Mantan CEO Twitter Jack Dorsey Sebut Meta Harusnya Fokus Garap Bitcoin

Mantan CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan, waktu perusahaan Meta akan lebih baik dihabiskan dengan fokus untuk memajukan Bitcoin.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 03 Feb 2022, 15:29 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2022, 15:29 WIB
Jack Dorsey, CEO Twitter (AP/Richard Drew)
Jack Dorsey, CEO Twitter (AP/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan CEO Twitter, yang sekarang menjadi CEO Block Inc, Jack Dorsey, mengkritik proyek cryptocurrency Meta Platforms Inc. yang gagal yaitu Diem. 

Dorsey mengatakan, perusahaan Meta akan lebih baik dihabiskan dengan fokus untuk memajukan Bitcoin bukan mengerjakan proyek Diem. 

Dorsey mengatakan pada Selasa pendekatan Meta terhadap Diem, cryptocurrency yang sebelumnya dikenal sebagai Libra harus berakhir begitu saja pada minggu ini. 

Sebaliknya, Dorsey mengatakan bahwa Meta di sisi lain terlalu fokus untuk mengarahkan orang ke rangkaian produknya sendiri, seperti WhatsApp dan Instagram.

"Mereka mencoba menciptakan mata uang yang dimiliki oleh Facebook mungkin untuk alasan yang tepat, mungkin untuk alasan yang mulia, tetapi ada juga beberapa alasan yang mengindikasikan upaya untuk membuat lebih banyak orang masuk ke ekosistem Facebook," kata Dorsey, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (3/2/2022). 

“Mereka melakukan itu dibandingkan menggunakan protokol dan standar terbuka seperti Bitcoin,” lanjutnya. 

Meta memulai proyek Diem pada pertengahan 2019 bersama konsorsium perusahaan teknologi dan keuangan lainnya dengan harapan mata uang digital itu akan menjadi saingan global Bitcoin dan mata uang fiat lainnya.

Idenya adalah untuk menciptakan sesuatu yang dapat ditransmisikan secara instan antar pengguna, bahkan lintas batas. Diem dipecah menjadi organisasi independennya sendiri, yang berarti Meta tidak lagi mengendalikan nasib mata uang, tetapi proyeknya masih berada di bawah bayang-bayang Meta. 

Akhirnya proyek itu harus dibunuh dengan adanya dorongan peraturan, yang mempersulit Asosiasi Diem untuk meluncurkan koin digital yang sudah direncanakan itu.

“Mudah-mudahan mereka belajar banyak, tapi saya pikir ada banyak usaha dan waktu yang terbuang percuma,” ujar Dorsey.

“Dua atau tiga tahun itu, atau berapa lama pun itu, bisa dihabiskan untuk membuat Bitcoin lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang di seluruh dunia, yang juga akan menguntungkan produk Messenger dan Instagram dan WhatsApp mereka,” ia menambahkan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dijual ke Silvergate

Libra
Libra, mata uang kripto milik Facebook yang ditolak di Eropa (Foto: Engadget)

Sebelumnya, proyek mata uang digital yang didukung Facebook, Diem mengumumkan penutupan dan penjualan teknologi senilai USD 182 juta atau sekitar Rp 2,61 triliun (asumsi kurs Rp 14.367 per dolar AS). Hal ini akhiri inisiatif selama bertahun-tahun yang menarik signifikan dari regulator.

Pengumuman Facebook pada 2019 tentang rencana untuk merancang mata uang digital dan sistem pembayaran menimbulkan tanda bahaya bagi pejabat keuangan global yang menyatakan rentetan kritik tentang keamanan dan keandalan jaringan pribadi.

CEO Diem Networks AS Stuart Levey menuturkan, inisiatif tersebut membuat kemajuan tetapi tetap menjadi jelas dari dialognya dengan regulator federal kalau proyek itu tidak dapat dilanjutkan.

"Selama beberapa minggu mendatang, asosiasi Diem dan anak perusahaannya berharap memulai proses penghentian,” ujar asosiasi Diem tersebut, dilansir dari Channel News Asia,dikutip Rabu, 2 Februari 2022.

Teknologi tersebut dibeli oleh Silvergate Capital Corporation di California yang merupakan tujuan utama untuk proyek kripto dengan harga jual USD 182 juta.

Silvergate membeli infrastruktur pengembangan, penyebaran dan operasi serta alat untuk menjalankan jaringan pembayaran berbasis blockchain untuk pembayaran serta transfer kawat lintas batas.

"Saat kami melakukan upaya ini, kami secara aktif mencari umpan balik dari pemerintah dan regulator di seluruh dunia, dan proyek tersebut berkembang secara substansial dan meningkat sebagai hasilnya,” kata pernyataan asosiasi Diem.

 


Kurang Ambisi

Mata uang digital Libra garapan Facebook
Mata uang digital Libra garapan Facebook

Ditekan oleh kekhawatiran regulator tentang mata uang yang dikelola oleh perusahaan swasta, proyek itu sebelumnya dipercayakan kepada entitas independen yang berbasis di Jenewa.

Setelah pembelotan sejumlah mitra utama antara lain PayPal, Visa dan Mastercard, organisasi itu kurangi ambisinya sebelum ganti nama menjadi Diem pada akhir 2020.

Adapun yang disebut Stablecoin, sejenis uang digital yang terkait dengan jenis aset lain tidak pernah diluncurkan.

"Kombinasi dari penerbit stablecoin atau penyedia dompet dan perusahaan komersial dapat sebabkan konsentrasi kekuatan ekonomi yang berlebihan,” kata regulator AS dalam laporan 2021.

"Kekhawatiran kebijakan ini analog dengan yang secara tradisional terkait dengan perbankan, perdagangan dan keuntungan dalam akses kredit dan memakai data untuk memasarkan atau membatasi akses ke produk,”

Facebook yang berganti nama jadi Meta pada Oktober telah hadapi kritik atas posisi dominan yang dipegangnya online, tetapi itu bukan satu-satunya organisasi kuat yang tertarik denga crypto.

Bank sentral Eropa pada Juli resmi meluncurkan proyek percontohan untuk ciptakan "euro digital”, sebagai tanggapan atas semakin populernya pembayaran elektronik dan kebangkitan cryptocurrency.

Bank sentral juga menanggapi peningkatan permintaan untuk opsi pembayaran digital karena pemakaian uang tunai terus menurun, tren yang dipicu oleh pandemi COVID-19 dan keinginan untuk hindari kontak.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya