Investor Kripto di Indonesia Terus Bertumbuh, Ini Faktor Pendorongnya

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tirta Karma Senjaya mengungkapkan ada beberapa faktor pendorong kenaikan investor kripto di Indonesia.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 28 Feb 2024, 16:04 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2024, 16:04 WIB
Investor Kripto Indonesia Terus Meningkat, Ini Faktor Pendorongnya
Investor aset kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. (Foto: Traxer/unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Investor aset kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) per Desember 2023, jumlah investor kripto Indonesia mencapai 18,5 juta. 

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tirta Karma Senjaya mengungkapkan ada beberapa faktor pendorong kenaikan investor kripto di Indonesia, yaitu ekosistem, keuntungan geografis, dan regulasi. 

Pertama, terkait ekosistem menurut Tirta ekosistem aset kripto di Indonesia sudah mulai bagus. Selain itu ekonomi Indonesia juga terus mengalami pertumbuhan. Seperti diketahui, saat ini ekosistem aset kripto di Indonesia telah memiliki bursa, lembaga kliring, dan kustodian. 

"Indonesia juga memiliki keuntungan geografis yaitu banyak usia muda dan Indonesia juga memiliki keuntungan populasi. Banyak anak muda memiliki rasa ingin tahu tinggi,” ujar Tirta dalam Talkshow Indodax, ditulis Rabu (28/2/2024). 

Faktor selanjutnya adalah regulasi. Menurut Tirta, adanya regulasi dapat memberikan kepercayaan dan keamanan bagi masyarakat dalam berinvestasi kripto.

Potensi Digital Luar Biasa 

Pada kesempatan yang sama, CEO Indodax, Oscar Darmawan menuturkan Indonesia memiliki potensi digital luar biasa yang mendorong pertumbuhan industri kripto di Indonesia. 

"Banyak orang Indonesia mau mencoba hal baru karena kunci adopsi digital adalah berani mencoba. Dengan mencoba kita bisa melihat apakah kita akan menggunakan teknologi itu atau tidak,” tutur Oscar. 

Selain itu menurut Oscar pertumbuhan industri kripto di Indonesia bukan karena hanya soal teknologi saja, melainkan ada regulator yang mau membina dan mengatur industri kripto. 

"Jadi itu hal yang mendorong industri kripto di Indonesia,” pungkas Oscar. 

 

 

 

Investor Kripto Sentuh 18,5 Juta

Kripto. Dok: Traxer/Unsplash
Kripto. Dok: Traxer/Unsplash

Sebelumnya diberitakan, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tirta Karma Sanjaya mengungkapkan data terbaru investor kripto di Indonesia mencapai 18,5 juta per Desember 2023. 

Menurut Tirta, jumlah ini presentasinya cukup banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia sekitar 277 juta. Adapun saat ini Bappebti telah mengizinkan 501 aset kripto yang dapat diperdagangkan oleh exchanger. 

"Saat ini perdagangan masih kita batasi 501 aset kripto. Di coinmarketcap ada sekitar 11.000 aset kripto, tetapi tidak semua masyarakat mau bertransaksi dengan koin sebanyak itu,” kata Tirta dalam acara Tokocrypto Crypto Outlook 2024, Rabu (31/1/2024). 

Tirta menuturkan, Bappebti akan memilih aset kripto sesuai dengan permintaan masyarakat dan juga exchanger kripto. Sebagai regulator yang masih mengawasi aset kripto, Bappebti akan membuat regulasi yang mengikuti perkembangan produk aset kripto.

Seperti diketahui, hingga saat ini Indonesia hanya memperbolehkan perdagangan spot untuk aset kripto, sedangkan secara global sudah banyak perkembangan produk kripto salah satunya derivatif. 

Terkait peralihan pengawasan dari Bappebti ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Tirta mengungkapkan regulator akan berkolaborasi dalam membangun regulasi untuk aset kripto.

"Saat ini masih ada kesempatan memperbaiki regulasi dan memperkuat. Ketika beralih harusnya lebih diperkuat lagi. Mungkin ada beberapa regulasi dalam lingkup wewenang Bappebti belum bisa diakomodir semoga bisa diakomodir oleh OJK,” pungkas Tirta. 

 

Halving Makin Dekat, Ke Mana Arah Bitcoin?

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sebelumnya diberitakan, jelang halving, harga Bitcoin berhadapan langsung dengan likuiditas di level USD 53.000 pada pergerakan tengah pekan ini. Penolakan kenaikan tersebut memicu aksi jual yang mengakibatkan penurunan lebih dalam di bawah USD 52.000, level yang menjadi penting bagi para pelaku pasar akhir pekan lalu.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan Bitcoin hampir tidak bertahan di atas USD 51.000 selama pergerakan pada awal pekan ketiga Februari 2024. Para pelaku pasar cenderung melihat level harga USD 50.000 dan USD 48.000 sebagai area dukungan potensial berikutnya. Terlebih momen halving yang semakin dekat kurang dari 60 hari.

"Halving Bitcoin yang diperkirakan terjadi antara 20-22 April 2024 nanti akan semakin menarik perhatian investor dan trader. Event halving ini diketahui memiliki dampak signifikan terhadap suplai Bitcoin, di mana hadiah untuk penambangan blok Bitcoin akan berkurang setengahnya. Ini merupakan mekanisme yang telah terprogram untuk mengurangi laju inflasi Bitcoin dan secara historis telah memicu kenaikan harga," kata Fyqieh dalam keterangan resmi, Kamis (22/2/2024).

Meski begitu, Fyqieh menilai pelaku pasar harus mengetahui tren Bitcoin halving yang terjadi secara berulang sejak 2009. Dalam catatannya, memang benar bahwa penurunan harga yang signifikan mendahului setiap halving, sehingga membuka peluang bagi lonjakan pasar berikutnya.

Misalnya, pada 2012, penurunan harga Bitcoin secara dramatis sebesar 50,78 persen terjadi hanya beberapa bulan sebelum halving. Namun, Bitcoin naik ke level baru setelahnya. Pola serupa juga terjadi pada tahun 2016 dan 2020, dengan koreksi sebelum halving masing-masing sebesar 40,37 persen dan penurunan tajam sebesar 63,09 persen, diikuti oleh pemulihan yang kuat setelah halving.

Potensi Mencapai Puncak

Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Raphael Wild
Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Raphael Wild

"Pada awal tahun 2024, Bitcoin mengalami pertumbuhan sebesar 21,17 persen, memicu spekulasi pasar bullish yang akan datang. Namun, jika pola historis menunjukkan hal ini, pasar mungkin bersiap menghadapi koreksi, berpotensi turun di bawah USD 50.000 sebelum naik pasca-halving," beber Fyqieh.

Fyqieh menjelaskan trader dan investor juga akan terus mencoba untuk menaikan harga BTC di atas resistensi USD 53.000. Pengujian ulang yang berhasil pada level ini akan menyiratkan tren naik yang lebih kuat yang menargetkan area di atas USD 54.000.

Meskipun terjadi koreksi di bawah USD 50.000, Bitcoin menegaskan potensi mencapai puncaknya antara USD 58.000 dan USD 60.000 sebelum berkurang separuhnya.

Meski ada potensi penurunan, pentingnya kenaikan harga peristiwa halving ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Setelah halving pada tahun 2012, 2016, dan 2020, Bitcoin mengalami lonjakan yang mengejutkan masing-masing sebesar 11,000 persen, 3,072 persen, dan 700 persen. Periode momentum bullish ini berlangsung antara 365 dan 549 hari, mencerminkan dampak besar halving terhadap dinamika pasar.

"Jika pasar bullish yang akan datang mencerminkan lintasan masa lalu, ekspektasi dapat menentukan puncak pasar Bitcoin berikutnya sekitar bulan April atau Oktober 2025," pungkas Fyqieh.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya