anak yang meninggal terkena aliran lahar saat sedang beristirahat di pondok kecil untuk mencari ikan.

Gunung api Rokatenda masih dalam status siaga semenjak meletus pada bulan Oktober 2012, jadi aktivitas vulkanis gunung ini sebenarnya telah berlangsung selama 8 bulan.

KRI Sultan Nuku–373 yang merupakan salah satu unsur gelar operasi Taring Hiu–13 yang sebelumnya bersandar di Labuan Bajo dalam rangka pengamanan rally yacht untuk mendukung kegiatan Sail Komodo 2013 mendapat perintah dari Mako Koarmatim untuk membantu SAR evakuasi warga dari Pulau Palue menuju ke Kota Maumere di Pulau Flores.

Berdasarkan informasi yang berhasil diperoleh dari Lanal Maumere, di Pulau Palue sudah dibangun dermaga umum untuk kapal berukuran sedang namun belum diresmikan. Dermaga dengan panjang 70 meter dan lebar 5 meter ini memiliki konstruksi dari beton dan dapat disandari oleh korvet kelas parchim yang memiliki panjang 75 meter. Atas informasi yang diperoleh dan didukung dengan tinjauan langsung oleh tim aju yang mendahului turun menggunakan sekoci maka diputuskan untuk merapat ke dermaga tersebut guna memudahkan proses evakuasi warga keluar dari pulau ini.

Begitu merapat di dermaga pada Selasa 13 Agustus 2013, pukul 09.00 WITA, KRI Sultan Nuku–373 langsung disambut Camat Palue, Laurensius Regi beserta salah satu personil Polri dan perwakilan warga sekitar yang datang langsung untuk memberikan penjelasan singkat tentang keadaan dan situasi di Pulau Palue.

Dari informasi yang diperoleh, di Pulau Palue hanya terdapat 1 kecamatan yang membawahi 8 desa yaitu Desa Nitunglea, Rokirole, Tuenggeo, Ladulaka, Maluriwu, Reruwairere, Kesokoja, dan Lidi. Penduduk di pulau ini berjumlah kurang lebih 10 ribu jiwa dengan 3 ribu Kepala keluarga. Mayoritas penduduk di sini beragama Katolik dan terdapat Gereja Bintang Laut Uwa dan Keluarga Kudus Lei.

Desa-desa yang berada di pesisir pantai tidak terkena dampak dari letusan Gunung Rokatenda. Hal ini dapat dilihat dari masih normalnya aktivitas warganya termasuk kegiatan belajar mengajar di beberapa sekolah yang ada. Di pulau ini sendiri terdapat 10 sekolah dasar, 2 di antaranya adalah sekolah perintis dan 2 sekolah menengah pertama yang terdiri dari 1 SMP Negeri dan 1 SMP Swasta. Tanpa adanya sekolah menengah atas atau SMA.

Dua desa yang mengalami kerusakan terparah akibat letusan Gunung api Rokatenda adalah Desa Rokirole dan Nitunglea. Kedua desa ini berada paling dekat dengan Gunung api Rokatenda. Sebagian besar penduduk desa ini terutama anak-anak dan orang tua sudah terlebih dulu mengungsi ke Maumere dievakuasi oleh 3 kapal sipil. Sedangkan sebagian lainnya masih menetap di desanya karena aturan adat yang mengharamkan penduduk untuk meninggalkan desanya tanpa ada perintah dari tetua adat. Begitu kuatnya kepercayaan adat di sini sehingga menyulitkan untuk proses evakuasi warganya.

Setelah proses dialog dengan tetua Desa Rokirole, Johannis Pio, warga nanti akan mengungsi pada hari Jumat pagi dengan membawa perlengkapannya. Akses untuk dapat mencapai desa ini hanya ada satu jalan beton yang menghubungkan pesisir sampai dengan Desa Rokirole dan biasa ditempuh warga baik dengan berjalan kaki ataupun dengan sepeda motor. Sedangkan akses untuk ke Desa Nitunglea sudah terputus akibat aliran lahar dari letusan Gunung Rokatenda dan mencapainya harus melalui jalur laut.

Untuk jumlah warga yang telah berhasil dievakuasi sampai saat ini berjumlah 502 orang dan ditempatkan di kamp pengungsian di Maumere. Menanggapi keinginan warga, KRI Sultan Nuku–373 kan tetap disiagakan di pelabuhan hingga hari Jumat untuk melaksanakan evakuasi.
(Dispenarmatim/Mar)

Dispenarmatim adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya