Ramalan Bos Indodax Terkait NFT dan Blockchain pada 2023

Oscar menambahkan jika NFT hanya sebagai intellectual property akan cukup susah untuk melambung.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 31 Des 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 31 Des 2022, 12:30 WIB
CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, Bitcoin dan Ethereum merupakan dua aset kripto yang paling populer di seluruh dunia.
CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, Bitcoin dan Ethereum merupakan dua aset kripto yang paling populer di seluruh dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Non Fungible Token atau NFT sempat menjadi aset digital yang sempat tren pada 2022, tak terkecuali di Indonesia. Namun, semakin lama popularitas NFT semakin turun. Lantas bagaimana prospek NFT pada 2023?

Terkait hal ini, CEO Indodax, Oscar Darmawan mengatakan prospek NFT sendiri akan melambung jika NFT tersebut memiliki fungsi dan kegunaannya yang jelas di masyarakat. 

"Saya pikir NFT pertama kali muncul sebagai intellectual property atas seni grafis. NFT terus berkembang dan sekarang NFT mengarah ke intellectual property di bidang musik. NFT terus berkembang menjadi lebih baik bahkan dari sisi grafis pun masuk ke metaverse,” ujar Oscar dalam siaran pers dikutip Jumat, 30 Desember 2022.

Oscar menambahkan jika NFT hanya sebagai intellectual property akan cukup susah untuk melambung karena belum terlihat fungsi nyatanya. Namun jika dilihat dari perkembangannya, Oscar dengan optimis dengan prospek NFT pada 2023 dengan catatan adanya NFT dalam dunia metaverse.

“Atau jika NFT sebagai perwakilan sesuatu, misal NFT sebagai perwakilan suatu aset real dimana yang memiliki NFT mendapatkan bagi hasil atau NFT sebagai perwakilan musik dapat bagi hasil dari penjualan lagu nya. NFT akan bagus asal fungsi dan kegunaannya jelas di masyarakat sebagai apa," jelas Oscar.

Prediksi Blockchain

Tak hanya memberikan prediksi terhadap NFT, Oscar memaparkan pandangannya terkait teknologi blockchain pada 2023. Tidak hanya terkait kripto, menurut Oscar teknologi blockchain pun masih akan sangat menarik untuk dikembangkan. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Teknologi Blockchain

Ilustrasi Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Menurut Oscar, pada 2023, teknologi blockchain akan evolving tidak hanya di sektor keuangan tetapi  juga di industri lain. Orang-orang akan ramai berbicara soal DeFi (Decentralize Finance). 

“2023 nanti, DeFi akan semakin populer karena teknologi blockchain semakin user friendly. Tantangan terbesar di teknologi blockchain saat awal awal berkembang di tahun 2009 sampai 5 atau 10 tahun setelahnya adalah di user friendly nya,” tutur Oscar. 

Dia menambahkan, sampai sekarang masih banyak orang yang tidak mengetahui metamask atau decentralize wallet atau software blockchain. Namun, banyak orang percaya di tahun depan teknologi ini akan terus evolving menjadi semakin mudah.


Proyek Blockchain Bursa Efek Australia Gagal

Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Dok: catalysts.cc

Sebelumnya, pada Mei 2022, kepala sekuritas dan pembayaran Bursa Efek Australia (ASX) yang menjalankan bursa saham Australia, Tim Hogben memberi tahu para pedagang, operator pendaftaran saham, dan perwakilan lembaga kliring tentang penggunaan teknologi blockchain.

Proyek teknologi berbasis blockchain itu sebagian besar sudah siap setelah tujuh tahun pengembangan. Jika proyek ini berhasil terealisasi, menempatkan ASX di ambang transformasi pertama di dunia yang menggunakan teknologi blockchain.

"Sembilan puluh enam persen perangkat lunak saat ini berada dalam lingkungan operasi dan pengujian. 96 persen perangkat lunak itu berfungsi," kata Hogben dalam konferensi Asosiasi Pialang Saham dan Penasihat Investasi, dalam rekaman yang dilihat oleh Reuters, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (21/12/2022). 

Namun, pada November, ASX meninggalkan proyek tersebut, dengan alasan manajemen yang tidak berfungsi, kekhawatiran tentang kompleksitas dan skalabilitas produk, dan kesulitan menemukan pakar untuk mendukungnya. 

Pemberhentian terjadi setelah CEO baru Helen Lofthouse menugaskan tinjauan Accenture yang menemukan pembangunan kembali hanya 63 persen terkirim dan hampir setengah dari kode perlu ditulis ulang.

Hilangnya Kepercayaan

Lebih dari selusin broker, pelaku pasar lainnya, dan orang-orang yang terlibat langsung dalam proyek blockchain mengatakan kepada Reuters kegagalan tersebut telah menggoyahkan kepercayaan pada operator pada bursa Australia.

 


Hilangnya Kepercayaan

Ilustrasi Blockchain
Ilustrasi Blockchain. Kredit: mmi9 via Pixabay

Beberapa menyatakan kekecewaan atas waktu dan biaya yang mereka kontribusikan pada usaha yang gagal dan jaminan berulang ASX semuanya baik-baik saja dengan peningkatan, yang telah menghadapi lima penundaan sejak peluncuran awal yang dijadwalkan pada 2020.

Pengalaman tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang ketidaksesuaian antara janji dan realitas teknologi yang menopang mata uang kripto. 

Penggunaan buku besar terdistribusi dalam infrastruktur keuangan kritis Australia akan menjadi salah satu aplikasi paling signifikan dari sistem berbasis blockchain dalam pengaturan perusahaan arus utama.

Seorang juru bicara ASX mengatakan kepada Reuters dalam email perusahaan memberikan pembaruan proyek berdasarkan informasi terbaru yang tersedia dan beberapa tantangan.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya