Tether Abaikan Permintaan Ukraina untuk Setop Transaksi dari Rusia

Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov meminta Tether dan Chief Technology Officer Paolo Ardoino untuk menghentikan semua transaksi dengan Rusia.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Mar 2022, 19:12 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2022, 19:12 WIB
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Liputan6.com, Jakarta - Stablecoin tether seperti menutup mata terhadap permintaan pemerintah Ukraina untuk menghentikan semua transaksi dengan Rusia.

Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov meminta Tether dan Chief Technology Officer Paolo Ardoino untuk menghentikan semua transaksi dengan Rusia. Ia menyampaikan hal itu melalui Twitter pada Jumat, 11 Maret 2022.

Sebelumnya Fedorov telah mengeluarkan permohonan semacam itu kepada banuak perusahaan barat mulai dari perangkat lunak SAP SE hingga produsen cho Intel Corp. Pada awal perang, Fedorov juga meminta semua bursa kripto utama untuk berhenti mendukung pengguna Rusia. Tether secara tidak langsung menanggapi permintaan Fedorov.

"Tether melakukan pemantauan pasar secara konstan untuk memastikan tidak ada pergerakan atau tindakan tidak teratur yang mungkin bertentangan dengan sanksi internasional,” ujar perusahaan yang berbasis di British Virgin dikutip dari laman Yahoo Finance, Minggu (13/3/2022).

Tether bukan satu-satunya perusahaan kripto yang menolak untuk berhenti berbisnis dengan semua orang Rusia. Sebagian besar bursa kripto utama termausk Coinbase Global Inc, dan Kraken mengatakan sementara akan mematuhi sanksi yang dikenakan pada oligarki Rusia. Hal itu bertentangan dengan semangat kripto yang bebas dari campur tangan pemerintah.

Tether telah lama digunakan di seluruh dunia untuk pelarian modal dan berpotensi digunakan orang Rusia untuk mengambil uang ke luar negeri dan akhirnya memindahkan ke kripto lain seperti bitcoin.

Aliran dana ke bitcoin dari rubel telah meningkat menjadi 0,10 persen dari 0,02 persen pada akhir tahun lalu, menurut peneliti CryptoCompare. Menurut data perusahaan analisis Kaiko menyebutkan, mayoritas volume perdagangan kripto dengan tether dilakukan dalam mata uang rubel.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Thailand Tawarkan Opsi Pembayaran Kripto untuk Turis Rusia

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Sebelumnya, sebagai tujuan populer bagi banyak orang Rusia, Thailand kini mencari cara untuk memfasilitasi pembayaran warga Rusia di tengah meluasnya sanksi barat atas invasi militer Moskow ke Ukraina. 

Cryptocurrency adalah salah satu opsi yang sedang dieksplorasi oleh industri pariwisata karena warga Rusia sekarang menghadapi batasan keuangan.

Pembicaraan sedang berlangsung antara Asosiasi Turis Phuket (PTA) dan Bank of Thailand (BOT) untuk menemukan metode pembayaran alternatif, termasuk cryptocurrency, untuk turis Rusia yang mengunjungi negara itu.

Upaya itu dilakukan setelah Visa dan Mastercard menangguhkan dukungan untuk kartu yang dikeluarkan Rusia di luar negeri, menambah tekanan pada Moskow untuk mengakhiri serangan militernya di Ukraina.

Presiden Asosiasi Turis Phuket, Bhummikitti Ruktaengam baru-baru ini membahas kemungkinan mengizinkan turis Rusia menggunakan kripto sebagai tindakan darurat atau opsi cadangan, jika transaksi fiat tidak dapat diproses, menurut laporan harian Nation Thailand.

Pejabat PTA juga menyarankan agar bisnis Thailand mengintegrasikan sistem pembayaran kartu Rusia Mir, yang dikembangkan setelah beberapa bank Rusia ditolak layanannya oleh Visa dan Mastercard setelah aneksasi Krimea pada 2014.

Laporan media lain telah mengungkapkan perusahaan dari sektor pariwisata telah menggunakan platform pembayaran China Unionpay, juga penyedia layanan kartu bank, untuk menawarkan kepada orang Rusia di negara itu sebagai metode pembayaran lain untuk menutupi tagihan mereka.

Hingga 4.000 turis dari Federasi Rusia saat ini berada di Phuket, sebuah provinsi dengan lebih dari 30 pulau di lepas pantai selatan Thailand. 

"Phuket adalah tujuan wisata populer di pasar Rusia. Antara 300 dan 400 pengunjung Ukraina juga ada di sana sekarang,” kata Bhummikitti, dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu, 12 Maret 2022. 

3.000 turis lainnya dari kedua negara sedang berlibur di Koh Samui, Krabi dan Pattaya, menurut Tourism Authority of Thailand (TAT). Mereka terdampak oleh perang yang sedang berlangsung di Ukraina atau tidak dapat kembali ke rumah karena penerbangan yang dibatalkan.

Aeroflot dan S7 Airlines Rusia tidak terbang ke Phuket setelah sejumlah negara menutup wilayah udara mereka untuk pesawat Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya