Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terpantau masih berada di zona merah, Rabu pagi (13/4/2022). Namun, sedikit kemajuan, beberapa kripto ada yang berhasil menguat di tengah jajaran kripto yang melemah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Rabu pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) masih melemah 0,89 persen dalam 24 jam terakhir, dan 13,68 persen dalam sepekan.
Baca Juga
Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 39.560,16 per koin atau setara Rp 568,2 juta (asumsi kurs Rp 14.364 per dolar AS).
Advertisement
Ethereum (ETH) juga masih melemah. Selama 24 jam terakhir, ETH merosot 0,33 persen dan 13,03 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.990,13 per koin.
Kripto selanjutnya, binance coin (BNB) berhasil menguat di tengah kripto lainnya yang melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB naik 2,87 persen, tetapi masih melemah 8,73 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 409,57 per koin.
Kemudian Cardano (ADA) masih terpuruk di zona merah. Dalam satu hari terakhir ADA turun 0,84 persen dan 21,10 persen dalam sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,9389 per koin.
Sedangkan, Solana (SOL) mengikuti jejak BNB yang hari ini turut menguat. Sepanjang satu hari terakhir SOL naik 1,06 persen, tetapi masih anjlok 21,01 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 102,24 per koin.
XRP juga bernasib sama dengan mayoritas kripto lainnya. Dalam satu hari terakhir, XRP anjlok 0,47 persen dan 14,54 persen dalam sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,6985 per koin.
Terra (LUNA) hari ini berhasil menguat. Terra menguat 0,97 persen dalam 24 jam terakhir. Namun masih 27,11 persen dalam sepekan. Saat ini Terra dihargai USD 83,82 per koin.
Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama melemah yaitu USDT sebesar 0,01 persen sedangkan USDC 0,21 persen. Dengan begitu, USDT berada di harga USD 1,00 per koin. Sedangkan, USDC turun ke harga USD 0,9996.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengapa Pasar Kripto Merah Selasa 12 April 2022? Ini Penyebabnya
Sebelumnya, pasar kripto Selasa, 12 April 2022 serentak merosot terutama pada jajaran kripto teratas berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Altcoin seperti Cardano dan Avalanche jatuh lebih dari Bitcoin.
Bitcoin sebagai kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar menurut data dari Coinmarketcap alami penurunan 5,63 persen dalam 24 jam terakhir yang membuat harganya saat ini berada di USD 39.718,38 atau sekitar Rp 570,6 juta. Ini pertama kalinya Bitcoin berada di bawah USD 40.000 sejak 16 Maret 2022.
Ethereum, kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, juga turun lebih dari 6 persen, ETH turun di bawah USD 3.000.
Dogecoin, Shiba Inu masing-masing turun hampir 10 persen sementara kripto lain seperti Avalanche, Cardano, Solana, Terra, XRP diperdagangkan dengan pemotongan di kisaran 6 sampai 11 persen selama 24 jam terakhir.
Berdasarkan data dari Coingecko, kapitalisasi pasar cryptocurrency global hari ini turun 6 persen menjadi USD 1,93 triliun.
Bitcoin, cryptocurrency terbesar berdasarkan nilai pasar, dapat turun menjadi USD 30.000 pada Juni mendatang menurut salah satu pendiri platform perdagangan kripto BitMEX, Arthur Hayes
Dalam sebuah posting blog, Hayes juga mengatakan dinamika yang sama dapat mendorong Ethereum ke USD 2.500.
“Bitcoin dan Ether sangat berkorelasi dengan Nasdaq 100. Jika NDX jatuh, itu akan menjatuhkan kripto bersamanya,” katanya, dikutip dari Live Mint, Selasa (12/4/2022).
Pasar kripto terus turun karena kekhawatirannya tentang kebijakan moneter yang lebih ketat. Bahkan konferensi Bitcoin 2022 minggu lalu di Miami tidak cukup untuk membalikkan tren.
Advertisement
Imbas Rencana Pengetatan Kebijakan The Fed
Kepala eksekutif Satori Research yang berbasis di Hong Kong, Teong Hng mengatakan pengetatan The Fed membuat pasar kripto turun.
“Pengetatan Fed sebesar 0,5 poin persentase langkah pada pertemuan mendatang serta run-off neraca USD 95 miliar per bulan membuat pasar kripto melonjak lebih rendah,” kata Teong.
Adapun kepala penelitian institusional di Coinbase Global Inc, David Duong mengatakan banyak investor menjual cryptocurrency mereka menjelang batas waktu pajak pada pertengahan April di AS. Duong juga melihat pengulangan tren yang juga terjadi pada 2021.
“Tahun lalu kami melihat pelaku pasar yang menjual aset digital untuk melakukan pembayaran terkait pajak," tulisnya dalam sebuah catatan baru-baru ini.
Dia juga menambahkan investor memiliki pengaruh terhadap penurunan pasar kripto karena The Fed menaikkan suku bunga.
Harga Bitcoin Turun, Terendah Sejak 3 Minggu Terakhir
Sebelumnya, telah menurun akhir-akhir ini, jatuh di bawah USD 40.000 tepatnya di kisaran tepatnya di kisaran USD 39.000 atau sekitar Rp 560,3 juta. Penurunan ini menjadi yang terendah untuk Bitcoin sejak 3 minggu terakhir.
Di tengah penurunan harga yang terjadi pada Bitcoin, para investor sampai saat ini masih memantau dengan cermat lanskap geopolitik yang sangat tidak pasti.
Cryptocurrency mengalami fluktuasi ini pada saat banyak investor dan konsumen khawatir tentang lonjakan harga. Ukuran inflasi tradisional telah mencapai level tertinggi selama beberapa dekade di AS dan Inggris.
Selanjutnya, ada kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi AS, karena think tank The Conference Board baru-baru ini memperkirakan PDB yang disesuaikan dengan inflasi akan meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,7 persen selama kuartal pertama, penurunan tajam dari 7 persen selama kuartal sebelumnya.
Tantangan gabungan dari inflasi yang tinggi dan ekspektasi pertumbuhan yang lesu ini telah terwujud pada saat pembuat kebijakan Federal Reserve memperkirakan untuk melanjutkan pengetatan stimulus moneter, suatu perkembangan yang berpotensi memberikan hambatan bagi kondisi ekonomi dan harga aset global.
Beberapa analis mempertimbangkan perkembangan ini, termasuk kepala penelitian di broker utama aset digital dan bursa Bequant, Martha Reyes.
"Aset digital ditarik kembali karena kami mencapai inflasi puncak dan kekhawatiran kenaikan suku bunga sementara pertumbuhan diperkirakan akan melambat," katanya, dikutip dari Forbes, Selasa, 12 April 2022.
"Data inflasi keluar minggu ini tetapi itu adalah lagging, bukan indikator utama. Perhatian utama kami saat ini adalah pertumbuhan yang akan terus merugikan aset berisiko seperti kripto,” lanjut Reyes.
Reyes menekankan terlepas dari tantangan ekonomi makro ini, adopsi kripto terus berlanjut, dan beberapa perkembangan dapat membantu mempercepat peningkatan penggunaan kripto.
“Kripto terus berkembang sebagaimana dibuktikan oleh integrasi pembayaran yang lebih luas. Peraturan masih dapat menjadi katalis,” ujar Rayes.
“Jika inflasi terus berlanjut, maka negara-negara berkembang akan lebih merangkul kripto,” pungkasnya.
Advertisement
Pengamat Sebut Harga Bitcoin Bakal Tertekan
Sebelumnya, bitcoin sebagai kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar harus rela menetap di bawah level USD 42.500 atau sekitar Rp 610,3 juta pada Senin, 11 April 2022.
Penurunan harga sejak pekan pertama April ini masih tersengat sentimen meningkatnya ketidakpastian ekonomi terkait dengan konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan suku bunga yang menjulang oleh bank sentral AS.
CEO manajer dana Bitbull, Joe DiPasquale mengatakan, bitcoin akan berada dalam tekanan dalam beberapa minggu ke depan.
“Sementara beberapa support terjadi pada akhir pekan, volume BTC rendah untuk mencapai dorongan besar agar mendorong harga di atas USD 48.000, BTC kemungkinan akan tetap di bawah tekanan dan berjuang untuk mencapai USD 40.000 dalam beberapa minggu mendatang," kata DiPasquale, seperti dikutip dari CoinDesk, Senin, 11 April 2022.
Ethereum, kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, mengikuti pola akhir pekan yang serupa dan cenderung datar. ETH turun sedikit sekitar USD 3.200.
Kinerja pasar kripto akhir-akhir ini sebagian besar sesuai dengan pasar saham utama, yang juga turun. Nasdaq yang berfokus pada teknologi menutup perdagangan Jumat turun lebih dari satu poin persentase.
S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average juga turun karena investor terus memproses pusaran peristiwa bersejarah yang dapat mengirim ekonomi global ke dalam resesi.
Selama akhir pekan, Ukraina secara bersamaan bersiap untuk serangan baru Rusia di kota-kota di bagian tenggara negara itu. Sementara Uni Eropa, terus membahas pelarangan minyak dan gas Rusia.
Dalam tinjauan mingguan 8 April tentang tren ekonomi global, First Republic Bank mengatakan latar belakang ekonomi makro kemungkinan akan memburuk sebelum akhirnya kembali membaik.
Bank itu juga mencatat kenaikan harga energi yang berasal dari invasi, telah mempengaruhi harga di hampir semua sektor ekonomi.
"Mengingat kenaikan biaya dan konflik geopolitik, kami percaya inflasi akan meningkat lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang," tulis bank tersebut.
DiPasquale mengatakan kekhawatiran yang lebih luas terhadap berbagai sentimen yang sedang terjadi ini dapat membebani kripto jauh di bawah ambang batas USD 40.000.
"Kita akan melihat reaksi di sekitar USD 37.000 dan USD 32.000, tetapi BTC membutuhkan katalis untuk mempertahankan momentum bullish menjelang kekhawatiran makro, seperti lebih banyak kenaikan suku bunga dan perubahan kebijakan moneter,” pungkas DiPasquale.